Jual Daster Batik

Jual Daster Batik

Dibalik Cerita Rumah Baca Violette


Idenya sederhana. Hanya ingin 'menyelamatkan" anak sulungnya dari pergaulan di luar rumah. Maklum, memiliki anak yang menjelang remaja, memang musti lihai menjaga. Seperti bermain layangan, harus punya perasaan dan intuisi yang bagus : kapan harus menarik dan mengulur. Lalai sedikit saja, bisa-bisa layangannya putus dihantam layangan lain, nansrang di kabel, atau paling banter nyangkut di pohon.

Sebelumnya Bunda Hapsah, tidak begitu merisaukan anak sulungnya. Ia berfikir, menjaga anak lelaki, tidak begitu repot dibanding anak perempuan. Tetapi melihat pergaulan anak sekarang yang super "kreatif", ia tak bisa  mempercayainya lagi.

Ceritanya Fauzan, diterima masuk STT Telkom. Tahun ini memasuki tahun kedua. Melihat gaya belajarnya yang berbeda dari sebelumnya, timbul rasa curiga. Pulang sore, kemudian masih "tak betah" di rumah. Ketika ditanya, Fauzan mengaku, ia harus mengerjakan berbagai tugas sekolah bersama teman-temannya. Kondisi ini coba dipahami bunda Hapsah dan suaminya. Lama kelamaan, jadi timbul pertanyaan juga. Kok tugasnya hampir setiap hari. Bahkan hari libur pun, Fauzan jarang di rumah. Setelah diteliti, memang benar, Fauzan kerap disibuki tugas membuat makalah.

Pak Ucup, suami bunda Hapsah sepulang kerja masih harus menukang demi kelarnya impian ruang belajar buat Fauzan
Bunda Hapsah dengan sabar terus memantau dan mengajak Fauzan berdiskusi, apa tidak bisa tugas sekolah dikerjakan di rumah. Hmm..akhirnya tercetuslah keinginan Fauzan. Ia merasa tak betah di rumah. Tidak nyaman belajar di rumahnya. Ia membutuhkan ruang nyaman untuk berfikir dan mengkaji lebih dalam tugas-tugas sekolahnya. 

Maklum, keadaan rumah tipe 21/60 itu memang masih terbilang "bangunan dasar". Hampir 10 tahun menempati, bunda hapsah belum total merenovasi. Ya..namanya bangunan rumah sederhana, bahan bangunan yang dipakai kualitasnya biasa, sehingga tak tahan dimakan waktu. Atap rumah juga rajin bocor. Keramik lantai sudah tak terpasang sempurna. Hmm..waktu aku berkunjung ke rumahnya sekitar 3 tahun lalu, memang keadaannya begitu sederhana. 

Silaturahmi kami di Rumah Baca Violette

Suami bunda Hapsah bekerja sebagai supir. Sementara Bunda Hapsah sendiri menjadi guru TK honorer. Dan, sudah hampir setahun berhenti. Kini ia dipercaya menjadi tenaga admininistrasi setengah hari di TK tersebut. Hari-harinya ia optimalkan untuk mendidik ala homeschooling untuk anak bungsunya yang berusia 3 tahun. 

Mereka keluarga sederhana yang begitu konsisten berpegang teguh pada nilai dan akhlak Islam. Ibadahnya selalu terjaga. Sang suami tegas menerapkan aturan shalat di mesjid bagi lelaki.Bersilaturahmi dengannya, membuat kita jadi ingat selalu kepada Allah. Kisah kehidupan mereka kerap menjadi inspirasiku untuk menata hidup yang lebih baik.

Bunda Hapsah adalah teman kecilku semasa di Jakarta. Alhamdulillah silaturahmi kami tidak terputus. Sempat kehilangan kontak setelah aku menikah. Dan, melalui facebook, kami dipertemukan. Rupanya, kami tinggal relatif tak berjauhan. Aku di Cileungsi, dia di Tambun.

Bunda Hapsah kerap bersilaturahmi ke rumah kami. Perjalanan Tambun-Cileungsi lumayan jauh. Tetapi, itu tak menjadi halangan bagi mereka. Malah, aku jadi malu sendiri, jarang main ke rumahnya, karena alasan faktor letak yang jauh. Padahal, mereka hanya naik motor ke rumahku. Pernah beberapa kali bawa mobil kantornya.

---

Bunda Hapsah dan suaminya menarik nafas panjang ketika anaknya menginginkan rumah nyaman untuk belajar. Tabungannya belumlah seberapa. Rasanya tak mungkin bisa merenovasi rumah. Suami meminta bantuan dari ibunya. Itu pun tidak seberapa. Bermodal nekat, demi mewujudkan keinginan anaknya, akhirnya mereka mencoba membenahi minimal menambal kebocoran, mengeramik lantai, dan mengeplur beranda rumahnya. 

Tapi naas, uang tak seberapa itu masih harus "tertipu"oleh ulah tukang bangunan. Kesal itu sudah pasti. Tetapi, meratapi dan terus mengedumel, tentu tak menjadi pahala dan berkah. Harus ada solusinya, diantaranya Muhammad Yusuf atau lebih dikenal dengan Mas Ucup, harus turun menukang juga. Sepulang kerja, ia menyempatkan diri membereskan yang tersisa dari tukang bangunan. Letih tak lagi dirasa. Padahal jarak kantor ke rumahnya, cukup lumayan. Lippo Cikarang-Tambun dengan kendaraan bermotor.

Alhamdulillah, pada hari libur, teman-teman Mas Yusuf berkenan membantu menukang. Alhasil, dalam tempo beberapa minggu, jadilah ruang belajar yang nyaman untuk Fauzan. Namun, dalam perjalanannya, ruang belajar Fauzan ini menjelma menjadi Rumah Baca.

Bisa memiliki Rumah Baca sebenarnya merupakan salah satu impian terpendam Bunda Hapsah. Sejak menjadi pengajar TK Fedus di sekitar rumahnya, dirinya terinspirasi untuk membuat rumah baca. Tetapi karena faktor materi, mimpi itu kembali diurungkan. 

Dalam kesehariannya, Bunda Hapsah kerap memperhatikan pola tingkah anak-anak bermain.  Bukan suatu kebetulan, rumahnya memang berdekatan dengan sekolah dasar. Tak jarang,  ia mendengar langsung, anak-anak kerap berkata kotor diantara teman sepergaulannya. Sholatnya juga tidak terjaga. Main tak kenal berhenti. Miris...seperti itulah gambaran Bunda Hapsah pernah bercerita kepadaku.

Keinginan Fauzan memiliki ruang belajar yang nyaman, bisa jadi adalah jalan Tuhan untuk merealisasikan mimpi Bunda Hapsah. Bismillah, Allah memudahkan jalannya. 

Mulailah bunda Hapsah mengumpulkan buku-buku peninggalan Fauzan dan Fadel, anaknya. Selain itu, ia mengajak teman-temannya untuk menjadi donatur buku yang sudah tidak terpakai di rumah.  Alhamdulillah, dari sejumlah donatur, terkumpulah sedikit demi sedikit  buku-buku pelajaran dan buku cerita. Awal Desember 2014, Rumah Baca Violette "resmi" dibuka.

Tak disangka, dalam tempo singkat, Rumah Baca Violette mendapatkan respon bagus dari anak-anak. Mereka mulai banyak berkunjung. Bunda Hapsah juga aktif mengajak mereka.

Begitu memasuki Zuhur, anak-anak yang masih bermain, diminta untuk shalat berjamaah di salah satu sudut ruangannya. Aktivitas "bermain" mereka pun tak luput dari pantauan Bunda Hapsah. Ia tak segan menegur pabila ada kata-kata yang tak pantas keluar dari mereka. Bagi anak yang rajin, dan telah berbuat baik atau berhasil menjawab pertanyaan, ia memberikan kejutan hadiah cemilan. Asyik dong !



Dari kegiatan mengelola Rumah Baca ini, timbulah ide bisnis  membuat cemilan sehat buat anak-anak. Daripada mereka jajan di luar yang notabene kebersihannya kurang terjamin. Bunda Hapsah pun membuat aneka cemilan yang disukai anak-anak, seperti sosis, tahu bulat. Tiap pekan dijajakan siomay dan donat buatan nenek Fauzan (ibunda Hapsah). Bahkan Fauzan  jadi semangat berwirausaha. Dia mempromosikan es kream khusus untuk hajatan. Hampir tiap akhir pekan Fauzan melayani pembelian es kream di berbagai acara pernikahan dan sunatan.


Wahhh, jadi seru nih Rumah Baca Violette. Bunda Hapsah mempunyai kegiatan baru ; berjualan makanan dan  Fauzan tambah giat belajar. 

Oya, bagi yang memiliki buku-buku tidak terpakai, donasikan yuk ke Rumah Baca Violette ! Koleksinya masih sedikit nih. Daripada buku-buku termakan rayap, lebih baik didonasikan. 
Lokasi  Rumah Baca Violette di Perumahan Villa Bekasi Indah Blok L1 No. 12, Tambun.




15 komentar:

  1. Waah keren banget rumah bacanya, moga jadi amal jariyah bagi Bunda Hapsah sekeluarga ya maak :)

    BalasHapus
  2. Dalam keterbatasan bunda Hafsah malah bisa berkontribusi ya mak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya betul Mak Fenny, aku juga pas denger ceritanya merinding. Teganya tukang bangunan malah menipunya. Modal terbatas, masih pake plus ditipu..Tapi Alhamdulilah, Allah kuatkan..

      Hapus
  3. Keinginan fauzan mendapatkan ruang belajar yg nyaman ternyata mengundang rezeki juga. Alhamdulillah. :)

    BalasHapus
  4. Salute dengan semangatny membuat rumah baca

    BalasHapus
  5. Wah keren mak sharingnya. Semoga menjadi amal jariah buat bunda hafsah dan mbak Kartina tentunya.
    Salah satu impianku juga ingin memiliki rumah baca. Semoga suatu saat bisa terwujud :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin mak Sri Muliana semoga juga impiannya bisa terkabul juga. Saya yakin banget, niat baik pasti akan dibantu Tuhan sepenuhnya...

      Hapus
  6. Wah, inspiratif sekali, Mak... Semoga kita semua bisa meneladaninya, amiin... *pengen punya perpus atau taman baca di kampung :))

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga terkabul mak Eusry idenya buat bikin perpus atau rumah bacanya..Aamiin

      Hapus
  7. keren
    mak,,doain ya semoga saya suatu saat nanti bisa punya rumah baca juga,,
    :D semoga rumah baca violette tambah maju dan besar ya,,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin Mak Deena..semoga Allah mudahkan rencana baiknya Mak Deena ya :)

      Hapus
  8. Subhanallah..ngga ada alasan untuk nggak berbagi, Bunda Hapsah yang tidak hidup mewah pun bisa berbuat banyak..makasih sharingnya say..

    BalasHapus

Terima kasih atas masukan dan komentarnya.