Jual Daster Batik

Jual Daster Batik

Salut Dengan Kegiatan Komunitas Berbagi Nasi

Aku baru mengetahui kelompok ini pada saat liputan kegiatan proyek websiteku untuk Balai Perlindungan Sosial Cipocok Serang minggu lalu (22 Desember 2013). Padahal, menurut sahabatku, Listyanti yang juga pengelola balai lansia ini, Kelompok Berbagi Nasi sudah tenar sejak masa kuliah dulu di Bandung. Woww dah lama juga ya. Aku kuliah di Universitas Padjajaran, Bandung tahun 1997-2002, tapi jujur belum pernah denger kelompok ini. Mungkin karena aku juga jarang baca majalah islami kali ya. Memang sempet absen juga ga baca Tarbawi, Sabili atau Ummi. Sibuk dengan kegiatan lain di luar kampus waktu itu.

Menurut fanspage berbagi nasiKelompok Berbagi Nasi ini awalnya dicetuskan oleh sekelompok anak muda kreatif yang peduli pada kehidupan fakir miskin di seputaran kota Bandung. Kepedulian itu mereka cetuskan melalui pemberian sebungkus nasi kepada kalangan pemulung, petugas kebersihan atau yang lainnya asalkan bukan pengemis. Mereka bergerilya di malam hari untuk membagikan sebungkus nasi kepada orang-orang yang membutuhkan di jalan. Paket nasi plus lauk-pauk itu diperoleh sepenuhnya dari donasi anggotanya.

Alhamdulillah aksi mereka mendapat respon bagus sehingga mendorong sejumlah daerah di sekitar kota Bandung untuk membangun jaringan. Diantaranya ada berbagi nasi Jatinangor, Tasik, Garut,  Bogor, Jakarta. Bahkan sampai luar kota dan luar pulau seperti Magelang, Solo, Batam, dan Medan. Bagi yang mau bergabung bisa cek melalui twitter @berbaginasiID. Kalau mau donasi saja caranya :


  • Untuk yang gak punya waktu.. bisa 'nitip' ke yang akan berangkat.
  • Untuk yang gak punya uang.. bisa membantu yang akan berangkat.
  • Untuk yang bisa masak.. bisa membantu menyiapkan untuk yang akan berangkat.
  • Untuk yang akan berangkat.. bisa posting di group untuk menampung lebih banyak bala bantuan.

Kelompok Berbagi Nasi Serang


Misi Berbagi Nasi juga mendorong sekelompok anak muda idealis dan kreatif di Serang untuk mengembangkan kegiatan serupa. Menurut Awalia Maulina, salah satu perwakilan Berbagi Nasi yang aku temui saat kunjungan ke panti wreda Balai Perlindungan Sosial Cipocok, Serang, Kelompok Berbagi Nasi Serang terbentuk pada Mei 2013. Sebenarnya, kata Awalia, mereka sebelumnya sudah tergabung dalam komunitas Hijabi Foundation, bergerak di bidang Event Organizer.  Semua anggotanya perempuan. Namun, dalam perkembangannya, rupanya kegiatan EO Hijabi juga dilirik oleh kaum laki-laki sehingga mendorong mereka membentuk komunitas lain yang masih senafas dengan idealisme mereka. Dipilihlah Komunitas Berbagi Nasi. (merujuk pada konsep Berbagi Nasi di Bandung).

Kini, Kelompok Berbagi Nasi Serang sudah memiliki 30 anggota. Bukan suatu kebetulan, kata Awalia, seluruh anggotanya adalah pebisnis dan mahasiswa. Ada yang berbisnis kuliner, fashion, pendidikan, make up, hijab dan sebagainya. 

Tiap sekali dalam semiggu, biasanya di malam minggu, sekiitar pukul 20:00, mereka berkeliling kota Serang dan sekitarnya untuk membagi nasi bungkus. Rata-rata Kelompok Berbagi Nasi Serang bisa membagi sekitar 40 bungkus. Bahkan, pernah sampai 140 bungkus dalam satu malamnya. Donasi nasi bungkus, mereka kumpulkan hanya dengan thread di BBM, twitter dan facebook. Pada bulan puasa lalu, mereka membagikan ta'jil sampai ke Pelabuhan Merak. Dalam sebulan, Kelompok Berbagi Nasi Serang mengagendakan 3 kali aksi berbagi nasi, dan sekali kunjungan. Selain itu, juga mereka mengadakan seminar gratis. Salah satunya, seminar tentang 'Tujuh Keajaiban Rejeki" yang digelar bekerja sama dengan Dompet Duafa beberapa waktu lalu.

Kunjungan ke Lansia Balai Perlindungan Sosial Cipocok

Dalam bulan Desember ini, agenda mereka mengunjungi lansia. Momennya pun tanpa sengaja, menurut Awalia, pas dengan Hari Ibu yang jatuh pada hari Minggu. 'Sebenarnya jadwal kita minggu lalu mengunjungi Mbah-mbah di sini. Tapi karena ada ada suatu halangan, jadinya minggu ini. Eh pas rupanya dengan Hari Ibu," tutur Awalia yang tengah melanjutkan S-2 sambil berbisnis pendidikan ini.





Dalam suasana cuaca mendung dengan gemericik hujan yang enggan berhenti sejak Subuh, Komunitas Berbagi Nasi penuh semangat menyambangi Mbah-mbah Balai. Menurut agenda, pukul 10:00, mereka diterima oleh pengurus Balai yang hari itu lengkap hadir. Sebelum pukul 10:00, mereka yang berjumlah sekitar 10 orang itu sudah sampai di Balai. Menurut Awalia, sebenarnya Komunitas Berbagi Nasi Serang datang dalam jumlah yang lebih banyak dan menggelar acara yang lebih semarak dengan hiburan organ tunggal. Tetapi lagi-lagi karena kendala hujan yang tak kunjung berhenti, sebagian anggota membatalkan. Meski begitu, sama sekali tak mengurangi keceriaan dan kehangatan atas kunjungan mereka. Mbah-mbah semangat bernyayi sambil menabuh rebana.  Mereka pun berbaur dan beramah tamah dengan Mbah. 

Usai beramah tamah, mereka membagikan sovenir berupa kain, sajadah, dan snack. Tak hanya itu, mereka juga ikut mengantarkan mbah-mbah menuju wismanya masing-masing. Subhanallah, kegiatan Komunitas Berbagi  Nasi betul-betul inspiratif









Kejutan Meili Buat Mama


Hari Sabtu, 21 Desember 2013, merupakan hari yang ditunggu-tunggu Meili, anak pertamaku. Sejak minggu lalu, dia selalu bilang "ga sabar" mau hari Sabtu aja. Karena penasaran mau lihat hasil raport semester pertamanya. Sejak aku risain awal Januari 2013, pengambilan raport merupakan momen yang selalu dinanti Meili. Dia sangat optimis raportnya bagus. 

Memang, sejak aku "bekerja di rumah", semangat belajar Meili sangat tinggi. Tiap usai salat Maghrib, tanpa disuruh, dia sudah membuka buku-buku pelajaran sekolahnya. Tetapi, kalau kebetulan aku ada meeting di Jakarta, dan pulang larut malam (sekitar pukul 22:00 sampai rumah), menurut ibuku yang menjaga anak-anakku, Meili tidak belajar. Sekalipun belajar, kata ibuku, hanya formalitas saja membolak-balik halaman buku. Hmmm dasar Meili..Kehadiranku di sisinya, jadi alasan kuat dia mau belajar sungguh-sungguh.

Jarak rumah di Cileungsi ke kantor klien di Jakarta yang menelan waktu kurang lebih 3 jam perjalanan, memang rasanya tidak mungkin bisa sampai di rumah jam 7 malam. Kalau sudah di Jakarta, biasanya aku suka mampir ke toko buku atau ke sejumlah tempat usai urusanku dengan klien selesai. 

Meski mati lampu, Meili tetap giat belajar
Gaya belajar Meili


Meili pun termasuk anak yang tidak suka membaca. Dia lebih suka mendengar dan melihat. Jadi kalau aku kasih soal, disuruh cari jawabannya, kerap tidak teliti, dan dia pun kurang sabar. Malah ganti bertanya kepadaku seputar soal-soal itu. Hmm, aku biasanya suka gertak Meili, supaya kerjakan dulu baru tanya. Memang harus extra sabar menghadapi anak yang belajarnya tidak bisa mandiri. Pelajaran benar-benar bisa nangkring di otaknya, jika aku jelaskan panjang lebar tentang isi mata pelajarannya . Wuihhh...sambil tarik nafas deh ngajarinnya. Butuh energi full untuk menjelaskan materi sesuai dengan kaca matanya.

Jadi metodenya, aku memberikan soal-soal dari topik mata pelajaran esok harinya. Soal-soal itu biasanya aku diktekan. Jawabannya semuanya ada di buku paketnya. Atau jika Lembar Kerja Siswanya (LKS) belum diisi, aku minta dia mengerjakan soal-soal tersebut. Kurang lebih setengah jam dia menjawab soal.

Sambil menunggu dia menjawab soal, aku biasanya mengerjakan pekerjaanku ( menulis untuk klien), atau mengajarkan Barra belajar. Tergantung load kerjaku juga.  Kalau pas sibuk dengan pekerjaan klien, aku menulis sambil menunggu Meili mengerjakan soal. Tapi seringnya aku concern dengan pelajaran Meili. Karena lumayan complicated pelajaran anak SD sekarang. Pembahasaan topik-topiknya pun tidak jarang sulit ditangkap anak-anak. Bisa dipahami jika model kayak Meili tidak begitu mudah memahami mata pelajaran jika tidak disertai penjelasan yang gamblang. Alih-alih rupanya, penjelasan guru di sekolah juga tidak bisa memuaskan penangkapan Meili.

Suasana pengambilan raport Meili semester 1 kelas 3
 Meili butuh dijelaskan dengan logika, banyak analogi, cerita, dan gambar. Aku menguatkan penjelasanku dengan gambar-gambar di internet yang berkaitan dengan topik. Hmm, kalau sekiranya penjelasanku memuaskannya, dia pasti berujar, 'Ma jadi guru aja !" atau "Ma, buka les aja !".....Meili-Meili, dia juga pandai memuji. Aduuhh jadi GR nih suka dibilang 'Mama pintar". Padahal modalnya cuma dari Mbah Google, dan menjelaskan dengan banyak cerita dengan Meili sendiri sebagai tokohnya. Enaknya di jaman sekarang ya, belajar bisa lebih maksimal dengan adanya internet. Itu mungkin yang membedakan cara mengajar aku dengan guru Meili di sekolah.

Anak-anak seperti Meili juga butuh contoh-contoh kongkrit. Seperti menjelaskan tentang proses hujan, proses fotosintesis, lingkungan, sifat benda dan sebagainya. Bahkan, untuk pelajaran agama, anak-anak butuh bukti tetang ketuhanan, ke-Esaan Allah, dan cerita para nabi. Dengan browsing di internet, kita bisa mengajak anak melalanlang buana, melihat makam Rosulullah, makam Nabi Ibrahim, Mayat Firaun, Perahu Nabi Nuh, dan dibalik kebesaran Candi Borobudur yang ternyata merupakan jejak Nabi Zulkifli dan Sulaiman. Alhamdulillah, Meili tambah paham dan meyakini tentang ke-Islamannya. Apalagi begitu dia tahu bahwa nilai agama sangat menentukan peringkat, dia jadi makin rajin meningkatkan pengetahuan agamanya. Alhamdulillah nilai agamanya dalam dua kali di raport selalu di atas 8 alias 9. Sebelumnya, selalu 7. Malah, beberapa ulangan nilainya 60. 

Salah satu yang menjadi PR ku dalam mengajar Meili adalah matematika. Meili memang rada lemah di matematika. Penjelasanku biar aku puter-puter tetap belum bisa membuatnya paham. Dan, dia juga kerap lupa. Hmm, kalau sudah begitu, biasanya emosiku main nih. Hehehe rada emosi dan tekanan bicara yang tinggi. Melihat emosiku mulai menaik, Meili untungnya tetap stabil. Dia diam aja dan tekun mengerjakan soal-soal yang aku berikan. Kalau memang aku sedang tidak stabil dan tidak sabar menghadapi "kebuntuan" Meili mengerjakan soal matematika, aku menyuruhnya berhenti belajar. Besoknya aku mengulangnya kembali. Jujur, aku belum bisa mengendalikan emosiku saat mengajari matematika :(.

Tibalah hari Sabtu itu..

Sabtu pagi, aku sudah bersiap-siap ke sekolah Meili. Meski dijadwalkan pukul 07:30 di sekolah karena ada acara ceramah sebelum pengambilan raport, aku tetap tak bisa berangkat. Pukul 09:00 baru aku sampai sekolah Meili. Rupanya, jadwal ceramah ngaret sehingga aku masih bisa mendengarkan isi ceramah meskipun tidak jelas juga. Suasana begitu ramai dan kapasitas mesjid yang terbatas, membuat suara Pak Ustad tidak bisa terdengar jelas. Ibu-ibu pun lebih banyak duduk-duduk di luar, berdiri di tangga masjid, dan bertebaran di hamparan halaman. Aku yang mengajak Barra mengambil posisi duduk di halaman masjid. 

Kurang lebih setengah jam, ceramah selesai. Bu Inti, guru Meili yang baru (menggantikan Pak Bagus) pun tanpa berpanjang-lebar segera membagikan raport. Di whiteboard, Alhamdulillah nama Meili terpampang berada di urutan nomor 3. Bangganya..Akhirnya berhasil juga anakku menduduki posisi lima besar di kelas, setelah sebelumnya berada di atas 10. Benar-benar kejutan nih, di hari Ibu, Meili memberikan aku kebanggaan. Catatan Bu Inti ke Meili adalah, " Tidak buru-buru dalam mengerjakan soal ujian",karena Meili termasuk yang paling selesai duluan kalau ujian. Selain itu, Bu Inti juga berpesan agar matematikanya menjadi perhatian. Di raport memang nilainya tidak jelek, 71, tapi merupakan nilai terendah diantara mata pelajaran lainnya.

Usai pengambilan raport, mulai hunting hadiah ke toko buku. Gembiranya anak-anakku saat memilih belanjaannya.



Kakak Sayang Dede Barra..

Hasil gambar Meili waktu kelas 2
Jujur menjadi ibu seutuhnya itu baru benar-benar kurasakan setelah risain dari kantor, awal Januari 2013. Selama kurang lebih 7 tahun, aku banyak meninggalkan Meilia di rumah dalam pengasuhan ibuku. Sekarang, baru kurasakan betapa sangat berharganya kehadiran ibu dalam mendampingi proses tumbuh kembang anak-anak. Meski tak sempurna dan bisa menjadi ibu yang baik untuk kedua anakku, Meilia dan Barra, tetapi aku berupaya untuk selalu bisa menjadi ibu yang bisa disayangi anak-anakku dan memberikan kesan mendalam bagi diri mereka kelak. Hmm, bismillah, pintaku terus kepada Allah.

Meili mengajari adiknya Iqro
Alhamdulillah, meski banyak aku tinggal ke luar kota untuk liputan, terutama Meilia (8 tahun) tumbuh matang dengan sendirinya. Kehadiran adiknya Barra, yang 5 tahun lebih muda darinya memberikan energi kedewasaan bagi Meili secara alami. Meski yang namanya anak-anak, kerap ribut juga sesekali karena rebutan mainan, atau Barra yang mengacaukan mainan Meili, mengganggu belajar Meili, ingin ikut Meili bermain dengan teman-temannya atau tidak ingin berbagi pinjam smartphone yang berisi games. 

Saling mengolesi lotion nyamuk.

Wahhh, kadang suka ga sabaran juga melihat keributan pecah di rumah. Kalau sudah begitu, biasanya aku tarik napas dulu biar ga marah-marah, dan menasihatkan Meili agar lebih mengerti perilaku adiknya yang belum mengerti dan mulai timbul sikap egoisnya. Egoisme Meili sebagai kakak juga ada, dimana dia ingin dipatuhi, dan dimengerti. Jika keduanya tidak mau kalah, biasanya aku ajak Barra bermain di luar, jajan, atau merangkul keduanya agar bermain bersama. Hmm benar-benar harus punya energi extra dan kreatif mengajak berdamai. Yang lebih merepotkan, jika bersamaan dengan deadline menulisku untuk klien atau aku lagi update untuk proyek sosial mediaku. Ibuku biasnya langsung turun membantu. Karena kurang berpengalaman, Ibuku memang lebih jitu triknya untuk mendamaikan keributan anak-anakku. Being A Mom, Mah..

Meili mendampingi Barra lomba kelereng pada Agustusan
Untungnya setiap keributan tidak berlangsung lama. Paling sekitar 10 menit bersitegang. Setelah itu biasanya Si Barra yang tiba-tiba melunak, mau mengembalikan barang kepunyaan kakaknya, mau berbagi smartphone dan bersedia bermain bersama atau Barra asyik beralih aktivitas bersama Mbahnya.

Tetapi kalau lagi damai, bikin hati trenyuh. Bagaimana tidak trenyuh menyaksikan keduanya bermain dengan rukun. Meili kerap bermain drama-dramaan.seperti dokter-dokteran, ibu-ibuan, sekolah-sekolahan, jual beli dan sebagainya. Lucu juga melihat imajinasi mereka merangkai skenario sendiri. Barra pun juga senang bermain drama. Ruang keluarga disulap berbagai bentuk sesuai imajinasi mereka. Makanya, rumah kami kadang sulit rapinya hehehe. Begitu pulang sekolah, sudah deh, Meili dan Barra bersiap buka lapak. Yang terpenting tetap terjaga kebersihannya terus menerus-menerus.

Barra asyik ikutan kakak mewarnai
Tak hanya bermain, Meili pun kerap mengajari adiknya mengaji, mewarnai gambar, berhitung, dan membaca. Jika Meili belajar, biasanya Barra otomatis turut serta. Hehhe biasanya pola tingkah Barra suka membuat aku dan Meili tertawa dan menjadi hiburan menyegarkan. Aku selalu bilang ke Meili, "Kalau kamu ingin adikmu baik, pintar, dan menurut sama kamu, Kamu harus menjadi kakak yang baik, pintar juga dan menunjukkan kepatuhan kamu sama mama. Pasti deh, Barra ikutan. Karena dia melihat tingkah laku kakaknya dan mama juga." Kalau sikap dewasanya muncul, biasanya Meili memang lebih siap untuk menghadapi pola tingkah adiknya yang macam-macam. 

Meili menunjukkan prestasi mewarnainya
Biasanya nasihatku terselip saat mengajarkan pelajaran sekolahnya atau pada saat mengaji. Sudah hampir dua bulan, aku mengajari sendiri Meili mengaji. Waktu pulang sekolah yang menjelang sore, pukul 14:30, membuatnya letih untuk mengaji di TPA pada pukul 16:00. Sehingga, atas kesepakatan aku dan Meili, kami mengaji bersama. Bersama menghapal surat, terutama heheh. Kerena sekolah Islam, memang menjadikan hapalan surat Juz Amma dan Quran menjadi acuannya. Wah, kadang malu juga, Mamanya belum hapal Al Baqarah, Meili sudah bisa. Barra pun jadi ikutan. Alhamdulillah Barra yang baru 3 tahun, sudah hapal beberapa surat pendek, doa mau makan dan mau tidur, salawat, dan baru mengenal Iqro 1. 

Alhamdulillah rutinitas ini masih tetap terjaga hingga saat ini. Barra pun sudah otomatis, usai salat Maghrib berjamaah, langsung mengambil iqronya. Jika mamanya sedang berhalangan salat, Barra mengajak kakaknya salat berjamaah bersama ibuku. Biasanya Meili yang jadi imam salat. Subhanallah. Tak habis mulut ini mengucapkan syukur atas anugrah terindah dari-Mu ya Allah. Semoga tetap dikuatkan dalam menjalani hari-hari menjadi seorang ibu. Bismillah..

Ma, Meili Mau Jualan Dooong..



Jualan ? aku langsung kaget mendengar permintaan Meili pagi itu. "Jualan apa Mel ?" tanyaku sambil menyisiri rambutnya. Jualan pensil, pulpen, rautan, alat-alat sekolah aja Ma," jawab Meili seraya merapikan kerudungnya usai aku sisiri rambut hitam panjangnya itu. "Memangnya uang jajan sekolah kamu kurang ya ? " tanyaku. Meili tersenyum, dan salah tingkah. Hehehhe...Nggak juga. Tapi Meili ingin membantu Mama, supaya Mama ga kerja di kantor lagi !" Deg..jantungku seakan berhenti. Tak disangka, Meilia yang waktu itu kelas 2 SD sudah berani bersikap agar aku tidak lagi kerja di kantor. 

Begitu saudara silaturahmi ke rumah, Meilia tidak mau kelihatan kesempatan. Jualan.
Memang pekerjaan jurnalis selama lebih dari lima tahun aku jalani, benar-benar menguras waktuku. Berangkat ke kantor sekitar pukul 09:00. Itu kalau tidak ada jadwal wawancara pagi. Kalau ada jadwal, wahh bisa nyubuh dari rumah, yang jauhnya bikin tua di jalan (2-3 jam perjalanan). Pulangnya pun larut malam. Meili dan adiknya dibawah penguasaan ibuku. Aku nyaris tak ada waktu untuk menemaninya mengerjakan PR atau belajar di rumah. Paling waktu libur atau weekend aku sempatkan periksa-periksa lagi pelajarannya. 

Tetapi suasananya liburan jadi kurang mendukung untuk belajar maksimal. Aku juga letih, Meili pun kurang konsentrasi karena ingin lepas juga dari rutinitas urusan sekolah. Hmm, tak heran jika prestasi Meili di kelas 1 dan 2 berada di posisi 12-13. Bahkan pernah 15 dari 27 murid di kelasnya. Padahal Meilia tergolong anak yang pintar, dan punya daya ingat bagus. Kreativitasnya juga lumayan. Dia pandai mewarnai. Sudah lebih dari 30 piala bertengger di rumah.  Tetapi lagi-lagi, egoisku yang ingin tetap berpetualang dalam membantu perekonomian keluarga, masih mendominasi.

 Pikirku waktu itu, yang penting quality time. Dan, aku masih merasa punya waktu lebih untuk mengajarinya mewarnai dan mengantarkannya ikut kompetisi mewarnai, liburan dan mengajaknya melakukan akivitas yang menyenangkan. Pikirku lagi, yang penting, pendidikan itu adalah memiliki akhlak yang baik dan mengusai kemampuan dasar berhitung, berbahasa, dan agama. Aku pun melihat nilai-nilai Meilia tidak begitu jelek, rata-rata 7. Dasar, aku terlalu mencari banyak pembenaran, dengan berkarir di luar rumah, pendidikan anak tetap terawasi. 

Meili merayakan "keuntungannya" berjualan.
Namun rupanya, keinginan Meilia untuk berjualan tak surut. Dia terus menagihku untuk membelikan barang-barang jualannya yang berupa alat-alat tulis itu. Aku memang pernah cerita ke dia, kalau di dekat kantorku ada pasar grosir alat sekolah dan mainan anak-anak yaitu Pasar Asemka. Beberapa kali aku pun membelikan alat tulis lucu  untuknya. Dia suka sekali. Pernah memang ketika pertama kali aku belikan beberapa pensil  di kelas 1 dulu, dia memberikan beberapa pensil hello kitty-nya itu ke teman-teman dekatnya di kelas. Teman-temannya pun suka dan menanyakan beli di mana.Ehhh tak di sangka, Meili meresponnya dengan  ingin jualan pensil dan alat sekolah  di sekolahnya. Tapi tidak aku gubris, khawatir mengganggu konsentrasi pelajarannya. Lagipula, ia masih kelas 1. Aku ingin Meilia lebih leluasa bermain. Aktivitas jualan memang sepertinya disukai Meilia. Dia suka bermain jualan-jualalan dengan teman-temannya. Aku suka memperhatikan jika kebetulan libur di rumah. 

Menginjak kelas 2 awal, keinginan berjualannya tambah kuat. Dengan alasan, ingin membantu Mama bekerja. Hhmm bikin terharu dan mengusik pikiranku terus. Hampir tiap hari dia menagihku untuk membelikan alat-alat sekolah buat jualan. Tetapi kali ini, katanya uangnya mau buat tambahan tabungan di sekolah. Akhirnya dengan membuat kesepakatan, boleh berjualan asalkan tidak mengganggu pelajaran di sekolah dan naik peringkatnya setidaknya menjadi 10 besar, Meili pun menyanggupi. 

Beberapa hari kemudian, setelah deadline tugasku kelar di kantor, aku langsung ke Asemka, memborong sejumlah alat tulis berupa pensil, pulpen, rautan, penggaris, gantungan kunci, cincin mainan dan sebagainya. Lucu-lucu juga modelnya dan murah lagi karena buatan Cina. Barang-barang yang dijual di Asemka memang untuk dijual lagi. Pembelinya datang dari berbagai daerah di Indonesia. Uniknya lagi, belanja di Asemka, kayaknya harus ngeborong. Kalau tidak, bulan depan, bisa dipastikan barang incaran kita sulit ditemukan. Karena terus berganti model.

Usai belajar, Meili memilah-milah bros rajutan yang akan dijualnya esok hari.
Begitu pulang, Meilia langsung ceria menyambutku. Matanya berbinar melihat tas plastik besar yang aku bawa. Rupanya, dia sengaja menahan kantuknya sampai jam 11 malam, demi menunggu aku. Kasian..(aku terisak dalam hati). Setelah aku jelaskan sebentar tentang harga-harganya dan keuntungannya, cara berjualan dan membuat catatan setiap transaksi,  dia langsung membereskan barang dagangan yang dibawanya besok. Tidak banyak. 

Pagi-pagi dengan penuh semangat, anak pertamaku ini menenteng bungkusan plastik hitam, sementara pundaknya menahan beban tas gendong dan tempat minum. “Meli, jualannya pas istirahat aja ya. Biar ga ganggu pelajaran dan bu guru tidak marah.” Pesanku. Ia menggangguk sambil mencium tanganku pamitan berangkat sekolah. 

Di kantor, aku jadi kepikiran jualan Meili. Ini kali pertama, anakku membawa barang dagangan ke sekolah. Ingin segera pulang ke rumah. Hari itu, aku memutuskan pulang cepat. Jam 5 sudah keluar kantor. Sampai rumah sekitar jam 8 malam. Meili belum tidur dan masih asyik nonton TV bersama adik dan Mbah-nya. Begitu mendengar salamku di pintu pagar. Meili langsung setengah berlari kecil menghampiri dan membuka pintu pagar. 

Dengan penuh kesabaran, Meili melayani teman-temannya
Benar saja, secepat kilat, aku langsung disambut dengan serentetan cerita jualannya. Ternyata, dia laku besar hari itu. Hhehehe..tetapi untuk uang dan jumlah barang yang “habis” tidak sesuai. Aku tersenyum mendengar ceritanya yang antusias menawarkan barang dagangannya ke teman-temannya. ‘Ma, meili pertama kali Meili nawarin Wanda pensil hello kitty. Eh dia suka mah. Terus bilang ke teman-teman. Jadinya deh Meili dikerubungin. Malah yang anak cowok pada pesen gantungan kunci bola,”  ceritanya yang menggelar dagangan saat pelajaran, tetapi guru sedang di luar kelas. 

Belajar dari hari pertama jualan, aku mengingatkan Meili agar sekali lagi tidak menjual saat jam pelajaran. Juga, memperhatikan “keamanan” barang dagangan, dan mencatat teman-teman yang belum membayar tetapi sudah mengambil barang. Hari kedua, ketiga, dia masih asyik dengan dagangannyaa. Aku monitor, ada kemajuan juga per harinya. Uang hasil dagangan dimasukkan ke dompetnya. Aku tidak mengambil modalku. Hehehe meski modal dan untungnya juga disamaratakan sama Meili. Karena katanya, temannya ada yang nawar, dan dia tidak tega. Penghasilan jualan Meili secepatnya di tabung di tabungan sekolah.  Aku sisihkan sedikit untuk tambahan uang jajananya. “Mah kalau tabungannya dah banyak, Meili mau beli jam tangan hello kitty dan tempat pensil hello kitty lagi,” pintanya. 

Meilia sibuk mencatat pembelian bros teman-temannya
Rupanya, Meili pun tidak hanya berjualan di sekolah, teman-teman bermainnya di rumah pun tak lepas dari tawarannya. Bahkan saudara yang sedang silaturahmi ke rumah pun ditawari dagangan. Hehehe..Meili, semangat betul jualan. Sampai akhirnya, dia berhenti sendiri karena orderan mulai berkurang. Dan, di akhir kenaikan kelas, Meili membuktikan janjinya. Jika di semester pertama, dia rangking 13. Semester kedua yang merupakan semester kenaikan kelas, Meili bisa mendapatkan peringkat ke-9. Lumayan, masih 10 besar. 

Kini Meili sudah kelas 3. Aku pun sejak awal Januari 2013 memutuskan risain dan bekerja di rumah. Meili senang sekali. Apalagi aku menantangnya supaya berprestasi lebih baik lagi dari sebelum aku berhenti bekerja. Dengan sejumlah tantangan dan hadiah, Meili sangat bersemangat. Alhamdulillah raport bayangannya di semester pertama, bagus. Meili berhasil meraih peringkat tiga. Dan, sepertinya raport yang akan dibagikan pada tanggal 21 Desember ini, terjadi peningkatan prestasi. Karena aku lihat nilai-nilai ulangan harian dan mid semesternya bagus. Tetapi tetap, minat jualan Meili tidak hilang. Bahkan dia semakin mantab. Beberapa kali, dia ikut aku jualan. Hheehhe jadi ceritanya mamanya mau berbisnis jualan rajutan secara online. Melihat rajutan berupa bross kecil yang cantik, Meili tertarik mau ikutan nawarin ke teman-temannya. Alhamdulillah, laku juga. Pernah suatu ketika aku bertanya kepadanya. "Meili, kamu ga malu jualan di sekolah ?" Ehh dia malah balas menjawab,  “Nabi Muhammad aja pedagang Ma. Kenapa harus malu !” ujarnyanya. Ya, guru agama Meili di sekolah memang selalu bercerita tentang cara berdagang Rosulullah yang secara tidak langsung mengajarkan anak berbisnis sejak dini.

Meilia kalau melintasi jalan ini selalu berteriak, 'Itu rumah sakit Meili". Foto : Indoplace
Sekarang kalau ditanya cita-cita, Meili lantang menjawab, mau jadi pengusaha rumah sakit. Katanya, kasihan sama orang-orang miskin yang sakit, tidak mampu berobat. 'Kanapa ya Ma ga  digratisin aja," ujar Meilia. Meili-meili  sampai juga pikiran kamu ke sana. Setiap kali lewat depan Rumah Sakit Meilia di Cibubur, Meilia selalu menoleh dan berteriak, Itu rumah sakit Meili !. Semoga terkabul cita-citamu Nak..Untung Mama belum terlambat untuk bisa mendampingimu selalu. Terima kasih Tuhan atas anugerah-Mu dikaruniai anak yang pintar dan dewasa pemikirannya. Ini menjadi motivasiku untuk membuktikan ke Meilia, dengan berwirasaha, kita bisa menjadi lebih baik, dan lebih bisa membantu orang lain.

Ayah Bikin Lemari Buku, Meili dan Barra Bangun ‘Rumah’




Ini  lemari multifungsi kreasi Ayah.
Liburan akhir tahun lalu, meski tidak ke luar kota, tetapi kami cukup padat aktivitas. Rumah kami, Alhamdulillah tidak berhenti menerima kedatangan kerabat yang ingin berlibur juga di rumah. Selain itu, ayah  punya waktu senggang membuat kerajinan lemari buku. Inspirasi suamiku memang tidak berhenti mengalir meski hari-harinya telah disibukkan dengan urusan bisnisnya. Ya, hitung-hitung refresing yang menghasilkan, ujar suamiku.
 
Jadi ceritanya, menjelang risainku di awal tahun lalu, dan  rencanaku yang ingin berbisnis dari rumah dengan menjual jasa menulis, menginspirasi suamiku untuk membuat  “lemari kerja" multifungsi. Lemari yang memudahkan aku meletakkan sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaanku. 

Kurang lebih seminggu, suamiku mengumpulkan limbah kayu jati landa yang dibelinya dari workshop furniture di daerah Bantargebang, Bekasi Timur. Browshing desain dari internet dan kemudian menggambar sketsanya dengan modifikasi. Sepulang dari kantor, pasti ada saja perkakas tukang yang dibeli suami. Mulai dari meteran, gergaji kayu, perekat, palu sampai bor.. Wah, satu-satu penuh juga koleksi perkakas di rumah. Bahkan, ada box khusus yang tersimpan rapi. Niat bener nih ayah hehe. 

Hari Sabtu pagi eksekusi dimulai.  Anak-anak yang masih bermalasan di tempat tidur, dibangunkan ayah. “ Yuk Mel, bikin lemari buku buat Mama,” bisik suamiku di telinga Meli yang masih senyap-senyap. “Nanti aja yah, siangan dikit,” ujarku dari balik gordein kamar. Tapi, dasar ayah ga kehilangan akal untuk membuka mata Meili. Tidak lama kemudian, Meili langsung bangun dan minta mandi. Aku hanya geleng-geleng kepala melihatnya. Barra pun ikutan bangun, karena keributan kecil dan melihat di samping tempat tidurnya Meili  tidak ada.


Aku dan ibuku mulai sibuk di dapur menyiapkan makan siang. Di halaman, ayah dan Meili memulai atraksinya, menyiapkan perangkat. Barra dan Meili seperti biasa deh banyak berceloteh sendiri. Tak berapa lama hmmm. kayaknya  ayah  kebingungan nih. Peluhnya sudah mulai menetes. 

Rupanya  kayunya keras sekali dan agak susah dirangkai atau direkatkan antar bagiannya. Paku pun tidak bisa digunakan, karena dikhawatirkan memecahkan permukaan kayu. Sehingga  untuk merekatkan antar bagian dibutuhkan paku dari kayu juga. Tidak sesuai dengan prediksi tukang kayu amatiran nih. Jadilah ayah membuat paku manual dari kayu.  Meili yang melihatnya, langsung berujar. "Mah, ini kayunya bisa buat bikin es Piscok (Pisang Coklat) !"

Aku pun yang punya kesibukan sendiri di dapur, jadi bolak-balik ikut membantu memegangi kayu, karena harus ditekan kuat pada pada saat pengeleman dan perakitan.  Si Meili yang awalnya membantu ayah, mulai bosan, dan sepertinya asyik memilih aktivitasnya sendiri bersama Barra merangkai kayu-kayu yang belum dirangkai. Lucu juga mendengar Meili dan Barra yang sibuk membuat rumah kayu.

Sempat beberapa kali terjadi keributan kecil karena bangunan yang sudah dirangkai Meili, diacak Barra yang ingin mengatur sendiri. Hhehe. Tak lama kemudian, teman Meili datang, jadi deh tambah ramai. Permainannya pun jadi beragam. Bukan hanya merangkai puzzle-puzzle kayu, sekaligus juga menyanyi, bermain tepuk tangan, drama-dramaan. Wah tambah ramai. Si Ayah yang pusing karena lemari bukunya hampir gagal jadi geli melihat pola tingkah anak-anak yang lucu dan berdaya khayal tinggi. 

Lemari buku akhirnya baru selesai keesokan harinya, setelah datang bantuan tenaga dari teman ayah yang kebetulan silaturahmi bersama keluarganya ke rumah. Alhamdulilllah, kelar juga ya yah. Terima kasih Ayah. Lemari bukunya bagus. Meili pun dah ambil tempat nih buat meletakkan buku-buku ceritanya di lemari ini. Beberapa hari kemudian, Ayah pun kembali membuat tempat sandal. Kali ini mudah membuatnya. Jadi cukup dikerjakan oleh ayah sendiri dengan dibantu Barra yang ikut mengecat.Wah ternyata mengasyikkan juga ya liburan sambil membuat perkakas rumah tangga. Ayah tambah kreatif, anak-anak pun  belajar kreatif.

Barra yang asyik mengecat, langsung menghentikan aktivitasnya begitu difoto


Allah Memang Selalu Mendengar Doa Hamba-Nya

Dua mutiaraku, cantik dan ganteng.
Kegundahanku beberapa minggu belakangan ini, akhirnya terjawab sudah. Setelah aku benar-benar pasrah kepada Allah setelah berupaya maksimal. Seperti yang curhatan yang aku posting tentang kegalauanku, hari ini ada titik terang. 

Jujur sebenarnya aku malu juga sama Allah. Aku yang tidak kuat, tidak sabar dalam menjalani lika-liku perjalanan bisnisku. Sejak awal Januari 2013, aku memantabkan diri sebagai writerpreneur. Dengan alasan kuat, ingin memperhatikan anak lebih banyak lagi setelah waktuku dulu habis terbuang di dunia kerja. Aku pergi pagi sekitar jam 9 sampai rumah sudah jam 12-an. Paling cepat jam 10-an.. Hmmm kemacetan di jalan sangat menguras waktuku yang tinggal di pinggir Jakarta. Alhamdulillah, Allah kasih proyek bertepatan dengan risainku. Jadi, aku berpandangan, memang sudah waktunya, aku mulai memikirkan bisnis. Bisnis yang sesuai dengan bidangku, sebagai penulis. Perjalanan yang manis di awal..dan rupanya lumayan menguras emosi juga. Hhehe dasar aku memang suka rada emosional kalau berkaitan dengan prinsip. Proyek yang hampir batal juga setelah telaten dijalani. Tapi Alhamdulillah, pertolongan Allah datang begitu aku teriak "tidak kuat"". Klien kembali mempercayakan kami menggarap proyeknya. 

kalo lagi mesra kayak gini, cuma kalo lg berantem, waduhh bikin emosi
Ya, dalam berbisnis memang harus kuat nyali dan siap dengan berbagai kemungkinan yang terjadi di luar harapan. Berbeda dengan karyawan yang notabene sangat nyaman dari sisi finansial karena kepastian penghasilan per bulannya. Paling yang menguras emosi tentang pergaulan lingkungan kerja yang suka saling menyikut atau sikap atasan yang seenaknya, hrd yang tidak memperhatikan kesejahteraan dan perlakuan yang tidak adil bagi karyawannya. Heehehe banyak juga masalahnya kalo ingin dipandang sebagai masalah. 

Namun memang, di bisnis lebih kompleks. Weiisss.. sambil ngusap keringat..Semuanya pada hakikatnya ada risiko. Tapi tujuannku waktu itu tetap mantab, terus menjalankan ini. Teman-teman juga semuanya pada mengira aku sudah sukses. Hehhe sukses menghadapi masalah kali ya..dan sukses menaikkan peringkat anakku di sekolah, juga menambah hapalan surat-surat qurannya. Sementara sukses materi, masih sangat relatif. Apalagi sukses dalam mengendalikan emosi yang kadang ga sabar dalam mendidik anak atau mengajarkan anak PR hehhe. Aku memang temperamen. Tapi cuma sebentar aja emosinya. Setelah itu hilang dan kembali ceria.

berat memang meninggalkanmu sayang
Sifat emosional yang mudah diekspresikan kadang ada gunanya juga.Jadi aku ga sakit. Karena konon kalo terlalu memendam emosi bisa jadi modal bakteri hinggap di tubuh kita..Hehehe dasar cari pembenaran. Tetap dari sisi agama ga baik marah-marah. Untungnya sikap emosiku tidak sampai membuat reputasiku jatuh ketika jadi karyawan. Aku tetap jadi karyawan yang baik dan tidak marah2. Kata Rosullullah kan kalo marah kita harus menahannya dengan ambil air wudhu..Tapi aku suka ngga ngaruh juga, dah ambil air wudhu..ehh masih marah. Hmmm memang kadar imanku belum banyak, dan jauh sekali..(sedih). Yah, paling aku marah sama anakku yang susah diatur, berlaku seenaknya. Hheheh jauh juga ya aku dr sifat ideal seorang ibu yang arif dan bijaksana. Jadi meski hampir setahun aku di rumah, PR ku banyak yang belum tuntas. Sikap buruk masih aja ada..

Kembali ke soal pekerjaan nih. Hingga pada akhirnya, aku merasa bosan menjalani proses berbisnis ini. Ada rasa kangen dengan suasana kantor, kangen dengan keceriaan teman2 di kantor, kangen suasana di jalanan. Dan, dengan finansial yang apa adanya, aku juga ga bisa berbuat banyak. Ya, maklum kerja proyek dibayar sekaligus. Begitu habis, ehhehe langsung deh cuma dapat dari suami. Kegundahanku makin jadi ketika tawaran datang untuk menjadi karyawan.

Sampai akhirnya aku berikhtiar membuka lagi file2 CVku, melamar ke sejumlah situs pencari kerja. Ada beberapa deh, aku layangkan aplikasiku. Lumayan ada tambahan skillku dari sekedar jurnalis. Aku bisa sosial media, memahami dunia perblog-an, website, marketing, desain, animasi, dan sebagainya. Yahhh aku PD deh kalo nanya macam-macam. Oya, proyekku yang berjalan masih satu, yaitu content web dan desain web sekaligus di Balai Perlindungan Sosial, Banten. Jadi ada energi buat bikin lamaran, dan belajar lagi banyak hal.

Hari ini, aku benar-benar stuck dari kegundahan. Otakku dah mulai penat dengan berbagai harapan dan kenyataan yang aku alami..dimana keinginan dan mimpi mulai mengabur dan merasa tak bisa terwujud. Intinya sih masalah finansial. Komisiku masih lama cair, suamiku lagi repot sekali ngurusin mobil yang rusak melulu dan finansial tersedot banyak di mobil, anakku meili mau liburan dan minta dibelikan macam2 kalo dia berhasil masuk tiga besar. Dan sejumlah tuntutan lain dimana aku punya komitmen untuk berbisnis jualan rajutan, kasih uang ke ibuku dan lain-lain. Aku merasa harus punya finansial tetap per bulan. Belum lagi ada anak adik yang ulang tahun, otomatis ujung2nya butuh uang yang tidak sedikit. Dalam doaku di Dhuha tadi pagi, aku hanya bilang ke ALlah, AKu ga kuat...dan ga bisa ngomong lagi. Mungkin terlalu lebai juga ya. Banyak orang yang lebih susah dari aku. Tapi begini aja aku dah stress...lagi2 aku malu sama Allah.

Pokoknya aku mantab cari kerja. Aku hubungi temanku yang nawarin kerjaan beberapa hari lalu, apa masih terbuka peluang aku melamar. Katanya masih buka. Pas ketika aku tengah persiapkan lamaran, tiba-tiba aku ditelepon oleh klienku kalau proyek sosmedku deal dan akan kontrak jangka panjang selama 6 bulan. Hmm sebenarnya dari sisi nilaii ga besar. Cuma, ada rasa bersalah kalo aku tolak. Sementara dia dah percaya aku. Apalagi tuntutannya besar juga mencari 1000 follower tiap bulan Weiisss...tarik nafas..Tapi aku bilang aja. Aku akan berbuat maksimal, meski kenyataannya sangat sulit mencari real follower tanpa stimulus kompetisi, kuis, dan lomba-lomba yang banyak.. Klienku bilang, dicoba dulu aja ya mba.hmm lagi-lagi aku merasa agak tertantang juga. 

Kalau dipikir-pikir pengalaman sosial media aku ga gt banyak juga heheheh baru satu. Ya sudahlah hitung-hitung arena belajar. Dan, aku ingat dengan teman bloggerku di Blora yang sepertinya membutuhkan pekerjaan. Yang penting maksimalin dulu deh. Trus malamnya, aku iseng menyapa temen baikku di Astra. Rupanya dari kemarin dia mau menghubungiku. Tapi kelupaan terus karena kesibukannya. Pucuk Dicinta Ulam pun Tiba. Dia menawarkan aku proyek web dan sosial media dari rekanannya. Alhamdulillah, aku kembali semangat. Dalam hati aku bilang, apa ini jawaban dari kegundahanku. Bahwasanya, aku sebainya bekerja dari rumah. Anakku Meli begitu mengetahui aku mau kembali kerja kantoran, langsung tidak setuju. Dia bilang, "Mama mau ya rangking Meli turun lagi ?" Ga mau, pokoknya mama ga boleh kerja kayak dulu lagi !' dah gitu Meli nawarin agar aku jadi guru di sekolahnya. Hhhehe aku disuruh menghubungi kepala sekolahnya. hmm bisa jadi ini jawaban dari doa Meili. Apapun itu, sepertinya memang jalanku di bisnis dengan segala lika likunya. Bismillah..terima kasih atas petunjuk-Mu. Maafkan hamba yang kurang sabar. Maafkan Mama Meili. Semoga Mama tidak meninggalkan kamu lagi.


Proyek Sosial Media Pertamaku

Sosial media (sosmed) memang lagi booming saat ini. Semua yang berhubungan dengan promosi, publikasi, kampanye yang bertujuan menarik massa dan simpati selalu tak pernah lepas dari tools sosial media. Sehingga kemudian ada rumus, kalau mau berhasil, ya kuasailah media sosial. Kampanye Jokowi-Ahok untuk maju menjadi Jakarta Satu, salah satunya yang berhasil membendung massa melalui media sosial. 

Kemajuan dunia teknologi gadjet di Indonesia, serta murahnya akses internet menjadi salah satu faktor media sosial begitu booming di negeri ini. Hampir semua gadget menawarkan kemudian ber-media sosial dengan fitur yang beragam. Bahkan, kadang suka geli sendiri, satu gadget smartphone, seseorang bisa mengakomodir lebih dari 5 media sosial : facebook, twitter, path, we chat, kakau talk, instagram, google plus dan sebagainya. Uniknya semuanya itu dipakai hehhehe. Memang konsumen Indonesia paling disukai pebisnis luar. Paling royal dalam konsumsi. Padahal belum tentu, menu media sosial itu dipakai semua. Tidak jarang banyak ditemui updetannya sama semua. Di path, instagram, facebook, twitter, karena settingannya dibuat bisa dishare ke semua perangkat. Wkkwkwk, suka geli sendiri. Begitulah uniknya konsumen Indonesia.

Pencapaian follower belum ada sebulan
Dunia gadget ini berbanding lurus dengan peningkatan jumlah pengguna internet di Indonesia. Menurut data dari Asosiasi Jasa Penyelenggara Internet Indonesia (AJPII), jumlah pengguna internet di Indonesia sudah mencapai lebih dari 60 juta orang. Tiap tahun angkanya terus meningkat signifikan sekitar 20-30 persen pertahun. Sampai akhir tahun 2013, diperkirakan jumlah pengguna internet bertengger di angka 120 juta orang. Welehhh..dua kali lipat kenaikannya. Murahnya harga smartphone android digadang-gadang menjadi pemicunya. Kelompok remaja dan wanita merupakan kelompok mayoritas pengguna media sosial dengan kisaran usia 14-36 tahunan. 

salah satu status yang paling digemari follower
Tentang penggunaan sosial media, sebenarnya jujur baru aku pahami betul beberapa bulan ini. Aku memang pengguna facebook sejak 2011, dan baru awal tahun 2013, mulai melirik twitter. Dan, pernah punya twitter sejak pertengahan 2012, tapi heheh males banget diupdate. Karena aku tergolong orang yang tidak suka ekspresionis di dunia maya. Kebanyakan teman-temanku di kantor waktu itu, twitter kerap dijadikan ajang curhatan, kegalauan, sindir menyindir, bahkan sampai ribut besar hanya gara-gara status twitter. Hmmm ..aku waktu itu belum punya account twitter.

Tapi dalam perkembangan, ternyata memang media sosial kalau digunakan maksimal untuk kepentingan promosi, edukasi, kampanye, publikasi dan sebagainya, dampaknya sangat dahsyat. Dunia benar-benar serasa dalam genggaman. Mulailah berstatus ria di twitter. Tepatnya setelah risain awal Januari 2013. Tapi tetap ga aktif juga. Sudah sibuk nulisin kepentingan klien, nulis blog, urus anak, suka ga kepikiran mengupdate apa. Padahal kalau memang niat, bisa aja ya update status hehehe (ini perkara ngga niat).

Salah satu status fanspage yang digemari follower
Sampai pada suatu ketika, klien content web saya menawarkan project mengelola media sosial sebuah pameran kementerian. Angka penawarannya cukup lumayan sih ehhhe pada waktu itu...Dengan penuh semangat, aku mencari tahu tentang seluk beluk media sosial. Alhamdulillah, beruntungnya hidup di jaman sekarang. Semuanya bisa diperoleh dengan mudah melalui Mbah Google. Dalam tempo beberapa hari, 80 persen teori sudah aku lalap. Tinggal prakteknya. Bahkan aku bisa presentasi di hadapan relasi klien dengan sukses. Definisi sukses aku waktu itu bisa menjelaskan dan menjawab pertanyaan klien sehingga mereka puas dan yakin akan kemampuanku.

Sebenarnya dari segi teori, event ini sangat mepet waktunya. Saya hanya diberi waktu efektif sebulan untuk menggempur promosi di dunia maya. Setidaknya normalnya, kurang lebih tiga bulanlah buat exposure. Apalagi dengan aku yang ga punya pengalaman di bidang ini. Wahh..sempet gugup juga alias stress. Waktu itu aku hanya memiliki Blackberry. Sementara, klien butuh promosi via instagram. Dengan dimodalin suami, smartphone android langsung dibeli. Weeehh modal juga. Aku kira cukup dengan BB saja. Soal teknologi, ternyata perangkat BB dibanding android sangat kurang. Tidak lincah untuk men-drive update status twitter, apalagi fanspage. Sempet kecewa berat sama BB. 

Aku optimal beraksi sejak 26 Agustus 2013. Bahan-bahan masih terbatas. Karena klienku yang menawarkan proyek sosmednya sebagai penyelenggara event sekaligus kontraktor stand masih perlu koordinasi mendalam dengan kliennya. Jadilah aku hanya pasang status-status motivasi yang sesuai dengan misi evennya yang mengajak generasi muda agar mencintai dan menggunakan produk buatan dalam negeri. Kurang lebih seminggu deh aku isi content fanspage dan twiter dengan status seperti ini. Begitu pula dengan instagram yang mulai efektif aku gunakan pada minggu pertama September 2013. Padahal eventnya tangga 26 September 2013. Welehhh. Sedangkan kliennya klienku yang EO dan Kontraktor Stand itu terus menagih supaya lebih banyak follower. Salah satu cara efektif adalah dengan menggelar kuis dengan hadiah menarik. Ga ada cara lain untuk mendongkrak follower dalam tempo cepat. 

Waktu itu aku mendapat banyak pencerahan dari Fanspage ID. Bermanfaat banget. Fanspage ID juga menawarkan banyak tips, strategi agar fanspage kita tepat sasaran dan ter-buzz maksimal. Ada program promosi berbayar juga agar jumlah follower banyak sesuai target. Fitur-fitur apilikasi fanspage juga lumayan memberikan edukasi agar halaman fanspage saya di Pameran Produksi Indonesia 2013 lebih meluas. Hehheh tapi lagi-lagi aku masih ingin alami dulu deh, ga usah bersponsor dengan beberapa pertimbangan.Apalagi sampai membeli follower..Aduuhh ga deh, sama sekali ga tertarik menggelembungkan jumlah follower dengan membeli. Tidak ada manfaatnya. Masa kita harus berkoar-koar dengan robot. Meski ada penjual follower ini memastikan follower yang dijualnya itu asli manusia bukan robot, aku tetap kurang yakin. 

Selain itu, aku juga punya idealisme untuk mensosialisasikan dan mengedukasi anak-anak muda agar bangga dengan produk Indonesia. Dengan suka cita aku mencari berita tentang kejayaan produk Indonesia di pentas dunia. Siapa saja pengharum bangsa lewat produk kreatif yang mereka ciptakan.

Alhamdulillah dalam tempo relatif singkat, followerku bertambah banyak. Aku mengadakan sekitar empat kuis berhadiah voucher pulsa (mulai dari Rp 25 ribu sampai Rp 100 ribu), merchandise USB dan card reader. Lombanya aku bikin variatif. Pertama, kompetisi testimoni menggunakan produk Indonesia. Kedua, lomba tweet promo event Pameran Produksi Indonesia. Ketiga, kontes foto menggunakan produk buatan Indonesia. Keempat, kontes promo event dengan bahasa yang kreatif. Kelima, kontes tebak produk biuatan Indonesia. Sambil menjawab, mereka juga harus mention ke temannya lagi.

 Lucu juga, lihat antusias dari partisipan yang kebanyakan anak-anak SMU.  Ada juga yang kuliah. Dan, ternyata kebanyakan follower adalah banci kontes. Aku bangun hubungan yang lumayan akrab dengan follower aktif.  Mereka banyak mendoakan supaya eventnya lancar. Bahkan sampai event selesai, ada yang merasa kangen dengan si Mimin heheheh. Senang dengan celotehan mereka di twitter. Inilah yang membuat kadang aku tidak mengenal lelah. 

Salah satu progress report fanspage.
Oya, pada waktu itu aku handle sendiri baik fanspage, twitter, dan instagram. Melihat dari faktor bujet dan pengeluaran yang relatif besar, sepertinya kurang memungkinkan untuk bayar tim lagi.Hhehe karena belum pengalaman, jadi tidak begitu paham dengan bujet sosmed yang nyatanya tidak kecil. Sementara klien tahunya bersih dengan bujet tersebut. Untungnya ketika event berlangsung, ada relawan dari klienku yang membantu update di instagram. Jadi tidak terlalu keteteran. Ngomong soal bujet, harus diperhitungkan biaya kuis dan promosi kalau kita mau pesan maksimal tersampaikan. Fanspage sudah lengkap menawarkan paket-paket promosi ini. Tanda fanspage berbayar adalah tulisan bersponsor di facebook calon follower atau segmen yang ingin di-grab. 

Mengelola media sosial meski selintas ringan, tetapi kerjanya waduhhh rempong banget. Seluruh energi fisik dan pikiran tercurah di sini. Wuiihh benar-benar remuk juga nih badan dan stamina. Untungnya karena perasaan senang, tidak sampai jatuh sakit. Hanya lemas saja begitu event selesai. Next, kalau ada proyek sosial media yang mampir ke aku, mau aku bikin lebih terorganisasi. Ada tim yang bertugas jaga gawang : shif pagi, siang atau malam. Untuk metode, grand desain pesan, cara menggaet follower, In shaa Allah sudah aku pahami. Hhee PD nih. Alhamdulillah, ada beberapa tawaran sosmed ke aku, tapi masih tahap dealing dengan kliennya. Aku pun sudah menyiapkan tim penge-buzz untuk twitter, diantaranya follower setia dan aktifku di sosmed Pameran Produksi Indonesia. Semoga saja ada yang dealing. Dan, timku antusias siap mengerahkan kekuatan. 

Bagi kamu yang ingin menerjuni dunia sosial media, jangan ragu. Kesempatannya luas dan sekarang jadi profesi yang dicari oleh berbagai perusahaan baik perusahaan besar maupun kecil. Bayaran bervariasi mulai dari Rp 2 juta sampai tidak berbatas. Profesi ini cocok untuk ibu rumah tangga dan kalangan pelajar. Daripada gadget nganggur cuma buat nemplokin status galau, mending diberdayakan buat cari kerja di bidang media sosial.

Tapi ingat meski bikin status mudah, tetap berkonsep. Pahami deh visi dan misi klien kita atau sesuatu yang mau dipromosikan itu tujuannya apa. Seluruh updetan bentuk teks atau foto harus senafas dengan misi produk tersebut. Model pesannya macam-macam bisa kata-kata motivasi, info berita (sekilas info tentang klien), tips, dan ajak follower untuk ikut terlibat dengan pesan-pesan memancing. Guide terus follower dengan lead-lead menarik. Memang di sini butuh orang yang kreatif menge-buzz pesan. Ada ritmenya tersendiri. Yang penting, kamu tidak bosenan dan jaga mood ya. Persis kayak penyiar radio aja. Kalau penyiar radio kan "siaran dengan suara". Kalau sosial media, "siaran dengan status-statur penggugah". Mulai sekarang pelajari deh bagaimana pesan-pesan di twitter, fanspage atau yang lainnnya. Rata-rata bergaya tutur, anak muda, santai. Jangan mengggurui, tetapi ajak follower mikir.Wah banyak juga kalau mau dibahas ya tentang pesan-pesan di social media. Nanti deh postingan selanjutnya difokuskan buat pesan-pesan yang seperti apa yang dipergunakan dalam kampanye lewat media sosial.



 







Kegalauanku Akhir-akhir Ini

Galau, seperti inilah rasa yang aku alami hampir dua minggu ini. Jadi ceritanya, kurang lebih dua minggu lalu, aku ditelpon oleh salah seorang klienku. Dengan penuh semangat, klienku yang berposisi sebagai General Manager itu menawarkan pekerjaan untukku. Aku yang memang sedang rada santai, karena hanya mengerjakan satu proyek content web untuk Balai Perlindungan Sosial Dinas Sosial Provinsi Banten, penuh semangat langsung merespon tawarannya.

 Sebenarnya ada juga proyek sosial media, tapi masih belum berstatus menunggu. Ya, ini dah kali ketiga aku diajak gabung dalam proyek sosial media garapan suatu perusahaan web ternama di Jakarta. Hehehe tetapi dengan berbagai alasan, akhirnya hingga detik ini belum juga terealisasi. Alasan yang cukup ampuh, kalah bidding. Ya...bisa diterima. Namun begitu, rekananku di perusahaan itu tetap memberiku harapan bahwa proyek sosial media kali ini pasti berhasil. Ya sudahlah, aku tunggu keberhasilan penawarannya lagi. 

Meilia dan Barra, anakku yang pintar dan lucu
Keesokan setelah ditelepon oleh Si GM itu, aku menyanggupi datang ke kantornya di kawasan Kebon Kelapa. Hmm, sudah lama juga aku tak berkunjung ke kantor ini, sejak Mei 2013. Tepatnya setelah proyek conten webku selesai. Bulan Agustus 2013, aku masih dipercaya juga menggarap proyek sosial media dari kantor ini, tetapi tidak sempat mampir. Hanya koordinasi via imel, hp dan telepon saja. Sekalipun rapat, dilaksanakan di tempat kliennya di suatu kementerian di Jalan Gatot Subroto. Jam 11 tepat seperti janjiku via telepon, aku langsung diterima oleh Pak GM dengan ramah. Tanpa banyak berbasa-basi, dia langsung menjelaskan tentang kebutuhannya terhadap skill-ku. 

Jadi, perusahaan kontraktor stand dibawah bendera Kompas Gramedia ini sedang mengalami penurunan target. Banyak sebab, diantaranya, sales yang kurang fight dalam menjual, sales yang kurang banyak hubungan dengan relasi, kalah harga, dan sebagainya. Singkat cerita dia menawarkanku mengisi posisi sebagai marketing intelligence. Tugasnya rada merepet ke marketing executive juga. Seperti aku diminta mapping klien/pasar, memperkenalkan/mempromosikan perusahaan, mencari pasar baru, mengindentifikasi klien, menganalisa kompetitor dan sebagainya. Hmm cukup menantang bagiku. Pak GM ini pun sangat optimis dari nada bicaranya yang langsung terhadap kemampuanku. Apalagi aku cukup PD menjelaskan tentang penyebab yang mungkin saja membuat penjualan tidak mencapai target. Serta merta Pak GM langsung menerima aku.  

Usut punya usut juga. rupanya Pak CEO kantor ini menurut Pak GM yang merekomendasikan aku agar bisa berada di posisi tersebut. Wah rada GR juga hehhehe..Langsung aku pun semangat ingin ambil bagian menyukseskan perusahaan ini. Meski ini bidang baru, aku mencoba untuk optimis bisa melaksanankannya sesuai harapan mereka. Sekedar informasi saja, Pak CEO sudah mengenalku hampir setahun lalu. Aku mewawancarainya sebanyak tiga kali untuk kebutuhan content web. Alhamdulillah, kapabilitas dan kepiawaianku dalam mewawancarai, rupanya menarik perhatiannya sehingga aku kerap diajak mengerjakan sejumlah proyeknya.

Tetapi ada yang mengganjal atas tawarannya kali ini yaitu masalah status. Perusahaan ini sangat membutuhkan status karyawan, yang datang sesuai jadwal, dan bekerja selama lima hari. Ditambah lagi, mungkin pekerjaanku yang menyangkut database dan kerahasiaan juga sehingga dikhawatirkan aku berkhianat. Yaa bisa dipahami. Sementara di sisi lain, aku masih memikirkan keluarga, anak-anakku yang makin butuh perhatian ibunya serta  tanggung jawab dengan klien di Balai Perlindungan Sosial, sehingga status karyawan masih terasa berat. Pak GM waktu itu tak masalah. Yang penting aku bisa melaksanakan kewajibanku dengan penuh tanggung jawab. Namun, ganjalan datang hari HRD yang berat dengan status freelancer. Pak GM menandaskan di depan aku dan HRD, ini perintah Pak CEO. Namun langsung dijawab diplomatis oleh HRD, bahwa semuanya harus memenuhi prosedur. Ya..apa boleh buat sampai di penghujung pertemuan, aku masih keukeh dengan status konsultan. 

Dan, dah kebayang juga, aku harus berbuat apa dan butuh apa untuk menunjang pekerjaanku. Pekerjaannya lumayan berat, energi fisik dan pikiran cukup terkuras. Apalagi perusahaan ini belum mendukung untuk penyediaan website (proyek website ku yang belum dituntaskan karena masalah desain) dan social media, benar-benar butuh perhatian. Tapi aku anggap ini sebuah petualangan yang menarik, jadi marketing intelligence. Sesuai proesedur, akhirnya siang setelah pertemuan, aku harus menjalani psikotes dan sorenya HRD meneleponku untuk mengirimkan data tambahan tentang kelebihan dan kekuranganku sekaligus mengingatku untuk membuat rencana. Paginya, aku dah mengirimkan data tambahan tentang diriku, sedangkan rencana pekerjaan atau goal plannya  belum kukirim. Alasannya,masih menunggu respon dan akan mengirimkannya langsung sambil menjelaskan. 

Atas masukan dari seorang karyawan yang udah belasan tahun di perusahaan ini,  menyarankan sebaiknya statusku  sebagai konsultan. Mengingat, sistem manajemen di perusahaan  ini masih belum baik. Katanya, pekerjaan marketing intelligence atau marketing executive sebenarnya bukan hal baru. Dulu sudah pernah ada, tetapi karena lagi-lagi masalah manajemen akhirnya sempat tidak mendapatkan perhatian dan kini departemen yang membawahinya pun dibekukan.

Perusahaan ini juga tidak memiliki Public Relation yang mengurus masalah citra, hubungan klien dan promosi dan sebagainya. Banyak PR yang harus dibenahi. Dan, status konsultan menurut temanku yang karyawan itu sudah tepat, agar aku bisa melihat secara komprehensif permasalahan dan ikut membenahinya dalam kaca mata orang luar. Bismillah, aku tetap pada penawaranku. Tetapi sampai hari ini belum juga dihubungi. Sepertinya mereka tidak bisa menerima statusku sebagai freelancer. 

Segala sesuatu datangnya dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Jujur, sebenarnya aku berharap bisa menjadi bagian dari mereka. Segudang rencana sudah aku siapkan untuk menunjang pekerjaanku nanti. Kegalauan kembali bergulat di benakku, apa aku harus kembali bekerja kantoran setelah aku tinggalkan sejak awal Januari 2013...Ujian kesabaran memang tengah menerpaku. Satu sisi pekerjaan wirausaha, penghasilannya tidak menentu. Sisi lain, aku butuh penghasilan pasti per bulannya untuk membantu suami. Minimal uangku bisa untuk berlibur dan melakukan hal-hal menyenangkan bersama anak-anakku. Alhamdulillah, aku tidak berkurangan, tetapi aku hanya butuh sesuatu yang lebih. Ya Allah beri aku petunjuk..