Jual Daster Batik

Jual Daster Batik

Salah ! Jika Perbuatan Baikmu Dilakukan Untuk Mendapatkan Kebahagiaan



Hmm...mau berbuat baik saja susah yaa...pernah nggak kamu merasa seperti itu ? Atau pengorbananmu untuk membuat orang menjadi baik merasa sia-sia. Padahal kamu sudah keluar uang banyak, waktu tidak sedikit, pulsa dan paket data ratusan ribu, belum lagi 'korban" perasaaan karena menuruti sikapnya yang tidak jelas. Pernahkah juga kamu merasa sudah banyak memberikan pekerjaan dengan bayaran lumayan, tetapi kok dia tidak loyal. Bahkan terang-terangan nolak tawaran job kamu yang memang ada kalanya tidak bisa memberikan bayaran seperti biasanya.

 Atau pernahkah juga kamu merasakan sudah memberikan penghasilan dan kepercayaan kepada partner kerjamu, tetapi dia mengkhianati, bahkan "bermain belakang' ? Pernahkah kamu merasa kesal ketika traktiran kejutanmu terhadap orang lain, malah direspon keluhan lantaran dia tidak menyukai traktiranmu  ? Padahal kamu tahu benar, orang yang ingin kamu berikan kejutan baik itu sedang mengalami kesulitan finansial. Dan, kamu ingin memberikan yang spesial. Perbuatan baikmu merasa tidak artinya, hingga dengan emosi kamu mengatakan, kapok deh gue ! Lantas korelasi perbuatan baik dengan kebahagiaan itu nggak terbukti dong ? Berbuat baik malah membuat hati kecewa dan frustasi.

 Pantaslah Tuhan memberikan ganjaran "pahala" untuk hamba-Nya yang banyak berbuat kebaikan dan kebajikan. Bisa jadi itu untuk memberikan "penghiburan" bagi umat-Nya yang Dia sangat tahu, umatnya suka berkeluh kesah dan pamrih. Daripada pamrih terhadap manusia, maka lebih baik pamrihlah kepada-Ku akan Aku berikan balasan pahala. Kalau sudah bicara 'pahala", urusannya adalah keimanan. Seberapa kuat iman kita bisa menerjemahkan pesan Tuhan, dan meyakininya. Lagi-lagi jika iman tak kuat, balasan pahala hanya omong kosong, dan seolah hiburan dari Tuhan.


 Hmm...sebelum saya melanjutkan tulisan ini, tarikan nafas saya jadi begitu kuat........... Nggak bisa membayangkan, jika kehidupan di dunia ini memburuk, Bumi jadi semakin renta karena penghuninya yang opurtunis dan individualis : peduli amat orang lain. Yang penting gue happy. 'Ga usah urusin hidup orang. Urus hidup loe sendiri Toh kalau banyak ngurusin hidup orang juga nggak jamin orangnya senang diurus....Malah kita jadi dituduh "pencitraan". Weleh.


Fakta ; Gambaran itu sudah terjadi !! Orang baik yang terekspose di media sosial tertuduh "pencitraan". Orang semakin aneh dengan kebaikan yang tulus.Saya jadi teringat dengan sosok Fahri dalam Ayat-ayat Cinta 2 yang digambarkan terkesan begitu sempurna, membuat banyak orang mencibir : tidak mungkin ada orang sesempurna Fahri. Ya, gambaran kebaikan yang "sempurna", berbuat baik tanpa menuntut balasan dari manusia, dan menerima dengan begitu lapang ketika orang yang kita berbuat baik padanya tidak berterima kasih, malah menghardik dan membenci. Saya pun sempat membatin : baik banget Fahri. Kuat sekali dia menahan emosi amarah ketika orang yang dibantunya mencaci. Duhh....kok malaikat banget sih !. Tetapi bisa jadi gambaran sosok Fahri itu memang ada, hanya tidak diekspose. Konon katanya banyak orang baik dan begitu rendah hati tidak silau dengan publikasi yang menuai pujian. Justru pujian membuatnya jadi bumerang yang membuatnya terperosok. Amalannya menjadi hangus....karena tidak ikhlas lagi. Duhh..memang sulit ya jadi orang baik ituh.

Ok, teman-teman, dalam tulisan ini saya hanya ingin menyampaikan dan mem-bold pernyataan : Jika kamu ingin mendapatkan kebahagiaan lantas berbuat baik Itu Salah ! Bahagia hanya akan diperoleh jika hati kita ikhlas. Selama ada pamrih, kita tidak akan mendapatkan kebahagian. Kita berbuat baik sudah merupakan amanah hidup dari Tuhan. Dia mengutusmu ke bumi ini bukan tanpa alasan. Melainkan, untuk menghidupkan bumi ini dengan karya baikmu. Berbuat baik itu bukan proses transaksional. Selama di kepalamu masih berfikiran pedagang, jangan harap tetesan bahagia  jatuh ke hatimu.




Perbuatan baik itu sinaran dari Allah. Jika dia jatuh ke kita, bersyukurlah dan segera tebarkan dengan hati yang bersih, niat yang tulus benar-benar untuk membuat orang lain menjadi baik. Ketika kau tuntaskan amanah baik itu, segera pula lupakan. Jangan biarkan rasa yang tertinggal dari perilaku baikmu. Jika perbuatan baikmu menuai pujian, anggaplah itu sebagai bonus dan kembalikanlah kepada Allah yang Maha Penyayang dan Pengasih. Begitu pun sebaliknya, jika ada yang tidak senang dengan perbuatan baikmu, abaikan, dan kembalikan juga pada Allah yang Maha Pemberi Perhitungan kepada hamba-Nya yang pandai bersyukur. Sesungguhnya tugas kita hanya "melaksanakan" dan "berbuat". Hasilnya, biarlah urusan Allah. Yang menurutmu buruk, belum tentu menurut Allah buruk buatmu. Allah hanya tidak ingin menambah urusan kita dengan banyak berhitung perbuatan baik yang telah kita lakukan. Kalkulator Allah sangat canggih. Dan tak akan terlewat, apalagi salah perhitungan. Kebahagiaan akan kita peroleh jika kita benar-benar bisa melepas segala ambisi...dan nafsu....ringankanlah hidupmu dengan membuat beban tersebut..;0

Ok. masih tetap ingin berbahagia dengan berbuat baik ???

Allah sesungguhnya berjanji akan memberikan kabar bahagia bagi hamba-Nya yang tulus mengerjakan kebajikan : "Orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka mendapat kebahagiaan dan tempat kembali yang baik (QS Ar-Rad 13;29)










Ingin Berbisnis Sukses? Bersiaplah Melayani Dengan Sepenuh Hati


Suamiku bukanlah pebisnis tulen. Boleh dikata, sedang menuju menjadi pebisnis yang bisa terus eksis. Alhamdulillah sudah 7 tahun, kami bisa "mandiri". Ya, kerja mandiri (wirausaha) dengan beberapa gelintir orang, masih terlalu dini kalau dibilang entrepreneur.

Sebagai pekerja yang juga mandiri sejak 4 tahun terakhir, Aku banyak belajar dari suamiku yang mengelola bisnis kecil2an di bidang ekspedisi trucking. Dia  inspirasiku, hehehe sekaligus pemodal usaha kecil2anku. Salah satu yang aku serap benar adalah soal pelayanan.
Pelayanan memang sangat penting dan nomor satu. Suamiku tidak  pernah promosi, apalagi gembar-gembor tentang bisnisnya. Kalem banget. Mungkin soal personality branding seperti yang ramai dibicarakan pebisnis kekinian, hhehe nggak ada dalam kamusnya. Seluruh klien diperoleh dari rekomendasi, repeat order dan dari mulut ke mulut,

Satu per satu klien dimaintain dengan sepenuh hati. Dalam dunia bisnis, apalagi jasa, pastinya tidak bisa menghindari komplain. Karena setiap pekerjaan menuntut kesempurnaan dan sesuai dengan kesepakatan. Namun begitu, . yang dinilai klien ternyata bagaimana kita bisa cepat dan sigap merespon setiap komplain. Suamiku rela keluar bujet lumayan untuk memperbaiki armada yg aus atau rusak. Secepatnya mengganti jika ada masalah kerusakan barang di jalan. Bahkan, ia juga bersedia mengerjakan proyek klien langganan dengan sepenuh jiwa  meski kadang nilainya tidak seberapa.Tipis...

Dia hnya berucap ringan ketika aku mempertanyakan, "Yah jangan sampe rugi loh dan ga dapat apa2 ngerjain proyek ini !" ( Menjelang tutup tahun, Alhamdulillah orderan truk lumayan banyak. Ada beberapa orderan yg memang "tipis" ). Dia singkat menjawab : "Masa harus dapat daging terus (dari klien langganan ), sekali-kali tulang lah..!" ujarnya, sementara tangannya sibuk mengetik message WA mengurusi angkutan bernilai tipis itu. Aku langsung terhenyak ingat sesuatu.

Ya, kadang kita yg merasa sudah berpengalaman dan banyak orderan, cenderung selektif menerima order. Jasa kita ingin selalu dihargai bagus. Begitu klien langganan suatu hari tidak bisa memberikan nilai yang sesuai dari biasanya, langsung menolak: tidak bisa menerima. Dan, kita hanya fokus melayani yang sesuai dgn standar harga kita. Mampu bayar sesuai harga, deal.

Padahal, dalam logika bisnis tidak melulu bisa seperti itu. Justru dengan kita bersedia menerima klien dalam kondisi apa adanya, klien akan simpati dan dengan senang hati merekomendasikan kita kepada relasinya. Bahkan akan membuka peluang kita mendapatkan proyek lebih besar.

Suamiku juga pantang bicara keburukan rivalnya di hadapan klien. Apalagi sampai merebut klien orang lain dengan menarik simpati memberikan harga lebih rendah dan layanan plus lainnya. Itu haram dilakukan.

Malah tidak jarang jika sekiranya tidak sanggup melayani, dia memberikan kepada partnernya tanpa mengambil fee mediasi sedikit pun. Biar langsung klien menghubungi partnernya. Tak ada rasa khawatir kehilangan proyek dan keuntungan. Katanya, rejeki sudah diatur dan tak akan tertukar. Ya Allah, speechless. Kebetulan dia bukan tipe yang suka berkicau keluhan di media sosial. Jadi, klien merasa aman dan nyaman bekerja sama.

>> ini hanya sebuah kontemplasi di penghujung tahun 2017. Persaingan bisnis makin ketat. Orang dengan mudah menghalalkan segala cara demi mendapatkan suatu proyek. Etika bisnis sepertinya hanya dongengan orang yang sok bijak. Dalam prakteknya, nafsu uang yang bicara. Rebutan klien dengan cara yang rendah. Tak sedikit, yang dengan terbuka "menawarkan jasa" di warung orang yang menjual barang/jasa yang sama.

Padahal jika kita pandai memelihara klien dengan pelayanan yang baik, tidak usah takut kehilangan klien. Klien2 baru memang harus kita cari sebagai suatu wujud dari progress, tetapi bukan berarti mengabaikan klien lama selama dalam perjalanan hubungan bisnis baik2 saja.

Semangat menjalankan Resolusi Bisnis 2018 ya sobat...!!!! Jadikan 2018 itu tahunmu ! Jemputlah rejekimu dengan cara yang diridhoi Tuhan.