Ketika Ustad Selebritis 'Ahmad Al Habsyi' Berdakwah di Cileungsi
Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, perkumpulan ibu-ibu pengajian di lingkungan Griya Alam Sentosa, mengundang Ustadz Ahmad Al Habsyi. Seminggu sebelum acara (25/1), anakku Meilia (9 tahun) sudah mewanti-wanti agar hari itu tidak kemana-mana, karena mau lihat ceramah. Wahh semangat betul ;). Ya, teman-teman sekolahnya ramai membicarakan ustad ganteng yang lumayan sering nongol di TV. Mereka berencana "nonton bareng". "Ma, nanti aku berangkatnya bareng Darin dan Gita ya..!" ujar Meili.
Jujur, aku tidak begitu mengenal nama ustad ini ketika anakku menyebutnya. "Masa Mama nggak tahu sih, itu loh Ma yang sering ada di TV..." Meili terus memaksaku mengingat. Ia yakin betul mamanya hapal para ustad yang tampil di TV.
Hmm..aku mencoba mengingat-ingat..sepertinya aku tahu wajah, tapi tidak hapal nama. Maklum, aku hanya tahu ustad tertentu saja. Terutama Ustad Quraish Shihab, paling hapal. Tapi sudah kutebak sih penampakan ustad Ahmad Al Habsyi ini. Masih bisa dihitung dengan jari, ustad-ustad yang seperti selebritis. Sepertinya ustad yang ada di film hijab deh yang berperan sebagai habib yang menasihati Gamal agar rujuk dengan istrinya. Browshing sebentar di Google, ohh benar saja hhehe, ustad berwajah enak dipandang itu (tapi aku nggak ngefans loh ;) ).
Hmm..aku mencoba mengingat-ingat..sepertinya aku tahu wajah, tapi tidak hapal nama. Maklum, aku hanya tahu ustad tertentu saja. Terutama Ustad Quraish Shihab, paling hapal. Tapi sudah kutebak sih penampakan ustad Ahmad Al Habsyi ini. Masih bisa dihitung dengan jari, ustad-ustad yang seperti selebritis. Sepertinya ustad yang ada di film hijab deh yang berperan sebagai habib yang menasihati Gamal agar rujuk dengan istrinya. Browshing sebentar di Google, ohh benar saja hhehe, ustad berwajah enak dipandang itu (tapi aku nggak ngefans loh ;) ).
Ibu-ibu heboh melihat Ustad Ahmad AlHabsyi datang. |
Menjelang zuhur, ibu-ibu sudah ramai mendatangi mesjid. Ini memang acara HUT perkumpulan pengajian ibu-ibu, jadi yang datang hampir sepenuhnya kaum perempuan. Kaum bapak tidak sedikit juga yang duduk di mesjid. Panggung acara didirikan di halaman mesjid. Seluruh area luar, dikuasai ibu-ibu. Bazar makanan, pakaian, sandal ramai di sekeliling mesjid. Tak jauh dari panggung, berdiri stand meja manajemen Ustad Ahmad Al Habsyi yang menjual buku, CD, baju koko dan kerudung. Stand itu nyaris tak ada yang mengunjungi dibanding stand makanan.
Dijadwalkan ceramah pukul 13:00 wib. Aku datang sekitar pukul 13:00 kurang bersama Barra, Meili dan teman Meili. Meili tidak jadi bersama teman-teman di sekolahnya. Ibu-ibu tetangga sempat mengajak berangkat bareng sejak Zuhur.
Sudah pukul 14:00, ustad tidak kunjung datang. Anak-anak mulai gelisah, minta pulang. Ibu-ibu yang membawa anak seperti aku sibuk ngademin anak dengan jajan. Barra, sepertinya sudah resah. Dia menggaruk-garuk kepalanya. 'Ma, pak ustadnya udah nyampe belom ?" tanya Barra ( 4 tahun). "Belum de, sebentar lagi !" jawabku.
Ibu-ibu di sebelahku mencoba sabar dengan berbaik sangka. "Kalau minggu begini, macet banget di Cibubur," ujar salah seorang diantaranya. Sejak aku datang, ibu-ibu ini sudah duduk manis di pelataran mesjid. Langit perlahan menggelap. Sepertinya, awan sudah tak tahan menahan air. Wahh, gimana kalau hujan nih. Area panggung bisa tampias air. Tendanya juga tidak luas. Bisa dipastikan begitu hujan turun, ceramah terganggu.
Ibu-ibu di sebelahku mencoba sabar dengan berbaik sangka. "Kalau minggu begini, macet banget di Cibubur," ujar salah seorang diantaranya. Sejak aku datang, ibu-ibu ini sudah duduk manis di pelataran mesjid. Langit perlahan menggelap. Sepertinya, awan sudah tak tahan menahan air. Wahh, gimana kalau hujan nih. Area panggung bisa tampias air. Tendanya juga tidak luas. Bisa dipastikan begitu hujan turun, ceramah terganggu.
Tak berapa lama kemudian sekitar pukul setengah tiga, Fortuner putih mengkilat melaju masuk ke samping area mesjid. Para bapak yang bertugas menyambut, langsung mengerubung. Ibu-ibu yang sedari tadi duduk manis, langsung berdiri, ustadnya sudah datang. Suasana menjadi heboh. Bagai makanan yang diserbu lalat, ibu-ibu sudah tidak beraturan mendekati sosok ustad berketurunan Arab itu. Paparazi-paparazi berkerudung mendadak muncul dengan kamera android. Ibu-ibu di kanan kiriku sibuk menganggumi kegantengan si ustad. "Lebih putih aslinya ya," seloroh ibu-ibu yang disambut senyum-senyum oleh temannya.
Ustad Ahmad tanpa banyak basa basi lagi langsung berceramah. Ia menyapa manis ibu-ibu yang sedang ber-eforia. Kamera android tak putus merekam setiap gerak ustad yang populer di TV sejak 2005 ini. Bukan suatu kebetulan lagunya yang berjudul Salam Bagi Nabi sukses disukai jamaah. Kami sempat melantunkan salawat Nabi. Sejenak cukup syahdu. Dalam ceramahnya, ustad menjelaskan tentang idola yang seharusnya ditanamkan di benak umat Islam yaitu Rosulullah dan ulama.
Gayanya yang dibikin gaul dan cair, terus menebarkan pesona jamaah. Namun sayang, ustad tidak menjelaskan dengan dalam bagaimana akhlak Rosulullah. Ia lebih banyak mempromosikan bukunya yang berjudul "7 Keajaiban Orang Tua".
Suami Putri Aisyah Amini ini mengisahkan betapa lamanya ia menulis buku yang katanya 'best of best seller'. Selama 3,5 tahun dengan penuh cucuran air mata. Intinya buku yang juga akan difilmkan pada April 2015 menceritakan tentang keteladanan menghormati ibunda-orang tua. Ustad beranak tiga ini juga mempromosikan CD kumpulan ceramahnya.
Tak seberapa lama, hujan yang memang sudah diperkirakan turun, akhirnya turun deras. Ibu-ibu yang asyik memperhatikan ustad di panggung, langsung kocar-kacir menuju pelataran mesjid. Meja jualan buku dan promo yang tak bertenda itu pun basah oleh hujan. Beberapa orang berpakaian dengan label manajemen Ustad Ahmad Al Habsyi sibuk mengamankan barang dagangannya. Mobil manajemen yang berisi kumpulan buku dan CD ditarik lebih ke arah jamaah dan disulap menjadi "toko".
Isi 'ceramah" nyaris tak begitu terdengar. Anakku Barra sudah mulai meminta pulang di tengah hujan deras. Ustad tetap melanjutkan ceramahnya yang terpotong oleh hujan yang tiba-tiba menyambar. Namun itu tak lama, langsung ditutup dengan doa yang lumayan mengetuk hati tentang sosok ibu. Pak Ustad memberikan buku dan CD-nya kepada salah seorang jamaah yang menangis terisak karena doanya itu.
Begitu selesai ceramah sekitar pukul setengah empat, ibu-ibu langsung kalap menyerbu mobil jualan buku yang dipromosikan sepanjang ceramah. Harga bukunya cukup mahal Rp 50 ribu. Tapi itu tak dihiraukan oleh ibu-ibu ini. Mereka berebutan menyerbu mobil buku.
Anak kelas 1 SD, tetangga sebelah ikutan merengek minta dibelikan buku oleh ibunya. Si Ibu tampak gusar melirik isi dompet. Dan, Ibunya memanggilku, " Mama Meili beli buku nggak ?"..Aku raba kantongku, sepertinya tidak cukup uangnya. " Kayaknya nggak Mama Meka, kurang duitnya." jawabku. "Mau pinjam uang saya ? " tawarnya. "Hmm nggak usah Mama Meka, nanti saya beli di toko buku kalau ada. makasih ya.." jawabku.
Sesampai di rumah, aku membahas ceramah Pak Ustad dengan Meili. "Meili tadi pak Ustadnya ngomong apa aja ? tanyaku. Meili mencoba mengingat-ingat. " Ahh lupa Meili Ma. Yang beli buku banyak banget !' jawab Meili polos. Semoga aja, para ibu yang membeli buku Ustad Ahmad bisa membacanya sampai habis. Jadi, ustadnya nggak perlu banyak-banyak menjelaskan," timpalku geli.
Hmm...beginilah memang kalau ustad selebritis 'berdakwah". Pesannya tak jelas sampai, jamaahnya sudah heboh dengan "penampakan nyata" ustad yang selama ini ditonton di televisi. Dalam situasi seperti ini hampir sulit dibedakan antara ustad dan sales buku ;)
Anak kelas 1 SD, tetangga sebelah ikutan merengek minta dibelikan buku oleh ibunya. Si Ibu tampak gusar melirik isi dompet. Dan, Ibunya memanggilku, " Mama Meili beli buku nggak ?"..Aku raba kantongku, sepertinya tidak cukup uangnya. " Kayaknya nggak Mama Meka, kurang duitnya." jawabku. "Mau pinjam uang saya ? " tawarnya. "Hmm nggak usah Mama Meka, nanti saya beli di toko buku kalau ada. makasih ya.." jawabku.
Sesampai di rumah, aku membahas ceramah Pak Ustad dengan Meili. "Meili tadi pak Ustadnya ngomong apa aja ? tanyaku. Meili mencoba mengingat-ingat. " Ahh lupa Meili Ma. Yang beli buku banyak banget !' jawab Meili polos. Semoga aja, para ibu yang membeli buku Ustad Ahmad bisa membacanya sampai habis. Jadi, ustadnya nggak perlu banyak-banyak menjelaskan," timpalku geli.
Hmm...beginilah memang kalau ustad selebritis 'berdakwah". Pesannya tak jelas sampai, jamaahnya sudah heboh dengan "penampakan nyata" ustad yang selama ini ditonton di televisi. Dalam situasi seperti ini hampir sulit dibedakan antara ustad dan sales buku ;)
Rameeeee....mudah2an ilmunya tetap dapat ya mbaa
BalasHapusAamiin mba kania hehe
HapusAstaga. Rupanya di mana-mana sama. Saya tak sengaja baca kicauan kawan yang ketika khotbah sholat Jumat kemaren, pak Ustad ini juga lebih banyak "jualan" bukunya. :|
BalasHapusiya mba isnu.miris banget ya. Niat mau memakmurkan mesjid bersama keluarga, hasilnya malah tidak dapat apa2, semoga masih dapat pahala niatnya ya mba :)
Hapus