Nenek Masmatum, Penjaga Perlintasan Kereta
Kota Serang Banten, belakangan ini familiar dalam hidupku. Bukan karene memang sedang ramai kasus korupsi Gubernur dan aparatnya, tetapi lantaran Allah kasih kesempatan aku menjadi freelancer mengelola website dan publikasi milik Balai Perlindungan Sosial Provinsi Banten- Dinas Sosial Provinsi Banten selama kurang lebih setahun ini.
Setidaknya satu kali sebulan aku berkunjung menyambangi mbah-mbah di Balai. Balai Perlindungan Sosial Provinsi Banten merupakan salah satu unit di Dinas Sosial Provinsi Banten yang diamanahkan untuk mengurus lansia miskin dan terlantar baik yang terdapat di lingkungan daerah Banten maupun luar Banten. Saat ini daya tampungnya baru sebanyak 60 orang. Sementara, menurut pengelola Balai, di Banten terdapat lebih dari 4.000 orang lansia yang butuh perhatian. Bisa jadi Nenek Masmatum salah satunya yang terkategori “terlantar” yang belum mendapatkan perhatian pemerintah.
Sosok Nenek Masmatun beberapa hari ini memang menjadi pembicaraan di media. Bagaimana tidak, selama 30 tahun, dengan sabarnya, ia menjaga perlintasan kereta tak berpalang pintu di Kampung Kemang, Cipocok,Serang, Banten. Tanpa imbalan sepeser pun dari PT KAI. Ironisnya, ini masih berada dalam satu lokasi dengan Balai Perlindungan Sosial Provinsi Banten di Jalan Cipocok. Dan, tak jauh pula dari rumah kediaman Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah. Hmmm
salah satu wisma di Balai Perlindungan Sosial Provinsi Banten |
Alasannya sederhana sekali, karena semata ingin berterima kasih kepada PT KAI yang telah memberinya sebidang tanah yang telah disulapnya menjadi rumah sederhana, tepat berada di samping perlintasan kereta api. “Pemerintah sudah baik ngasih saya bangun rumah di tanah ini. Jadi, saya membalas kebaikan dengan cara seperti ini, yang saya bisa lakukan,” ujar Masmatun.
Dia mengaku tak meminta uang kepada siapapun. Namun, jika ada yang memberi, dianggap sebagai rezeki dari Allah yang diterima dengan baik. “Kalau ngga ada, ya ga mau minta,” katanya. Pancaran matanya, tak menutupi semangatnya membalas budi. Sesekali ia mengelap keringat yang menetes di dahinya yang berlipat tua. Tampak lipatan-lipatan kulit lusuh terbakar matahari.
Setengah membungkuk dan berlari kecil, nenek yang bercucu ini mengacung-ngacungkan plang bertanda berhenti. Tak peduli, mentari telah berganti baju siang atau malam, begitu jarum jam telah menunjuk ke jadwal kereta, ia langsung berlarian menuju perlintasan tak berpalang itu. Seketika teriakannya menghentikan kendaraan yang ingin melintasi. Subhanallah.
lansia dipelihara penuh kasi di Balai |
Aku bertekad ketika ada jadwal ke Serang, ingin rasanya bisa bersua dengen nenek hebat ini.
Ya, Allah aku memohon kepadamu, sehatkan selalu Nenek Masmatun. Bahagiakan selalu hatinya. Berkahilah kehidupannya, dan angkatlah ia ke derajat kemuliaan yang tinggi. Semoga para penguasa Banten atau pemimpin Banten bisa lebih memperhatikan rakyat kecil seperti Nenek Masmatun. Aamiin ya Robbal’alamin.
Postingan ini juga di posting ke www.doamu.com. Doamu.com adalah salah satu media sosial yang dibuat menyerupai facebook. Media ini diciptakan dengan tujuan memberikan inspirasi kepada umat manusia dalam menjalankan amanah hidupnya.
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas masukan dan komentarnya.