Belajar “Makan” dari Jerman
Pagi ini saya membaca postingan dari sebuah grub. Hmm jujur saya merasa malu. Sebagai negara yang mayoritas muslim tetapi dalam kesehariannya umat di negeri ini masih jauh sekali dari akhlak dan sikap yang Rosulullah ajarkan. Dari contoh kecil saja yaitu “tidak menghabiskan makanan dan berlebihan dalam makan”
Postingan tersebut bercerita tentang pengalaman orang Indonesia yang bertugas di Jerman. Sebuah negara yang taraf kehidupannya sudah mapan. Masyarakatnya juga majemuk terdiri dari berbagai bangsa dan agama.
Ia bercerita :
“ Ketika saya tiba di Hamburg, saya bersama rekan-rekan masuk ke restoran. Kami melihat banyak meja kosong. Ada satu meja diduduki sepasang anak muda sedang makan. Di mejanya hanya ada dua piring makan dan dua piring minuman. Kelihatannya mereka sepasang kekasih.
Saya bergumam dalam hati, apa hidangan yang begitu simpel itu layak disebut romantis. Dan, apakah si gadis itu kelak akan meninggalkan pemuda yang kikir disampingnya itu..
Tak berapa jauh dari meja sepasang kekasih itu, ada sebuah meja yang diisi oleh beberapa wanita tua. Ketika makanan dihidangkan pelayan, mereka langsung menghabiskan sampai tidak bersisa di piring.
Kala itu, kami memang sedang lapar, sehingga rekan kami memesan makanan lebih banyak. Ketika selesai, di meja masih tersisa sepertiga dari makanan yang sudah kami pesan. Kami tak begitu mempedulikannya. Sambil ngobrol ringan kami langsung ngeloyor meninggalkan seonggok makan yang tersisa tersebut.
Baru kami hendak melangkah, tiba-tiba seorang wanita tua yang berada di meja tadi berbicara dalam bahasa Inggris menunjukkan ketidaksenangan terhadap kami yang meninggalkan makanan begitu saja di meja.
Lalu temanku berkata kepada wanita tua itu : "Kami yg bayar kok, bukan urusan kalian berapapun banyak makanan yg tersisa!” temanku agak sewot juga.
Melihat sikap yang emosi dari temenku, wanita-wanita tua itu langsung meradang. Salah seorang diantaranya segera mengeluarkan HP & menelpon seseorang. Tak berapa lama kemudian, datanglah seorang lelaki berseragam sekuriti sosial menghampiri mereka. Ternyata wanita-wanita tua itu protes lantaran kami menyisakan makanan di meja dengan sia-sia. Tanpa banyak berbicara, lelaki itu langsung menerbitkan surat denda Euro 50 (Sekitar R. 750.000) pada kami atas makanan yang tersisa tersebut.
Kami semua terdiam..
Petugas berseragam berkata dengan suara galak, :“PESAN HANYA YANG SANGGUP ANDA MAKAN. UANG ITU MILIKMU TAPI SUMBER DAYA ALAM INI MILIK BERSAMA. ADA BANYAK ORANG LAIN DI DUNIA YANG KEKURANGAN. KALIAN TIDAK PUNYA ALASAN UNTUK MENSIA-SIAKAN SUMBER DAYA ALAM TERSEBUT.
Kontan ini membuat saya malu. Kerap karena gengsi, kita memesan makanan yang berlebihan ketika menjamu orang. Dalam kisah ini, pemosting menggarisbawahi : ‘Money si Yours But Resources Belong to The Society”
Membaca postingan itu, saya tertegun. Kita terlalu banyak berteriak di awang-awang tentang negara Islam, tetapi hal-hal kecil dan sederhana, persoalan menghabiskan makanan saja, kita terlalu lalai.
Betapa banyak ya, masyarakat kita banyak menggelar pesta meriah dengan hamburan makanan dan minuman berlimpah. Coba deh lihat di pesta pernikahan di sebuah gedung. Tetamu giat sekali memburu sajian makanan. Nafsu sangat bergelora. Belum habis makanan dipegang, sudah beralih ke meja lain. Khawatir kehabisan dan tidak kebagian. Akibatya, meja-meja menjadi saksi bisu onggokan makanan yang tidak habis. Seenaknya di taro di meja. Hmm tarik nafas kalo melihat hal ini.
Padahal Rosulullah wanti-wanti mengingatkan umatnya agar tidak berlebihan dalam menyantap makanan. Mengambil makanan secukupnya dan memakannya tanpa tersisa sedikit pun walau hanya berupa sebutir nasih yang menempel di jari tangan. Dari Jabir katanya, Rasulullah SAW menyuruh membersihkan sisa makanan yang di piring maupun yang di jari seraya bersabda: “Sesungguhnya kalian tiada mengetahui di bagian manakah makananmu yang mengandung berkah”.(HR. Muslim).
Pada riwayat lain, Rosulullah juga bersabda : ‘’ Tidak ada suatu tempat yang dipenuhi oleh anak Adam yang lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah bagi anak Adam itu beberapa suap makanan saja, asal dapat menegakkan tulang rusuknya. Tetapi bila ia terpaksa melakukannya, maka hendaklah sepertiga ( dari perutnya itu) diisi dengan makanan, sepertiganya dengan minuman dan sepertiganya lagi dengan nafasnya (udara, dikosongkan)” (HR. Imam Ahmad dan Turmudzi).
Hati Nabi Muhammad teramat peka terhadap kehidupan fakir miskin dan reaitas sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Dalam sebuah sabda lain Rasul mengancam kepada seorang yang hanya mementingkan dirinya sendiri dalam masalah makanan sebagai orang yang bukan golongannya, yaitu: “barangsiapa makan sampai kenyang, sementara tetangganya merintih kelaparan, maka ia bukan termasuk golonganku”.
Dan, untuk menjaga keberkahan makanan yang masuk ke dalam tubuh, ucapkanlah nama Allah, bismillah dan akhiri dengan Alhamdulillah. Jika lupa, maka ucapkanlah ‘bismillahi awwaluhu wa akhiruhu’(dengan nama Allah dari mula hingga akhir). (HR. Turmidzi)
Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang selalu diberkahi Allah SWT. Aamiin ya Robbal'alamiin.
Postingan juga diuplod di media sosial www.doamu.com
Hihi, saya juga kalau makan di luar rumah suka masih ada sisanya dikit, terutama kalau di tempat undangan :p Lagaknya tuh ngambil banyak gitu, ini itu mau, ehhh, ternyata gak diabisin -_-
BalasHapus