Memaknai Kebahagiaan
Bahagia....pasti setiap orang ingin berbahagia. Sukses di karir atau pekerjaan. jodoh dimudahkan, atau mendapatkan pasangan yang diidamkan, dikaruniai anak-anak yang cantik, ganteng, dan sehat, tinggal di rumah layak, bisa selalu liburan, makan enak dan sebagainya. Tak terhitung kebahagiaan didefinisikan oleh setiap manusia.
Tidak sedikit pula manusia yang kemudian menilai, dengan dilimpahi banyak kebahagiaan kasat mata, tandanya Allah sayang dan merahmati hidupnya. Di sisi lain, manusia pun jadi beranggapan, musibah dan hal-hal yang tidak enak dirasa, merupakan sebuah "hukuman" dariAllah, dan tanda hidup kita tidak dirahmati Allah. Prasangka buruk dan klaim diri sebagai orang yang negatif terus tertanam. Sehingga, kesengsaraan pun menjadi menggunung. Kapan gue bisa bahagia seperti orang-orang ? Apa salah gue sehingga Allah terus menimpakan gue berbagai kesulitan ? " Protes !..
Selorohan "protes" atas nasib yang tak sesuai harapan, kerap aku temui. Sampai akhirnya, aku jadi berfikir, sungguh tegakah Allah membiarkan hambanya hidup dalam penderitaan...? Oh.No....Allah itu Maha Penyayang, Maha Adil, Maha pemurah...Maha Perhatian..Berilah kepada hamba-hamba-Mu...secercah kebahagiaan, sehingga bisa selalu mensyukuri hidup dan mengakui eksistensimu melalui kebahagiaan...Loh kenapa aku jadi ikut protes ? hmm...
Aku menghela nafas panjang dan kembali mengamati pola tingkah orang-orang yang selalu merasa golongan yang tidak bahagia. Mereka yang selalu merasa terpinggir. Mereka yang selalu ditimpa "ketidakberuntungan"...Ternyata..itu bukan hadiah dari Allah, tetapi dari perilaku mereka sendiri, yang secara disadari menumpuk perkara ketidakbahagiaan.
Contoh kecil, masalah hutang, kerap diabaikan untuk pelunasannya. Mau beramal, nunggu dapat rezeki banyak, jika berjual beli, berbuat curang membohongi tentang barang yang dijual. Mulut kerap mengumpat tentang kesialan yang menimpanya, buang sampah main lempar di jalan raya, dan sebagainya. Ia tak pernah mengoreksi diri lebih dalam tentang maksud dan hikmah yang Allah berikan kepadanya. Jadilah bibit-bibit ketidakbahagiaan diternakkan.
Tetapi jangan juga jadi berfikir musibah itu selalu diidentikkan dengan ketidakberuntungan diri. Orang-orang yang secara kasat mata menunjukkan kebahagiaan itu apakah memang sesungguhnya sudah merasa berbahagia. Jangan salah loh...Tidak sedikit dari mereka yang "berbahagia" itu hatinya kosong. Akibatnya, kerap merasa tak puas, tak bersyukur, tak mampu lagi melihat yang indah-indah di hadapannya. Dan, ujung-ujungnya protes juga kepada ALlah.
Dalam tulisan ini, saya hanya ingin sama-sama meresapi tentang makna kebahagiaan. Karir yang bagus, jabatan, kekayaan, anak-anak, dan harta berlimpah itu sesungguhnya bisa menjadi musibah, jika kita ingkar pada Allah. Jika kita tak bisa mempertanggungjawabkan kepada Allah, sehingga membuat diri ini menjadi jauh dari-Nya. Dengan harta berlimpah, kita menjadi mudah tergelincir oleh kesombongan, karena merasa diri hebat. Mengklaim diri sebab muasabab dari lahirnya "kesuksesan' itu...Na'udzubillah.
Saudara/iku yang dicintai Allah...janganlah kita terpukau dengan materi yang berlimpah dan menjadi ukuran kebahagiaan. Lafazkanlah selalu ucapan : Innaa Lillaahi wa Innaa Ilayhi Raaji'uun, yang berarti "Sesungguhnya kami adalah milik Allah Swt, dan hanya kepada-Nya-lah kami kembali",, baik ketika dirimu sedang mendapatkan materi/ kesuksesan maupun sedang diberikan sesuatu yang tidak mengenakkan.
Sesungguhnya hidup ini adalah ujian. Dan, Allah menaikkan derajat hamba-hamba-Nya yang selalu mengingat-Nya dan banyak berbagi terhadap sesama.
Selamat menikmati hidup.
Tidak sedikit pula manusia yang kemudian menilai, dengan dilimpahi banyak kebahagiaan kasat mata, tandanya Allah sayang dan merahmati hidupnya. Di sisi lain, manusia pun jadi beranggapan, musibah dan hal-hal yang tidak enak dirasa, merupakan sebuah "hukuman" dariAllah, dan tanda hidup kita tidak dirahmati Allah. Prasangka buruk dan klaim diri sebagai orang yang negatif terus tertanam. Sehingga, kesengsaraan pun menjadi menggunung. Kapan gue bisa bahagia seperti orang-orang ? Apa salah gue sehingga Allah terus menimpakan gue berbagai kesulitan ? " Protes !..
Selorohan "protes" atas nasib yang tak sesuai harapan, kerap aku temui. Sampai akhirnya, aku jadi berfikir, sungguh tegakah Allah membiarkan hambanya hidup dalam penderitaan...? Oh.No....Allah itu Maha Penyayang, Maha Adil, Maha pemurah...Maha Perhatian..Berilah kepada hamba-hamba-Mu...secercah kebahagiaan, sehingga bisa selalu mensyukuri hidup dan mengakui eksistensimu melalui kebahagiaan...Loh kenapa aku jadi ikut protes ? hmm...
Aku menghela nafas panjang dan kembali mengamati pola tingkah orang-orang yang selalu merasa golongan yang tidak bahagia. Mereka yang selalu merasa terpinggir. Mereka yang selalu ditimpa "ketidakberuntungan"...Ternyata..itu bukan hadiah dari Allah, tetapi dari perilaku mereka sendiri, yang secara disadari menumpuk perkara ketidakbahagiaan.
Contoh kecil, masalah hutang, kerap diabaikan untuk pelunasannya. Mau beramal, nunggu dapat rezeki banyak, jika berjual beli, berbuat curang membohongi tentang barang yang dijual. Mulut kerap mengumpat tentang kesialan yang menimpanya, buang sampah main lempar di jalan raya, dan sebagainya. Ia tak pernah mengoreksi diri lebih dalam tentang maksud dan hikmah yang Allah berikan kepadanya. Jadilah bibit-bibit ketidakbahagiaan diternakkan.
Tetapi jangan juga jadi berfikir musibah itu selalu diidentikkan dengan ketidakberuntungan diri. Orang-orang yang secara kasat mata menunjukkan kebahagiaan itu apakah memang sesungguhnya sudah merasa berbahagia. Jangan salah loh...Tidak sedikit dari mereka yang "berbahagia" itu hatinya kosong. Akibatnya, kerap merasa tak puas, tak bersyukur, tak mampu lagi melihat yang indah-indah di hadapannya. Dan, ujung-ujungnya protes juga kepada ALlah.
Dalam tulisan ini, saya hanya ingin sama-sama meresapi tentang makna kebahagiaan. Karir yang bagus, jabatan, kekayaan, anak-anak, dan harta berlimpah itu sesungguhnya bisa menjadi musibah, jika kita ingkar pada Allah. Jika kita tak bisa mempertanggungjawabkan kepada Allah, sehingga membuat diri ini menjadi jauh dari-Nya. Dengan harta berlimpah, kita menjadi mudah tergelincir oleh kesombongan, karena merasa diri hebat. Mengklaim diri sebab muasabab dari lahirnya "kesuksesan' itu...Na'udzubillah.
Saudara/iku yang dicintai Allah...janganlah kita terpukau dengan materi yang berlimpah dan menjadi ukuran kebahagiaan. Lafazkanlah selalu ucapan : Innaa Lillaahi wa Innaa Ilayhi Raaji'uun, yang berarti "Sesungguhnya kami adalah milik Allah Swt, dan hanya kepada-Nya-lah kami kembali",, baik ketika dirimu sedang mendapatkan materi/ kesuksesan maupun sedang diberikan sesuatu yang tidak mengenakkan.
Sesungguhnya hidup ini adalah ujian. Dan, Allah menaikkan derajat hamba-hamba-Nya yang selalu mengingat-Nya dan banyak berbagi terhadap sesama.
Selamat menikmati hidup.
0 komentar:
Posting Komentar
Terima kasih atas masukan dan komentarnya.