Jual Daster Batik

Jual Daster Batik

Maaf, Saya Tidak Setuju Dengan Partai Berbasis Agama


Sejak era reformasi digongkan oleh Amin Rais, proses "demokratisasi" di Indonesia memang berkembang dinamis. Bak, ayam keluar kandang, kicauan yang mengkritisi pemerintahan, tak berhenti berkokok. Ruang-ruang media melalap habis pemerintahan orba ala Soeharto, dan menaikkan sosok nasionalis religius Amien Rais. Mahasiwa pun dengan idealismenya "berjuang" untuk peletakan demokrasi yang dipersepsikan sebagai kebebasan berpendapat, kebebasan bersikap, dan berbuat untuk eksistensi sebuah negara itu. 

Sampai pada akhirnya, rezim orba berhasil digulingkan, dan DPR berganti dengan orang-orang baru,yang mungkin dulu hanya impian bisa duduk di senayan. Ada optimisme saya waktu itu melihat era reformasi bergulir, dengan indikasi duduknya "orang-orang baru" di senayan dan Jalan Merdeka. Rasanya keringat berdemo untuk menggulingkan rezim Soeharto dulu "terbayar' tempo hahaha belum lunas ya.

 Optimisme serta merta saya percayakan ke orang-orang di atas sana. Partai berbasis agama mendadak panen jamaah. Partai Islam tumbuh subur. Kalau dulu hanya ada satu  partai Islam yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP), di era reformasi menjadi belasan partai. Masing-masing organisasi islam memiliki partainya sendiri. Sempat bingung masa itu. Terlebih saya berteman dengan mereka yang mengharamkan demokrasi dan memilih tidak berpartai. Masih teringat, mereka bilang, partai Islam yang mendadak eksis itu opurtunis dan sampai kapan pun tidak akan mencapai tujuannya. Malah bisa jadi, kelelep bersama sistem.

 Hmm..saya menarik nafas panjang. Ilmu saya yang baru mahasiswa kala itu  masih belum  mampu menganalisa dan memprediksi. Sejarah  mencatat, historis parpol Islam sewaktu pemilu 1955 juga tidak menunjukkan hasil signifikan. Yang menang, masih partai nasional-sekuler yaitu PNI.

 Beberapa kali saya didekati teman yang non partai itu. Ide mereka untuk Islam berjaya adalah khilafah. Waduhhh,.., konsep ini malah mengawang-ngawang. Lantaran saya tahu agama Islam secara intens baru di tingkat SMU. Saya aktif dalam kegiatan Rohani Islam. Banyak mendapat bimbingan dari kakak-kakak yang notabene  berbasis dari partai yang  saya pilih. Kemudian berlanjut di mahasiswa, saya  juga aktif di organisasi Islamnya. So, karena pendekatan relatif intens dan penjelasan yang mulai masuk nalar, bismillah saya memilih partai ini,  partai berbasis agama yang katanya paling pinter menyuarakan perubahan. Di tengah-tengah kebingungan juga, mentor saya waktu itu mengatakan, "kalau masih bingung, turutilah atau ikuti orang-orang soleh" Karena kebanyakan partai ini diisi oleh aktivis Islam dan ulama Bandung. 

Saya tergolong orang yang totalitas. Begitu saya percaya, saya akan konsisten dan berjuang maksimal. Dalam pekerjaan juga begitu. Ketika saya dipercaya, saya usahakan komitmen 100 persen, mengerahkan potensi fikir dan fisik saya. Idealisme untuk menjadikan Islam rahmatan lil'alami, benar-bener bergemuruh. Saya aktif mengikuti berbagai kajian kepartaian. Di Bandung memang cukup banyak tempat untuk belajar Islam. Komunitas partai saya ini pun memiliki banyak wadah untuk mengkader dan mendulang suara mahasiswa idealis. Saya belum menjadi kader, hanya mencoba mencari tahu sebanyak-banyaknya.
Pada masa kampanye, saya ikut kampanye ke pelosok desa di Bandung...Wah baru kali pertama ikut kampanye..senang sekali..puas dapat menjual citra  kesolehan ustad-ustad yang ada di Bandung. Ghiroh, begitu kata bahasa aktivis masa itu...terbangun begitu tinggi.  Di mana pun saya berada, dengan bangga saya perkenalkan partai itu. Partai perubahan yang diisi anak-anak muda terdidik. Semangat perubahan..

Alhamdulillah, kala itu saudara-saudara saya, ibu dan bapak saya  mulai simpati dengan partai ini. Bapak saya yang PDIP fanatik, dengan bangganya pula memperkenalkan ke teman-temannya bahwa partai anaknya adalah PK.ehehe dulu PK - Partai Keadilan.

Pemilu demi pemilu berlangsung, saya masih konsisten memilih partai itu meski merasa ada kekurang-sreg-an lantaran melihat output yang dihasilkan. Mereka berargumen, karena wakil yang sedikit, jadi tidak bisa maksimal menyuarakan perubahan. Menyuarakan kepentingan rakyat kecil dan setidaknya memenuhi cita-cita reformasi. Cita-cita reformasi heheh ketinggian kali ya..Nggak muluk sih harapan saya, setidaknya wakil-wakil yang telah ditunjuk di sana bisa peduli pada rakyat miskin di sekitarnya.

 Namun, nyatanya. mereka hanya bisa bermain retorika di majelis-majelis, dan manggut-manggut saja di DPR/DPRD. Mereka tidak bisa mewarnai, justru melebur jadi satu. Mereka lebih senang mengikuti arus penguasa, tidak berani menjadi oposisi.  Kader-kader yang diluluskan untuk duduk di suatu jabatan pun, nyatanya minim sekali berbuat untuk kepentingan rakyat sekitarnya. Hmmm..saya memang hanya partisipan. Profesi saya sebagai jurnalis, cukup banyak mendapatkan input tentang keadaan di Senayan dan sejumlah daerah.  Yang populer justru kesederhanaan Ustad Mashadi sebagai anggota DPR, yang saya kagumi dan membuat saya bertahan menjadi partisipan. Tetapi yang lain heehe..dijawab sendiri ya.

Sampai pada suatu ketika, satu-satu kadernya tertangkap skandal memalukan. Ada yang lagi rapat buka link porno, ikut pembagian "jatah" di Senayan, dan sejumlah persoalan yang tidak beres. Memang, DPR atau DPRD adalah kerja kolektif..Tetapi masa sih tidak ada yang berani bersuara..Semuanya serba ikutan dan kompromi. Banyak hal yang tidak bisa saya jelaskan satu-satu. Dan, yang paling memalukan kasus impor daging sapi ala Presiden PKS-LHI dan Ustad Hilmi. Mereka menilai, ini konspirasi dan fitnah. Hehhe tapi pengadilan bisa memberikan bukti. Memang, LHI belum memakan hasil korupsi daging sapinya. Baru merencanakan, tetapi sudah ketangkap basah. Bukti-bukti sms dan pengakuan Ahmad Fathonah, tak mampu mengelak tuduhan. Hufff...cape memang mengulik satu demi satu kesalahan orang.



Dan sekarang di musim kampanye, yang bikin ketawa geli, mereka berkampanye dengan menyebarkan banner indeks partai terkorupsi yang dikeluarkan KPK dan beberapa lembaga..Mereka merasa menang, karena partainya berada pada urutan ke -10, ada juga yang menulis 11 diantara partai- lainnya. Hehehe ya iyalah wong utusan partainya baru sedikit. Kalau banyak seperti si Merah, mungkin sami mawon..Di indeks itu juga berjejer partai-partai Islam lainnya. Bikin memalukan agama. Ini kampanye yang menurut saya "menggali kuburannya sendiri". Kalau mereka masih mau eksis, mending kampanye tentang pertaubatan saja atas kader-kadernya yang korupsi.

Hahahha..Akhirnya, orang-orang yang masih konsisten terhadap kemurnian Islam yang notabene adalah pendiri PK, satu persatu meninggalkan parta ini salah satunya Ustad Mashadi sendiri. Mereka merasa dikhianati oleh teman-temannya. Janji mengangkat islam, hanya jualan semata. Salah satu sumbernya saya dapat di http://www.kompasislam.com/2013/06/09/kumpulan-mantan-tokoh-pks-dirikan-ldki/

Rasanya cukup kekecewaan saya terhadap fenomena partai berbasis agama. Saya menghormati bagi teman-teman yang masih aktif di parpol agama. Tapi, harap direnungkan, itu berat sekali. Anda mengusung panji Islam. Kalau akhlak, omongan dan sikap tidak sesuai bahkan di luar yang digariskan Allah, rasanya Anda pantas masuk golongan yang menistakan agama. Agama hanya menjadi modus untuk melancarkan kepentingan yang rendah..Dan, jangan bilang..namanya manusia penuh khilaf..hahha.maling pun kalauu ditangkap bilangnya khilaf. Ada lagi yang bilang, partai juga isinya manusia, bukan malaikat. Jangan anggap kami suci seperti malaikat..Aduuhhh ngakak banget denger pembelaan mereka.

Makanya jangan bawa-bawa agama dalam partai. Kalau mau berpolitik, mending sekalian pilih partai yang tidak berbasis agama. Orang sepakat tahu, partai Islam notabene partai bersih, partai moral. Kan malu kalau nyatanya bertolak belakang. Malu pada Allah pastinya. Itu sih kalau saya ya. Apalagi kalau dilihat banyak parpol Islam yang kampanye tidak islami ; dangdutan dengan artis seksi, pemilihan caleg yang tidak islami, de el el. Bahkan, dari banyak kampanye yang saya perhatikan lewat media sosial, mereka yang selalu berteriak "Partai Bersih", selalu membuat kampanye negatif, terus menebar kebencian, provokasi, dan prasangka negatif yang belum tentu benar. Bagaimana orang mau percaya atau simpati dengan partai tersebut, jika isinya hanya mencerca dan menghardik saja.

Lagi pula kalau mau ditilik lebih jauh lagi, katanya demokrasi bukan dari Islam, dari Amerika yang selalu dihujat oleh kalian, tetapi kenapa kalian malah ikut masuk ke dalam sistemnya. Yang terjadi, malah memalukan agama. Saya lebih mengapresiasi teman-teman muslim yang tidak ikut sistem demokrasi alias tidak memilih partai manapun, daripada memakan omongannya sendiri.

.Lantas pilihan saya ? saya memilih parpol yang tidak berlandas agama tentunya. Saya masih menganut sistem demokrasi yang menyepakati pemilu.  Pesan saya, kalau Anda masih menghormati agama Anda, dan ada dalam kelompok berpartai Islam, janganlah bertindak seperti Tuhan. Dengan mudahnya mengafirkan orang. Ingatlah bagaimana Rosulullah berdakwah, nyaris tak pernah menghardik. Hanya ada prilaku yang berbudi, kata-kata yang penuh damai.Saya yakin Islam akan kembali berjaya dengan kemuliaan akhlak seperti ketika Rosulullah berhasil merebut simpati masyarakat Arab karena budi pekertinya yang luhur, jujur dan amanah.Islam yang esensi, agama yang mengantarkan keselamatan dunia dan akhirat, bukan Islam yang hanya retoris dalam balutan sorban dan jubah putih saja.

3 komentar:

  1. hmm..tulisannya panjang , berliku dan mudah ditebah endingnya.
    saya tidak yakin anda muslimah sejati..
    Pernahkah anda berdo'a saat hendak dan kelur dari wc?
    kalau anda berdo'a,
    Kenapa anda berdo'a?
    Tentu, akan dijawab, ya itulah tatacara/adab dalam islam.
    Pertanyaannya, kalau mau buang kotoran saja kita beradab dan menggunakan ajaran islam, bagaimana mungkin anda menolak berpolitik dalam rangka menata negara untuk membersihkan kotoran /perbuatan2 aniaya terhadap rakyat koq tidak etis?
    Bukankah itu sebuah keharusan, sebuah bangsa senantiasa memasukkan dan menjadikan dasar2 ajaran agama dalam sikap baik dalam berpartai dan juga berpolitik?
    aaahh...atau anda memang salah satu islamophobia... hehehe
    salam

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahha penting gt penilaian dari Anda..ga penting banget.....Hanya Allah yg Maha Menilai..

      Hapus
    2. Manusia yg berpindah jadi Tuhan yg menilai kemusliman orrang lain...justru sangat berbahaya. :)

      Hapus

Terima kasih atas masukan dan komentarnya.