Jual Daster Batik

Jual Daster Batik

Liburan Penuh Cinta di Taman Mini Indonesia Indah


Liburan akhir pekan (22 Maret 2013), kami sekeluarga menghabiskannya di Taman Mini 'Indonesia Indah". Ini lantaran Barra (3 tahun), anakku yang ke-2, ingin sekali naik kereta gantung setelah diceritakan kakaknya Meilia (8 tahun), dan melihat foto kereta gantung di internet. Alhamdulillah, ayah pun tidak ada kesibukan sehingga  kami bisa liburan dengan tenang.

Bukan main Barra semangatnya. Pukul 06:00 pagi, dia sudah bangun, alias pindah tempat tidur dari kamarnya ke ruang TV. Hehhe siap-siap kalau tiba-tiba dibangunin. Pasalnya ini anak kalau tidur larut malam, bangunnya bisa jam 10-an. Semangat  liburan memang membuatnya rela bangun pagi.

Pukul 10:00 kami berangkat. Sempat mampir  ke rumah teman untuk silaturahmi. Alhamdulillah perjalanan dari Cileungsi ke TMII lewat Jati Asih lumayan lancar. Biasanya waduhhh macetnya bikin bete. Anak-anak pun riang di perjalanan. Bernyanyi dan ngemil. Senangnya.

Sekitar pukul 12:00-an kami sudah sampai di gerbang utama TMII.  Karena kami datang siang,  pintu gerbang sudah mulai lengang. Hanya ada beberapa mobil mengantri di belakang kendaraan kami. Petugas tiket  dengan ramah memberikan tiket masuk. “Rp 50 ribu Pak,” kata pria bertopi itu sambil menyodorkan selembar tiket. Kata seorang teman, satu mobil dihitung Rp 50.000 mau berapapun isi di dalamnya. Wahh asyik juga ya, tiket masuknya hanya dihitung per mobil. Tapi tidak tahu juga sih. Apa karena menjelang HUT 39 TMII. Kalau tiket yang tercantum di pengumuman loket, per kepala (berusia 3 tahun ke atas) dikenakan Rp 10.000, mobil Rp 10.000, bis Rp 15.000 motor Rp 6000 dan sepeda Rp 1000. Biasanya malah pas hari H, 20 April, tiket masuk gratis :).



Meili anakku yang pertama langsung memberondong aku dengan berbagai pertanyaan. Wahh, siap bekerja jadi guide nih. Mulai dari pintu gerbang, Meili sudah minta pejelasan tentang Museum Purna Bhakti Pertiwi.  'Museum tempat menyimpan barang-barang berupa sovenir dari tamu negara baik hasil lawatan Presiden Suharto maupun  kunjungan tamu negara ke Indonesia..'" begitu aku menjelaskan. Meili mengajak kami ke museum itu, tapi si adik, sudah nggak sabaran mau naik kereta gantung heheh. Ya udah win-win solution, keliling dulu.

Sebenarnya ini bukan kali pertama Meilia berkunjung ke TMII. Bahkan kami pernah satu kali seminggu ke TMII. Waktu itu Meili ikut belajar tari Bali di Istana Boneka. Sesuai dengan misinya, sebagai wahana pelestari budaya nusantara, TMII memberikan kesempatan belajar kesenian kepada anak-anak Indonesia. Gratis lagi. Sekalipun ada biaya, itu sangat murah. Cuma Rp 20.000, sudah termasuk tiket gratis masuk TMII.


Selama kurang lebih 4 bulan, Meilia yang kala itu berusia 4,5 tahun saya masukkan les tari di sana. Tiap Sabtu siang sekitar pukul 10:30, kami sudah berangkat. Tetapi sejak kehamilan anak ke-2, aku sudah tidak sanggup lagi mengantarkan. Jarak Cileungsi-TMII lumayan jauh, sehingga cukup melelahkan bagi bumil. Jadi deh berhenti sampai sekarang. Niatnya akan memulai lagi.


Biasanya kami sambil menunggu les tari, kami berkeliling ke sejumlah rumah adat yang berdekatan dengan Istana Boneka. Ketika itu Meili belum begitu paham, hanya bilang, " Ma Rumah Sumatera Barat bagus ya.!" .Hhehe Sumatera Barat sangat dihapalnya. Karena pada masa itu sedang ramai-ramainya gempa di Sumatera Barat. Dia dengar Padang atau Sumatera Barat langsung ingat gempa. Meilia senang sekali bermain di Rumah Sumatera Barat.


Selain itu, kami biasanya bermain di taman outbond, berdekatan dengan Keong Mas, Museum Transportasi, Tugu Api, dan Museum Indonesia.  Di dalam Istana Boneka-nya sendiri juga sangat menarik anak-anak. Banyak permainan, area belanja dan kolam renang. Meili  enggan pulang setelah menari. Dia tunggu sampai petugasnya akan mengunci area sekitar pukul 16:00. Baru deh mau pulang. Jadi malu nihh suka ditegur petugasnya untuk segera  meninggalkan tempat :).

Sekarang Meili sudah kelas 3. Kalau beberapa tahun lalu, ke Taman Mini, orientasinya bermain. Sekarang, dia berinisiatif mau mengunjungi museum dan rumah-rumah daerah. Terharu  dengan semangat Meili. Hehhe rada nggak nyangka juga, anakku ini punya kesadaran kebangsaan yang tinggi. Padahal ia bersekolah di SD Islam yang notabene tidak terlalu banyak pelajaran sejarah dan budaya. Tetapi memang dia selalu menghapal kota-kota kalau aku liputan ke luar kota. 


Karena waktu berkunjung sudah siang, liburan hari itu kami hanya mengunjungi beberapa anjungan saja, diantaranya Anjungan Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara,  Sumatera Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dari atas kereta gantung, Anjungan Aceh langsung memikat si Barra. Hhehe di sana ada pesawat.”Ma..pesawat tuh !..teriak Barra dari atas kereta gantung. Begitu turun kami langsung mencari anjungan Aceh. Wahh si Barra senang sekali. Ditemani ayah, dia bermain di sekitar pesawat.



Setelah dirasa puas, aku mengajak Meili dan Barra masuk ke rumah adat Aceh. Si Barra lagi-lagi berceloteh lucu ketika memasuki rumah kayu tersebut.”Ma, banyak patung cakep,” celotehnya sambil memperhatikan satu demi satu deretan patung pasangan pengantin dari sejumlah daerah di Aceh.  Koleksi yang berkaitan khasanah Aceh tersusun rapi dan bersih. Lantai kayunya juga nyaris tak berdebu sehingga sangat nyaman bagi anak-anak. Meilia tertegun memperhatikan sejumlah perkakas rumah tangga masyarakat Aceh. Bagi pengunjung juga bisa berfoto di pelaminan.

Dari Aceh kami lanjut ke kawasan Anjungan Sumatera Utara. Woww keren sekali. Di area ini berdiri anggun enam buah rumah adat Batak, diantaranya rumah bolon Batak Simalungin, Jabu Bolon Batak Toba, Siwaluh Jabu Batak Karo Rumah Batak Dairi, Nias dan Rumah Melayu.. Rasanya setiap jengkal kita mengabadikan terlihat begitu indah.

Cukup lama kami di anjungan ini. Menyambangi satu demi satu rumah adat yang ada. Di dalamnya tersimpan koleksi berbagai kerajinan, pengantin adat, alat musik, perkakas rumah tangga, alat perang bahkan sampai alat-alat mistik. Hehhe si Meili yang suka nonton Mister Tukul jadi langsung mengaitkannya ke sana. 



Aku jelaskan saja tentang ikhwal benda-benda itu semata untuk perlindungan diri. Kepercayaan mereka masih animisme sehingga erat kaitannya dengan sesuatu yang berbau mistik. Ya, di sana ada beberapa tombak dengan gagang yang memang agak menyeramkan. Hhehe si Barra malah bengong memperhatikan..”Ini hantu ya Ma,”ujarnya polos.  Bagi yang senang dengan lagu-lagu daerah Batak, tak sulit menemukan koleksinya di sini. Pengunjung bisa membelinya.

Usai berkeliling di anjungan Sumatera Utara, kami menyambangi Anjungan Sumatera Barat. Anjungan ini menampilkan sebanyak lima bangunan adat yaitu Rumah Gadang, Balairung, Rangkiang dan Surau. Di kawasan ini juga dilengkapi dengan pasar seni dan panggung. Wahh jadi lapar mata nih melihat sovenir yang dijajakan. Penataannya juga rapi dan nyaman. 

Kami mengunjungi rumah induk Rumah Gadang, terlihat paling besar dibanding rumah-rumah lainnya. Bagaikan sebuah show room budaya, di dalamnya ditampilkan aneka koleksi barang-barang seni dan pelaminan adat lengkap dengan pakaiannya. Bagi Anda yang ingin mengabadikan gambar di pelaminan juga bisa. Dan, di salah satu rumah menyediakan pula layanan penyewaan busana adat Minang. Tentu saja, Anda bisa berfoto sambil bergaya adat Minang. Sewanya hanya Rp 50 ribu. Lumayan kan, nggak perlu jauh-jauh ke Sumatera Barat kalau mau merasakan atmosfer suasana Minangkabau. 

Dari anjungan Sumatera Barat, kami melanjutkan perjalanan ke Taman Kaktus. Meili penasaran dengan tanaman ini. Wahh sekarang penataan lokasi Taman Kaktus berbeda dengan yang pernah aku kunjungi sekitar tiga tahun lalu. Lebih rapi dan tertata. Rupanya sekarang Taman Kaktus masuk dalam kawasan Desa Seni, semacam kawasan ekonomi kreatif, pusat seni dan kerajinan tangan. Si Barra lincah sekali berlarian di sela-sela taman itu. Sementara aku dan Meili melihat koleksi buku di Taman Buku Langka.  Lengkap juga koleksinya. Buku-buku yang dulu dilarang terbit dan diberangus, kini dengan mudah dapat dibeli. Diantaranya buku berjudul "Buku Siapa Menabur Angin, Akan Menuai Badai", dan sejumlah buku beraliran kiri, pemikiran Tan Malaka, DN Aidit dan Bung Karno. Soal harga, ehhe katanya Pak Doli relatif. Ada yang sampai ratusan juta. Wowww..


Sebenarnya pasar buku langka di Taman Mini sudah ada sejak 28 tahun lalu. Hanya dulu tempatnya di Anjungan Papua. Baru sekitar 3 tahun, menurut cerita Pak Doli yang merupakan anak pendiri pasar buku langka di TMII ini dipindahkan ke  Desa Seni, satu area dengan Taman Kaktus. Memang dari segi tempat, Anjungan Papua lebih strategis. Tetapi di Desa Seni, penataannya jauh lebih rapi dan sangat nyaman. Banyak taman untuk pengunjung bersantai. Ada 3 kios buku langka berukuran 4x4 meter per kiosnya.

Arif Sultoni, Seniman Siluet
Di belakang taman buku langka, ada Galeri Seni Lukis. Di galeri ini juga melayani lukisan sketsa wajah dan karikatur langsung dari Hp. Tarifnya mulai dari Rp 150 ribuan berukuran A4. Wah seru juga nih.

Selain itu, ngga kalah menarik adalah Galeri Seni Siluet. Sejak tayangan Pas Mantab di Trans7, seni lukis wajah bayangan ala siluet ini memang menjadi tren. Sosok senimannya Priadji Kusnadi pun jadi populer. Sebagai sovenir, tamu-tamu dalam acara tersebut diberikan lukisan bayangan siluet karya Priadji Kusnadi ini.

Arif Sultoni, seniman Siluet di Desa Seni salah satu yang menganggumi beliau. Hanya saja, Arif Sultoni mampu mengerjakan lebih cepat, hanya 2 menit.  Dalam suatu acara yang diselenggarakan di TMII, Pak Toni, sapaan akrabnya mampu menggunting kertas hitam berukuran 20x20 cm tanpa putus  menjadi bentuk bayangan wajah sebanyak 110 gambar. Waktunya hanya 3 jam. Tak heran Pak Toni ditasbihkan sebagai seniman gunting siluet wajah tercepat di tanah air. 

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 15:45, kami langsung melanjutkan perjalanan ke Museum Transportasi. Si Barra masih penasaran dengan helikopter. Namun sayang sekali, begitu kami sampai, ehhh layanan berwisata ke dalam pesawatnya sudah tutup. Jadi, kami hanya bermain-main saja di area pesawat dan helikopter. Kami juga melihat kereta api presiden buatan tahun 1930-an. Kebetulan ketika kami naik, ada yang sedang foto prewedding, heheh jadi tontonan gratis.

Perjalanan terakhir kami bermuara di Anjungan Daerah Istimewa Yogyakarta. Ada janji  dengan Pak Arif, teman lama, pecinta seni budaya Jawa. Kebetulan hari itu  jadwal anaknya latihan menari Jawa..Wahh Meili langsung bersemangat mau ikutan menari. Banyak juga anak-anak yang menari di sini. Yang dewasa pun ada. Mereka tampak ceria mengikuti instruksi dan menghayati gerakan demi gerakan. Senang melihatnya.



Anjungan DIY membuka les tari dua kali dalam seminggu, setiap Rabu dan Sabtu mulai pukul 15:00-18:00. Biayanya  sangat murah, hanya Rp 20.000 sebulan, sudah sekaligus tiket masuk Taman Mini. Selain menari, ada juga kursus sinden dan gamelan. Ternyata untuk belajar kesenian Jawa, tidak perlu kesulitan lagi. Cukup datang ke Taman Mini “Indonesia Indah”.

Pak Arif dan istrinya, pecinta seni budaya Jawa
Selain anjungan DIY,  Museum Indonesia juga membuka kesempatan belajar tari Jawa. Bedanya, di Museum Indonesia, tari Jawanya sudah dalam tingkat lanjut alias lebih otentik lah..begitu istilahnya aku. Karena ternyata tarian Jawa itu ada berbagai mahzab. Nah mahzab klasiknya bisa dipelajari di Museum Indonesia.

Sambil menikmati anak-anak menari, aku mengobrol santai dengan Pak Arif dan istrinya yang begitu mencintai dunia seni. Anaknya Pak Arif yang bernama Siwi, kelas 4, sudah sangat mahir menari Jawa. Ia sering pentas di berbagai acara yang diselengarakan Taman Mini dan di luar Taman Mini. Belum lama, ia berhasil menyabet juara 2 dalam lomba tari yang diselenggarakan oleh pusat perbelanjaan beken di Jakarta. 


Seni memang membuat orang jadi lebih arif melihat kehidupan dan bijaksana dalam menjalaninya.. Tubuh juga makin sehat karena melalui tari, kepekaan jiwa dan raga terus terasah sehingga membuat hidup makin bernergi, penuh harmoni. Itu terpancar dari pasangan suami istri ini yang awet muda dan sehat.

Siwi (kiri) sedang latihan menari

 Liburan hari itu benar-benar bermakna. Meili dan Barra pun menagih lagi, karena belum sempat mengunjungi banyak obyek wisata di Taman Mini “Indonesia Indah”. Semoga di 39 tahun Taman Mini, makin menginspirasi anak-anak Indonesia mencintai dan bangga dengan budaya nusantara, cinta akan keragamanan sebagai suatu anugerah terindah dari Tuhan terhadap bangsa ini. Selamat ulang tahun Taman Mini “Indonesia Indah ke-39.

Yuk berkunjung ke Taman Mini “Indonesia Indah”, banyak acara seru yang sayang dilewatkan dalam rangka  HUT 39 Tahun TMII. Diantaranya Pameran Produk Unggulan Daerah (Expo Nusantara), Pameran Bersama Museum, Pameran Keris Paksi, Pawai Budaya Nusantara dan Gelari Tari Kolosal dan sebagainya.  Oya abadikan juga ya pengalaman serumu ketika liburan di TMII. Ada lomba blog 39 tahun TMII berhadiah gadget menarik.

Hanya di TMII, Negeriku "satoe" Indonesia, Anda bisa berkeliling Indonesia hanya dalam satu hari. Kobarkan Semangat Indonesia di Taman Mini Indonesia Indah, Pelestari Budaya Nusantara, Perekat Persatuan dan Kesatuan Bangsa.

Baca juga ya liburan Barra di TMII yang ke-2 : Asyik Barra jadi Pilot !

11 komentar:

  1. wah saya n keluarga juga demen banget ngisi weekend atau liburan di TMII mak. Bahkan ada beberapa wahana dan anjungan yang berkali-kali kita kunjungi, anak-anak so far gak bosen juga sih ...
    jadi pengen ikutan euy lombanya... infonya dimana ya mak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. yukk mak ikut lombanya..biar bisa berbagi cerita..kalo ga kita yg mempopulerkan budaya Indonesia siapa lg. Waktu itu saya ke sana banyak turis asing. Mereka senang sekali mengunjungi anjungan2 itu. Sementara orang kita banyaknya ke kolam renang :)

      Hapus
  2. Iya benerrr... Taman Mini terus bebenah jadi orang gak pernah bosan untuk datang lagi ke sana meski usianya sudah tua dan banyak tempat hiburan lain.

    BalasHapus
    Balasan
    1. ya betul mak ade..banyak saingan tempat hiburan. TMII punya banyak potensi dan ciri khas yg ga ada di tempat wisata lain. Coba bayangi aja ada 33 provinsi di sini, di tambah lg anjungan Tionghoanya, museumnya..keren. Semoga banyak orang Indonesia senang ke TMII, dan TMII makin memberikan kenyamanan berwisata sambil belajar.

      Hapus
  3. wah saya baru sekali ke TMII, itu juga waktu masih SMA ..
    jadi pengen main lagi kesana :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. ayukk Mak Rani ke sana. Bawa anak2..sambil belajar.

      Hapus
  4. Saya juga baru sekali, hehe. TMII bisa jadi liburan alternatif yang edukatif bagi keluarga

    BalasHapus
    Balasan
    1. yuk ke sana lagi..udah banyak perubahan di TMII. Yang hobi selfie2 juga di sana banyak wahananya..

      Hapus
  5. wah asyik ya bisa ke Taman MIni.. semoga kali ini sukses lombanya mbak :)

    BalasHapus
  6. mbak boleh minta kontaknya bapak arif? sy berminat untuk mengikuti les sinden

    BalasHapus
    Balasan
    1. coba kontak ke sini pak : +62 821 14 591 594/ +62 858 14 394 108

      Hapus

Terima kasih atas masukan dan komentarnya.