Ala Hijab, Strategi Menduniakan Fashion Hijab Indonesia
Talkshow Ala Hijab "Global Look at Hijab Fashion", mini stage JCC (26/2). Foto : Id Satto |
Kabar menggembirakan di dunia fashion hijab saat ini. Perkembangannya dari tahun ke tahun terus meningkat. Tidak hanya di Indonesia yang memang menjadi pasar hijab paling potensial, tetapi juga di belahan dunia lain yang notabene umat muslimnya sedang tumbuh, seperti Eropa, Swedia, Afrika Selatan, Amerika dan sebagainya.
Hijab tak lagi menjadi pakaian wajib muslimah, sekaligus sudah menjelma menjadi gaya hidup dan mainstream yang menciptakan ceruk bisnis yang makin menggiurkan.
Desainer-desainer kawakan seperti Ida Royani, Ida Leman dan lainnya bersinergi dengan desainer muda berbakat diantaranya Dian Pelangi, Jenahara, Ria Miranda, Fitri Aulia, Monika Jufri, Lulu Elshabu, Hanie Hananto, Ghaida Tsuraya dan sebagainya untuk saling berkompetisi melahirkan karya dan tren fashion hijab sesuai dengan segmen yang dibidik. Dan, menakjubkannya, karya-karya mereka diterima mulus di pasaran Indonesia.
Suasana keramaian pengunjung di pintu masuk Indonesia Fashion Week 2015. Foto : Tian |
Legitnya kue bisnis fashion tanah air pun turut dicicipi oleh kalangan selebritas, seperti Zaskia Adya Medca, Zaskia Sungkar, Risti Tagor, Arzeti Bilbina, Oki Setiana Dewi dan sebagainya. Bagai dahaga yang tak pernah terpuaskan, kue ini berasa makin lezat dibagi-bagi.
Bagaimana tidak lezat, Indonesia adalah negara muslim terbesar di dunia. Ada sekitar 85,2 % atau sekitar 199.959.285 jiwa umat Islam dari total 234.693.997 jiwa penduduk. Menariknya, kelas menengah muslim terus meningkat jumlahnya. Akli Djumadie, Managing Director HijUp.com memperkirakan pada tahun 2020, kelas menengah Indonesia akan meningkat sebanyak 85 juta jiwa. Diasumsikan setengahnya adalah perempuan. Hmm...benar-benar renyah.
Kegairahan pasar demikin terlihat di arena pameran Indonesia Fashion Week (IFW) yang baru saja dihelat beberapa waktu lalu (26 Februari- 1 Maret 2015) di Jakarta Convention Centre. Hampir separuh lebih menampilkan fashion hijab. Pengunjung yang sebagian besar berkerudung begitu bergairah menikmati suguhan model dan gaya hijab terbaru.
Sampai acara penutupan IFW, panita mencatat sebanyak 120 ribu pengunjung memadati arena pameran, jauh melebihi dari 100.000 pengunjung yang ditargetkan. IFW benar-benar sukses menjadi trademark dan kiblat fashion terbesar di Indonesia.
Franka Soeria, international public relation IFW yang ditemui di acara Talk Show bertajuk Global Look at Hijab Fashion- A la Hijab di JCC, sangat bangga dengan kemajuan industri fashion tanah air. Tiap tahun grafiknya tumbuh signifikan. Sejumlah desainer pun kini sudah berani eksis menggelar fashion show di berbagai negara.
Satu sisi, keberanian sejumlah desainer fashion hijab memperkenalkan karyanya ke dunia internasional patut diapresiasi. Namun soal keberhasilan dalam pengertian produk hijab kita dibeli dan digunakan oleh muslimah di luar negeri, menurut Franka, memang butuh proses. "Sekarang bukan saatnya lagi gaya-gayaan, bahwa kita sudah berpameran di luar atau ikut fashion show di sana. Tetapi saatnya harus berfikir bagaimana masyarakat muslim di luar tak lagi sekedar aware dan mengagumi tetapi juga action membeli," tutur Franka.
Gaya Hijab karya Hanie Hananto. Foto : Id Satto |
"Sebagai sebuah bisnis, tentu kita tak ingin sekedar mendapatkan tepuk tangan dari orang Indonesia di luar negeri yang notabene jumlahnya tak seberapa. Melainkan, harus berfikir bagaimana memperoleh tepuk tangan dari khalayak muslimah yang lebih luas di negara itu. Ini PR-nya. Sayang loh uang sudah keluar besar, tetapi hasilnya kurang sesuai harapan. Mending menggelar pameran dan fashion show di Indonesia saja. Hasilnya lebih terlihat," papar Franka yang kini tinggal di Istambul, Turki.
"Bukannya kita ingin mengecilkan semangat. Justru sebaliknya, kita ingin memperbesar volume pencapaian yang sudah diraih. Makanya saya mendirikan A la Hijab sebagai jembatan yang dapat menghubungkan berbagai potensi dan menyatukan segala segmen di industri fashion, baik di dalam maupun luar negeri sehingga bisa sinergis dan memberikan nilai tambah besar terhadap suatu effort kita di dunia internasional," jelas Franka.
A la Hijab merupakan sebuah model media sosial satu-satunya yang berdedikasi pada hijab tingkat dunia. Didirikan awal tahun 2014, dan kini anggotanya sudah mencapai hampir 4000 orang dari berbagai belahan dunia. Mereka terdiri dari kalangan desainer, pemegang merek, blogger, buyer, dan pecinta busana muslim.
Gaya hijab dari berbagai negara. Foto : kartina ika sari |
Sebagai seorang jurnalis dan aktivis fashion kelas dunia, Franka tahu benar bagaimana selera pasar muslim manca negara. Apalagi, saat ini, ia berperan sebagai project manager di Modanisa.com, sebuah perusahaan e-commerce fashion hijab di Turki yang menjadi nomer satu di dunia. Pasar konsumennya sudah menembus 57 negara. Hasratnya pun semakin kuat untuk mempopulerkan karya desain hijab Indonesia.
"Peluangnya masih sangat terbuka. Hanya saja butuh strategi dan banyak penyesuaian, segmen mana yang ingin kita bidik. Termasuk juga menyeleksi pasar. Kita jarang tahu kan, ternyata baju seharga di atas 100 dolar itu tidak laku di Amerika. Muslimah di sana ternyata daya belinya rendah. Nah apakah market Amerika memang feasible untuk bisnis fashion hijab seharga di atas 100 dolar. Inilah yang harus dicermati kembali, " ujar Franka.
Market terbesar kita, kata Franka masih Timur Tengah. Menurut, Global Islamic Economic Report, konsumen baju muslim terbesar adalah Turki, kedua Uni Emirat Arab (UEA), dan ketiga baru Indonesia.
Masalahnya sekarang, kenapa desainer kita kurang tembus pasar Turki dan Uni Emirat Arab ? Franka mengatakan, desain kita masih terlalu nyeni. Muslimah Turki suka yang simple-elegan sehingga bisa masuk dipakai dalam segala kesempatan. Kualitas bahannya juga harus diperhatikan, yang nyaman, jahitan kuat, kancing yang tak mudah lepas, dan sebagainya.
Masalahnya sekarang, kenapa desainer kita kurang tembus pasar Turki dan Uni Emirat Arab ? Franka mengatakan, desain kita masih terlalu nyeni. Muslimah Turki suka yang simple-elegan sehingga bisa masuk dipakai dalam segala kesempatan. Kualitas bahannya juga harus diperhatikan, yang nyaman, jahitan kuat, kancing yang tak mudah lepas, dan sebagainya.
"Kelemahan fashion kita ini memang masih dari sisi kualitas, selain model yang kurang pas dengan segmen di sana. Memang bisa dipahami, sebagian besar fashion kita digarap oleh industri rumahan yang notabene kualitasnya belum standar dan seragam," terang Franka.
Gaya hijab ala United Kingdom. Foto : Id Satto |
Menurut Franka, dunia sudah tahu Indonesia memiliki karya fashion hijab yang unik, dengan model yang berani bermain warna. Baru sekedar tahu, tetapi belum sepenuhnya mereka mau memakainya dalam kegiatan sehari-hari. A la Hijab sekali lagi mencoba menjembatani arus informasi tentang kebutuhan, tren dan selera pasar, untuk kemudian disampaikan kepada para desainer dan penggerak industri fashion antar keduanya.
"Saya terus menjalin hubungan dengan penggerak fashion langsung dari berbagai negara. Banyak juga loh desainer yang karyanya bagus tetapi tidak main di internet atau online. Di sini saya coba untuk menjalin interaksi dengan mereka agar bisa lebih dikenal. Promosi via Ala Hijab terus kami lakukan. Selain itu, kami juga menyelenggarakan berbagai event fashion di luar. Event paling dekat Insya Allah akan diselenggarakan di Swedia pada bulan April ini," ujar Franka.
Bentuk promosi dan edukasi yang dilakukan A la Hijab, salah satunya dengan penyelenggaraan talk show yang digelar di mini stage JCC (26/2). Dalam kesempatan itu, selain Franka sendiri sebagai pembicara, dihadirkan pula Najua Yanti (desainer fashion hijab), Aydha Mehnaz (international blogger dari Banglades), dan Marfuah Pandji Astuti (Managing Editor Nova).
Di penghujung talkshow, pengunjung disuguhi fashiow show dari berbagai negara yaitu Turki, Bangladesh, United Kingdom, Malaysia, Kenya dan Indonesia yang pada kesempatan itu memamerkan koleksi Hanie Hananto, dan Najua Yanti.
Semoga sukses ya Mbak Franka. Oya, sobat yang merasa peduli dengan fashion hijab, bisa gabung di A la Hijab. Di komunitas ini, sobat bisa mengetahui tren dan gaya fashion dari berbagai negara. Yuk kita wujudkan bersama impian fashion hijab Indonesia menjadi kiblat dunia !
Terima kasih untuk Bloggercrony atas undangannya sehingga saya bisa mendapatkan free access Indonesia Fashion Week 2015.
Keren banget mba ulasannya, saya register ke A la Hijab macet di langkah terakhir
BalasHapuskeren liputannya mak, Tfs. Jadi makin tau :)
BalasHapusBetul mbak, pasar dalam negri sedang semarak2nya, semoga bisa merambah ke luar ya dgn memperhatikan pasar di sana
BalasHapusLiputan yang keren...
BalasHapusMemang desain kita kebanyakan masih sangat negara tropik yg senang dengan main warna..
org luar lebih suka simpel.
Senang yah bisa menghadiri IFW 2015. Nice artikel.
BalasHapusEmangnya kalo ga undangan, ga bisa masuk ya ?
BalasHapusbisa mba..asal beli tiket masuk ;)
Hapuskereeen yaaa...selma di Indonesia aku selalu datng ke IFW, seru bangeeet...dan dapet tiket gratis pula hehehe :)
BalasHapus