Jual Daster Batik

Jual Daster Batik

Ingin Sukses ? Bersahabatlah Dengan Kompetitor

Pelajaran ini saya peroleh dari adik saya, Mahyudi Khautama. Dia seorang trainer smartphone LG. Ceritanya setengah hari tentang pekerjaannya, membuat pikiran saya tambah terbuka  tentang sebuah persaingan.

 
Tim penjual Yudi yang berprestasi dan mendapatan LG G3

Sebelumnya saya sudah cukup mengetahui tentang makna persaingan dari berbagai narasumber yang saya wawancarai sewaktu  menjadi jurnalis. Bukan suatu kebetulan media tempat saya bekerja tergolong media bisnis, jadi kerap menanyakan tentang strategi menghadapi kompetitor. Ketika ditanya tentang kompetitor,  narasumber yang notabene kalangan pengusaha atau jajaran top manajemen seperti CEO, presiden direktur dan direktur kerap menjawab, "Kami tidak pernah memandang kompetitor sebagai musuh, melainkan  partner bisnis. Kalau tidak ada kompetitor, kita tak akan maju. Kehadiran kompetitor membuat kita bergerak untuk lebih baik dalam hal layanan atau produk," papar rata-rata narasumber saya.

Pandangan itu rupanya baru masuk secara parsial di benak saya. Belum sepenuhnya saya pahami, bagaimana sesungguhnya berpartner dan berkolaborasi dengan kompetitor.  Meski begitu sedari dulu saya memang tidak pernah panik dengan kompetitor. Tidak pernah takut bersaing dan berkompetisi yang sehat. Saya sangat percaya, rezeki telah diatur dengan sempurna oleh Tuhan asalkan kita sungguh-sungguh berupaya yang terbaik.

Itu saya tanamkan juga kepada anak saya Meili, ketika  mengikuti berbagai lomba mewarnai. Menyebut "lawan" pun nyaris saya pantangkan untuk merujuk kepada peserta lomba. Biasanya saya katakan, mereka adalah peserta lomba yang bagus-bagus, bukan lawan. "Yang penting Meili menggambar dan warnai yang bagus. Kemenangan buat mama bukan juara 1,2 atau 3, tetapi Meili bisa menyelesaikan menggambarnya dengan baik, nanti setelah lomba kita makan di restoran," bujukku menenangkan Meili yang kerap gusar jika melihat peserta lain bagus-bagus. 

Sumber foto : www.guardian.com


Itu tentang Meili yang belajar berkompetisi yang sehat. Lain lagi cerita dari adik saya. Hampir dua tahun ia bekerja sebagai trainer smartphone LG. Ia memiliki tanggung jawab bukan hanya men-training tenaga penjual di kounter-kounter LG, sekaligus juga menganalisis pasar dan kompetitor serta meng-endorse penjualan. Ia memiliki 62 anak buah yang tersebar di sejumlah kounter LG di Jakarta. Cukup banyak juga yang dipikirkan di kepalanya. Ia harus memimpin tim penjualan agar dapat melampaui target.

Alhamdulillah, dengan berbagai strategi memimpin tim, prestasi penjualannya lumayan. Meski tak melulu mencapai target, tetapi boleh dikata cukup seringlah achieved.

Sementara kita tahu, kompetisi di bisnis smartphone ketat banget.  Coba deh berkunjung ke sejumlah toko HP, seabrek brand dengan berbagai keunggulan fitur-fiturnya. Belum lagi promo-promonya yang sukses menghipnotis konsumen" untuk membeli.




Bagaimana menghadapi kompetisi yang ketat itu ? Yudi, demikian panggilan akrabnya, tidak pernah ketakutan dan cemas produknya ditinggal konsumen. Kendati harus diakui brand Samsung sudah begitu merajai pasar perponselan tanah air. Masyarakat kita, kata Yudi, sudah terhipnotis dengan brand ini. Apalagi Samsung juga dikenal royal dalam beriklan dan berpromosi. Hampir di setiap pasar smartphone, dipenuhi promo-promo Samsung. Salesnya pun tak perlu berbicara banyak untuk mempersuasi konsumen. Mudah..customer sudah datang sendiri mencari brand Samsung.  Mulai dari harga yang ramah di kantong, sampai yang bikin kening berkerut, Samsung siap melayani.

Selain itu, Yudi menyebut sejumlah brand smartphone yang lumayan agresif berpromosi, diantaranya Lenovo, Oppo, Smartfren dan sebagainya. LG memang relatif tidak begitu agresif berpromosi. Ponsel pintar keluaran Korea Selatan ini tetap percaya diri dengan keunggulannya yang tak dimiliki oleh rival ketatnya, Samsung. Market share LG cukup diperhitungkan  di negeri ini.




Bagaimana LG tetap eksis ?  Yudi bercerita tentang survey lapanganya dalam menganalisis market.  Si bungsu ini banyak berteman dengan analis pasar  dari berbagai brand. Ia mengakrabi mereka sebagai teman, bukan musuh. Dari analis pasar itu, Yudi belajar tentang spesifikasi, kekurangan dan kelebihan produk kompetitor. termasuk juga term-term promo dan jenis promonya. Informasi ini sangat bermanfaat untuk kemudian dia sampaikan lagi di training. Apa yang harus dipromosikan oleh staf penjualnya. Yang terpenting dan harap dicatat dengan baik, jangan jelekkan brand lain. Maksimalkan waktu ketika bersama customer hanya menceritakan kelebihan dari produk kita. 

Seandainya pun customer menyebut keunggulan brand lain, jawablah fokus dengan kelebihan dari produk yang kita tawarkan. Sales yang baik, memang mutlak menguasai betul spesifikasi produk. Customer sekarang cerdas. Mereka mudah mengakses informasi tentang perponselan dari media atau komunitas-komunitas online. Pengalaman dari rekannya pun sangat mempengaruhi keputusan membeli.  

Dari analis pasar brand lain, Yudi jadi mengetahui promo-promo apa yang tepat di kala kompetitornya gencar berkampanye. Misal, Samsung sedang promo harga suatu tablet dengan memberikan diskon gede dalam kurun waktu tertentu, tentu saja kalau LG juga mempromosikan diskon serupa di saat yang sama, hasilnya tidak bagus. Secara brand Samsung sudah menancap dalam di benak masyarakat. Lantas yang dilakukan LG ? cukup menambah gimmick-gimmick untuk customer. Nah, LG baru muncul dengan promo besarnya ketika Samsung sedang tidak promo. Informasi-informasi dari kompetitor, Yudi laporkan ke pusat untuk dianalisis dan diambil keputusan yang tepat.  




Selama kampanye, brand-brand itu pastinya memasang banner, Yudi memberikan keleluasaan kepada brand-brand tersebut untuk berpromosi. Termasuk ketika ada kunjungan dari pusat dari brand lain, dan mereka men-setting kondisi yang lebih semarak dengan pemasangan banner, Yudi juga memberikan kesempatan mereka terlihat eksis ketika acara seremonial penyambutan kunjungan orang penting  dari brand tersebut berlangsung. Begitu pula sebaliknya jika LG berpromosi.

Pernah suatu waktu, tim Yudi ribut dengan brand lain. Itu lantaran, banner handphone brand lain tanpa ijin langsung menutupi banner handphone LG yang tengah terpasang. Situasi sempat memanas, karena mereka mau menang sendiri dengan alasan ada kunjungan. Yudi langsung mengambil langkah bijak dengan mengajak berkomunikasi baik-baik. Alhamdulillah mereka bisa mengerti. "Biasanya yang seperti itu karena mereka masih baru, belum mengerti aturan mainnya di lapangan." ujar Yudi.

Dari kejadian tersebut, mereka jadi berteman baik. Kompetisi memang ketat. Masing-masing sales  dikejar target penjualan. Tetapi yakinlah rezeki tidak akan tertukar. Semuanya bisa maju, jika bisa saling berkolaborasi dalam ukuran yang tepat dan ada etika yang harus dipatuhi. Misalnya, etika minta ijin pemasangan banner jika menutupi banner lain, menghormati isi dapur masing-masing, tidak menjelekkan dan menjatuhkan.

"Jangan berpikir untuk menjatuhkan orang lain, tetapi berpikirlah untuk sama-sama membangun bisnis yang sehat."

Ungkapan bijak mengatakan, "Kita harus dekat dengan teman atau partner kita, tapi kita harus lebih dekat dengan kompetitor kita,"...sepertinya harus tertanam kuat di benak kita yang mendambakan rezeki barokah dan sukses. 





Kehadiran kompetitor atau rival sejatinya memecut kita untuk berbuat yang lebih baik. Tentu saja lebih baik dalam memberikan manfaat kepada orang lain dan lingkungan. Lebih baik karena kita hamba Tuhan yang memang sejatinya adalah pemenang.


9 komentar:

  1. Inspiratif, Mbak. Kompetitor bukan lawan. Tapi mitra untuk sukses. Keren :)

    BalasHapus
  2. Mmg kenal teman itu baik tp kenali saingan dgn lbh baik. Salam...

    BalasHapus
  3. Teman sekaligus lawan ya mbak..tak ada musuhan.

    BalasHapus
  4. Bahkan teman yg banting stir dr usaha n menyamai usaha saya smp ke display nggak aku musuhin. Dimanfaatin aja kalau kita dpt order tapi nggak sempat ngerjain.

    BalasHapus
  5. Ooo, begitu ya Mak. Tapi emang dari konsep seperti itu, menjalani bisnisnya juga enak ya, selain banyak teman juga rejeki tak lari ke mana :) inspiratif Mak Ika.

    BalasHapus
  6. makasih informasinya ya, ternyata dunia bisnis dan marketing banyak tantangannya, terhadap kompetitor memang harus bijak tak boleh menjelek2an

    BalasHapus
  7. Kehadiran kompetitor atau rival sejatinya memecut kita untuk berbuat yang lebih baik.

    setuju....:)

    BalasHapus
  8. Kalau nggak ada kompetitor, hidup rasanya garing, ya :)

    BalasHapus
  9. Bahkan, sekarang juga banyak perusahaan yang menerapkan strategi Blue Ocean, yaitu mencari dan menggunakan pangsa pasar baru yang belum pernah dilirik maupun disentuh oleh kompetitor. Jadi, mereka justru menghindari persaingan dengan kompetitor dengan terus berinovasi.

    BalasHapus

Terima kasih atas masukan dan komentarnya.