Jual Daster Batik

Jual Daster Batik

Pendidikan Tinggi, Tidak Jaminan Orang Bisa Kerja




Mumpung lagi hangat soal pendidikan rendah Ibu Menteri Perikanan dan Kelautan, Susi Pudjiastuti yang sukses jadi bahan nyiyiran di media sosial, aku jadi ingat tentang adikku, Mahyudi Khautama. Nggak nyangka juga sih, si bungsu ini berhasil jadi pria mandiri. Padahal, di jaman sekolah dulu, aduuh bikin tepok jidat.

Keluarga kami bukan dari keluarga kaya. Jadi, saya bisa mengerti mengapa bapakku geram dengan pola tingkah adikku yang "malas" sekolah. Dan, sepertinya, ia tidak bisa mengikuti pelajaran di sekolah dengan baik. Sepertinya, dia sejak kecil tidak suka sekolah. Nilai-nilainya kebakaran kalau saat ambil raport. Bapak sampai malu. Sedangkan dua kakakknya lumayan berprestasi, termasuk aku yang selalu Alhamdulillah cemerlang. Apalagi adikku, swesti, selalu rangking tiga besar sejak SD. Kami pun berdua melenggang cantik ke perguruan tinggi negeri. Aku di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjajaran dan swesti di Fakultas Teknk Busana, Universitas Negeri Jakarta.

Yudi ? hmm bikin ngelus dada. Dia sama sekali tidak mau belajar. Sukanya main terus. Tapi telaten kalau diminta membuat sesuatu prakarya, seperti membuat layang-layang, dan sebagainya. Guru-gurunya baik di SD maupun SMP, sudah pasra. Boleh dibilang, dia bisa naik kelas karena kebijakan. Waktu kelas 2 SD, bapakku tidak meminta Yudi dinaikkan. Karena memang belum bisa membaca dan berhitung. Terus berlanjut sampai kelas 6. Nilainya ngepas terus. Tapi kalau minta beli buku, paling kenceng. Inginnya semua buku dibeli. Tapi ga pernah dibaca. Aku juga waktu itu sudah nggak ada waktu untuk memperhatikan adikku ini. Karena sudah stress juga belajar. Sekolah unggulan di SMU 78 Kemanggisan Jakarta Barat, banyak menguras pikiranku. Aku juga belum mengerti tentang pendidikan. Jadi ya..menyalahkan adikku terus kalau malas belajar.



Sedih juga memikirkn adikku jika tidak berubah. Apalagi dia cowok satu-satunya di keluarga kami. Calon kepala keluarga. Kalo malas, bagaimana hidup anak-istrinya. Ini yang suka bikin aku gemas. Dia memang cenderung dimanjakan oleh ibuku. Apa aja keinginannya selalu dipenuhi kalau ada rezeki sehingga menganggap segalanya mudah.Sampai akhirnya lulus SMU. Aku dah wanti-wanti ke dia untuk mandiri, dan jangan merepotkan orang lain. Apalagi merepotkan orang tua yang justru harus dibantu.

Sejak SMU dia suka main band. Sepertinya hobinya bermain band mengalahkan pelajarannya di sekolah. Dia gigih belajar band dari teman-temannya. Uang jajannya habis cuma buat sewa studio. Sampai akhirnya, dia bisa memukul drum. Bahkan kata teman-temannya, Yudi bagus nge-drumnya. Dia kerap dilibatkan dalam berbagai pementasan grup band yang berbeda. Dia juga punya grup sendiri. Tapi sesekali waktu dia menerima kesempatan main dengan grup band lain. Dibayar ? Dia ngaku sih nggak. Cuma makan siang atau minum doang. Karena masih setingkat festival seni sekolah-sekolah. Dan, karena pementasan di sebuah sekolah pula, ia ketemu jodohnya. Tina Emeraldi Hutama.


Aku mulai memahami dunia adikku. Rupanya dia passionnya di seni. Dia juga bisa menulis lagu dan bermain gitar.Beberapa kali aku dipamerkan syair-syair lagunya. Bagus juga, bertema cinta dan persahabatan. Dia pernah juga serius membentuk grup band. Aku pun beberapa kali suka promosi keahlian adikku kepada teman-teman yang punya link ke pencari bakat. Hingga aku kenalkan dia ke temennya temenku di PMI. Katanya dia mantan manaajer sebuah grup band terkenal. Terjadilah hubungan antara manajer dan talentnya selama beberapa bulan. Kemudian, karena suatu alasan mereka tidak melanjutkan kerja sama lagi. Padahal adikku sudah memberikan lagu-lagunya yang direkam dari hasil menyisihkan uang jajannya. 

Karena sering nongkrong di studio, ia ditawari juga menjadi guru privat drum. Dan sering menjadi additional player. Kala itu, ia sudah berpacaran dengan Tina Emeraldi Hutama,cewek yang ditemuinya saat pementasan di sebuah SMK di Jakarta Pusat. Si pacarnya ini kurang senang jika Yudi bermain band. Mereka sering ribut karena hal ini. Sempet putus juga beberapa kali.

Dalam perjalanannnya, dia menyadari dunia band belum bisa memberikan hasil yang bagus. Memang butuh proses yang lumayan panjang jika untuk sukses di dunia musk. Apalagi adiiku juga bukan orang yg pandai menjual dirinya. DIbayar dan ngga dibayar dia mau aja, asal bisa mukul drum. Aku warning ke dia, agar mencoba melamar pekerjaan. Alhamdulillah, dia pun nurut dan nggak gengsian.

 Awalnya dia menjadi marketing online kartu kredit. Gajinya dibawah Rp 500 ribu. Tak berapa lama ia melamar lagi jadi cleaning service di sebuah perusahaan outsoursching. Aku nggak menyangka juga adikku mau menerima pekerjaan itu. Gajinya juga tidak sampai Rp 500 ribu. Aku tahu adiiku ini lumayan pemalas bersih-bersih di rumah. Kok mau juga jadi cleaning service di kantor. Gimana kalau tidak bersih, dia bisa dimarahin.


Dengan ditraing selama beberapa hari, Yudi lumayan cukup rapi dalam bekerja. Dari jam 7 pagi dia sudah membersihkan seluruh ruangan. Kemudian dilanjutkan lagi setelah makan siang. Jadi dua kali mengulang pekerjaan yang sama di pagi dan sore hari. Dia suka ngeluh juga karena bosnya cerewet, nggak boleh lihat orang duduk-duduk santai. Langsung disuruh kerja. Padahal kerjaannya sudah beres. Tapi ditabahin aja semuanya. Sampai akhirnya, dia dioper ke Bank BCA, Menara BCA, Slipi, Jakarta Barat. 

Untuk kepentingan tertib administrasi, Yudi dan teman-temannya diminta bikin CV dan interview dengan HRD. CV-nya juga aku yang buatin. Aku tambahi pengalaman kerja sebagai pengajar drum privat.

Hmm rupanya, pengajar privat drum ini menarik hati HRD BCA. Dalam proses interview yang ditanya bukan berkaitan cleaning service atau office boy, tetapi malah soal aktivitasnya nge-bandnya. Tak tahu apa yang dibisikkan Tuhan kepada HRD itu sehingga dari kalo tidak salah empat orang temannya, hanya Yudi yang dipisahkan. Dia ditawari jadi karyawan kontrak di bagian pembuat kartu ATM di BCA. Ruang kerjanya pun khusus seperti aquarium yang tersterilisasi. Dan, kata Yudi hanya dia yang tamat SMK. Yang lainnya minimal D3. Lama juga Yudi bekerja di BCA. Kurang lebih 3 tahun. 

Dunia band tetap tidak bisa dicabut dari passionnya. Sepulang kerja, dia menyempatkan diri nge-drum hingga larut malam. Aku prihatin dengan kondisi fisiknya. Tapi dia tidak merasa letih. Sampai suatu ketika ada sesuatu kejadian yang memaksanya untuk keluar dari situ. Ya, ada kesalahpahaman diantara temannya sehingga reputasinya jatuh dan dia harus keluar dari BCA. 

Dia tidak putus asa. Pasti ada hikmahnya dibalik kejadian itu. Intinya dia tidak boleh sembarangan dan harus pandai mengendalikan emosi. Ya, adikku ini emosinya suka tinggi. 

Aku carikan lowongan pekerjaan di koran. Alhamdulillah ada kesempatan di sebuah perusahaan seluler. Mereka tidak mencari yang expert, tapi mau kerja. Karena, nanti akan ada pelatihan dan training. Kembali Yudi aku buatkan lamaran dan diterima. Ia ditraining kurang lebih sebulan sampai ditempatkan di Cempaka Mas.  Seluler Shop, dengan bos India. 

Alhamdulillah adikku menemukan passionnya di situ. Dia cepat sekali menangkap ilmu handphone. Dia juga tanggung jawab dan rajin. Tak heran jika penjualannya bagus dan mendapatkan apresasi dari bosnya. Dengan modal kerja menjadi penjaga toko seluler, dia memberanikan diri untuk melamar pacarnya itu. 

Setelah menikah, prestasinya semakin bagus. Dia mulai diincar berbagai kompetitor. Dasar akal-akalan perusahaan, Yudi dengan berbagai cara terus ditahan sehingga tidak bisa keluar. Sementara dia tidak mendapatkan hasil yang menggairahkan. Bonusnya suka telat. AKhirnya Yudi nekat dan tidak mau lagi percaya dengan janji-janji akan menaikkan gaji. Yang dia pikirkan, bonusnya bisa keluar cepat. Jangan sampai berbulan-bulan. Dengan dorongan aku, akhirnya dia mau juga risain dan menerima tawaran LG sebagai trainer. Alhamdulillah gajinyaa naik dua kali lipat lebih. 

Kini, hampir dua tahun ia memberikan pelatihan kepada new comer LG di toko-toko seluler yang tersebar di sejumlah kota di Jakarta. Bahkan setiap ada produk baru, tugasnya adalah memberikan trainer. Selain itu, ia juga mensupervisi kinerja sales-sales LG di berbagai toko seluler. Hmm pekerjaann yang sejatinya adalah lulusan sarjana.

Semoga selalu sukses aja ya Yud dan diberkahi kebahagiaan bersama keluarga. Jaga kesehatan, jangan banyak merokok. Kurangi juga makan mie instan.

2 komentar:

  1. Luar biasa ya mbak, kisah Yudi. Hidup akan menemukan jalannya sendiri pada akhirnya. Tugas kita memberi cahaya agar tidak tersesat. sukses selalu mbak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wahh takjub banget blog saya dikunjungi mba susi,hhhee jadi malu..saya selalu invisible loh mba...btw makasih banyak mba susi.

      Hapus

Terima kasih atas masukan dan komentarnya.