Jual Daster Batik

Jual Daster Batik

Balada Ibu Hamil yang Bekerja



Mengandung dan melahirkan buah hati bagi seorang Ibu pekerja memang “sesuatu”.  Dua anakku, Melia (9 tahun) dan Barra (4 tahun), keduanya brojol di tengah kesibukan ibunya dikejar deadline.

Meilia, ketika aku sibuk menjadi jurnalis internal di Kantor Pusat PMI. Kala itu tahun 2004-an, Indonesia sedang diterjang banyak bencana. Aku super sibuk menulis berita untuk website, majalah, dan berbagai selebaran untuk koordinasi antar bagian.  Berasa lupa mengandung karena begitu semangat ingin membantu para korban bencana melalui  updetan berita yang kukerjakan.

Barra, adik Meili, lahir lima tahun kemudian di usiaku ke-31. Saat itu aku bekerja di majalah.  Nggak kalah sibuknya. Mending waktu hamil Meili, rumahku cukup dekat dengan kantor. Hanya naik ojek 5 menit sudah sampai. Ketika menggandung Barra, rumahku di Narogong-Cileungsi. Aku harus menempuh perjalanan sekitar 3 jam ke kantor di Gondangdia-Menteng, Jakarta Pusat.

Kalau naik kereta, aku harus ke stasiun Kranji atau Bekasi. Lebih cepat dari jalur Cibubur. Waktu itu, kami belum memiliki mobil, sehingga untuk mencapai stasiun atau perempatan Cileungsi, suamiku mengantar dengan motor. 

Barra, berusia 3 bulan.


Kalau dibayangin,  bisa nggak ngantor. Suami sebenarnya juga tidak memaksa bekerja. Tetapi karena pertimbangan lain, aku putuskan bekerja. Ekonomi kami waktu itu belum sebaik sekarang. Suami masih dalam merintis usaha ekspedisi.

Faktor jarak, tak lagi aku pikirkan sebagai hambatan. Malah, menjadi sebuah kekuatan tersendiri. Disitulah aku melihat kebesaran Tuhan.  Tak henti dzikir membasah di bibirku dalam perjalanan.  Kondisi jalan di perumahanku dan sepanjang jalan menuju kota Bekasi memang tidak begitu bagus. Gajlukan demi gajlukan seolah menjadi irama yang cukup dijawab istigfar. Lantas pulangnya ?  Aku tiba di rumah sekitar pukul 11 malam.

Belum lagi ketika di kereta. Aku harus siap berjejalan dengan para penumpang dan menyiapkan hati besar menerima perlakuan penumpang yang tidak senang dengan bumil. Kondisi commuter line empat tahun lalu tidak senyaman sekarang. Kadang AC mati, menunggu antrian lama karena kereta lain yang lewat dan jadwal kerap telat.

Barra tergolong anak yang aktif dan senang belajar

Mengidam Sambel


Aku terbilang tidak suka pedas. Tetapi ketika mengandung Barra, berubah 180 derajat. Sambel pedas menjadi candu bagiku. Nafsu makanku hilang, jika tidak melihat sambal. Dan anehnya, sepedas apapun,  tidak membakar lidahku. Perutku juga tidak mulas.

Dokter bilang, boleh saja makan pedas, asal jangan banyak-banyak. Akhirnya, jika dinilai, lima puluh persenlah aku berhasil menahan nafsu pedas.

Melawan Kantuk di Kantor


Selama hamil Barra, terasa sekali betapa sulitnya menahan ngantuk di kantor. Kantung mata begitu berat diangkat jika sudah di depan laptop. Terlebih hawa dingin AC yang menyelusup ke pori-pori tubuhku, makin membuaiku memalaskan diri  di kursi empuk ergonomic kantor.

Dunia media, sangat berkejaran dengan waktu deadline. Walaupun majalah bulanan, jadwal tetap padat. Apalagi jumlah wartawan di kantor kami  sedikit.  Aku ingat benar tulisan di sebuah artikel, Ibu hamil yang menyibukkan diri, membuat pertumbuhan otak janin bagus dibanding bumil yang kurang aktivitas. Semangat !!!

Sambil menulis, sejak 3 bulan kandungan, aku selalu menempelkan headphone bergagang di perutku. Mulai dari lantunan ayat suci Alquran, instrumentalia, lagu pop Indonesia  sampai dangdut. Sesekali musik klasik.

Aku juga menggembirakan perasaanku. Tidak mau banyak berprasangka buruk dan bersedih. Pengalaman waktu mengandung Meilia kerap bersedih, melahirkan Meili-bayi yang rewel. Sampai sekarang pun, ia begitu berperasa.

Aku baru mengambil cuti di usia kandungan ke-9. Tanda-tanda melahirkan sama sekali tidak kurasakan sampai bulan kesepuluh. Dokter memintaku untuk segera sesar meski tidak berkontraksi dan mulas. Bayiku besar dan umur sudah sangat cukup.  Kejadiannya hampir sama dengan kelahiran anak pertama. Alhamdulillah Barra lahir dengan selamat, dengan berat 4,1 kg  dan panjang 51 cm. Kini ia berkembang menjadi anak yang sehat, pintar, supel, dan ceria.





1 komentar:

  1. Tosss mak. Makanya, Tuhan itu kasih kekuatan lebih kepada semua ibu, ya. Hamil dengan masih bekerja dan mengurus keluarga. Saya juga gitu mak. Mulai anak pertama sampai sekarang hamil anak ketiga, masih saya lalui dengan bekerja di media yang terbit harian, apalagi LDR juga. hihihi...Pokoke harus semangat yaaa...

    BalasHapus

Terima kasih atas masukan dan komentarnya.