Jual Daster Batik

Jual Daster Batik

Berqurban, 'Menyembilih" Hawa Nafsu



Pagi ini Alhamdulillah Allah memberikan kesempatan menghirup udara Idul Adha. Alhamdulillah, masih diberikan amanah juga menyisihkan rejeki untuk berqurban yang terus kami upayakan menjadi rutin tiap tahunnya. Alhamdulillah, selalu dimudahkan segala niat dan upaya yang memang difokuskan untuk menyempurnakan amal.

Tetapi, ada yang aneh pada hari Idul Adha ini. Aku sama sekali tak tertarik untuk menyaksikan penyembelihan hewan qurbanku. Suami pun begitu. Hanya menengok sapinya sebentar, kemudian tak kembali lagi. Dipanggil-panggil cukup lama, sampai panitia kurban menyerah. Sedangkan anak-anakku, sedari pagi sudah absen menyaksikan prosesi penyembelihan. 'Kok ayah ga datang sih. Tadi udah dipanggil-panggil.? ujar Meili, sulungku. Suamiku hanya tersenyum. 'Emang udah disembelih sapinya ?". Udah...

Aku di rumah asyik menonton film Bulan Terbelah di Langit Amerika bersama ibu. Barra, si bungsu sudah pulang. Mencuci kakinya sendiri yang kena percikan darah qurban. 'Dah selesai De, qurbannya ? tanyaku sambil membantu mencuci kaki dan menggantikan stelan kokonya yang basah. "Udah ma. Barra mengambil android sebentar, bermain mobil-mobilan. Nggak lama, teman-temannya memanggil, dan Barra pun ngeloyor pergi.

Hari ini, kami tak menyiapkan sesuatu yang spesial. Tetangga sudah berisik, sejumlah sembako naik berkali lipat. Ibu dan aku menanggapinya biasa saja. Ya, karena kami memang tak menyiapkan apa-apa,Kecuali bumbu untuk nyemur. Hheheh..biasanya panitia qurban memberikan sedikut hewan qurban bagi yang berqurban.

Di kamar, aku berdiskusi santai dengan suami tentang hewan qurban. Aku mengungkapkan kegelisahanku. Sebenarnya, aku tak tertarik berqurban di lingkunganku. Sudah lama aku ingin berqurban ke daerah yang jauh. Tinggal transfer saja, dan diserahkan penuh ke pengelola yang menyulap daging qurban menjadi kornet atau apalah.

Rasanya susah sekali menghilangkan perasaan berqurban karena "rasa tidak enak".Ya, jujur aku berqurban, sepertinya ada rasa terselip tidak enak. Panitia kurban sudah melisting kami sebagai calon peng-qurban rutin. Jadi, kami selalu ditagih janji, kapan bisa menyetor uang qurban. Kata ibuku yang jaga rumah, beberapa kali Bapak A ke rumah, meminta kesediaan qurban ketika aku dan suami tidak berada di rumah. Kalau dihitung, ada 5 kali. Hmm...jadi merepotkan orang. Hingga akhirnya, aku dan suami memutuskan ya sudahlah kita berqurban di sini aja. 'Nggak enak bapak A ke sini mulu. Rejekinya belum bisa dibagi di tempat lain. Mungkin tahun depan, semoga bisa lebih banyak berbagi di tempat lain.

Ada beberapa alasan, aku enggan berqurban di lingkungan rumahku. Sama halnya ketika aku enggan memberikan "penganan" berbuka puasa untuk musholla di lingkunganku. Ohh Ya Allah maafkan aku. Tiap tahun, setiap kepala di bulan puasa diminta menyetorkan takjil berbuka. Kami selalu bersemangat menyiapkannya. Tapi ketika kami resapi, ternyata tajil yang kami siapkan tidak "memberi makan" orang yang susah. Yang makan, hanya pengurus mushollah yang notabene berkemampuan. Bahkan, tak jarang, takjil bersisa banyak,  teronggok membisu di sudut musholla. Miris sekali.

Padahal makna takjil itu adalah "menyegarakan" berbuka, berupa penganan kecil untuk menyegarakan berbuka. Efektifnya diberikan di pinggir-pinggir jalan raya dimana membantu orang berbuka puasa di saat sedang berkendara termina, stasiun. Atau mesjid-mesjid yang mengundang orang tak mampu atau anak-anak yatim melepas dahaga dan menghibur rasa lapar mereka dengan penganan yang enak. Tetapi tidak jarang pula, takjil jadi bermakna politik. Karena plastiknya berstempel partai atau tokoh tertentu. Hmm...apalah itu...

Tetapi, takjil di lingkunganku, hanya untuk orang yang itu-itu saja, pengurus mesjid atau warga sekitar yang terkategori mampu. Warga komplek membangun mushola kecil di tengah perumahan. Pengurus mesjidnya memang aktif. Tapi, kok rasanya ada yang kurang pas saja ketika takjil yang makan dia lagi-dia lagi. Ahh...rasa ini jadi tak rela. Hmm...buru-buru aku hempaskan rasa itu, dan meluruskan niat..Anggapkan memberikan takjil itu untuk silaturahmi, mempererat hubungan antar tetangga.

Perasaan ini kembali berkecamuk saat qurban. Daging hewan qurban  didistribusikan didominasi untuk masyarakat sekitar. Setiap kepala keluarga, bisa dipastikan mendapatkan 2-3 kantong daging. Belum lagi kalau ada yang kebagian tugas jagal, tetangga terdekat suka juga diberikan. Hmm...berlimpah ruahlah daging-daging kurban. Sampai aku miris, apakah masyrakat yang tidak mampu turut kebagian? aku liat di televisi, masyarakat rela berdesak-desakan demi memperoleh sekantong daging. Bahkan ada yang sampai tergenjet dan pingsan. Sementara di perumahanku berlimpah daging qurban. Dimana-mana tercium aroma bakaran sate. Ini yang membuat gelisah hatiku.

Belum lagi soal penyembelihan. Aku tak kuasa lagi melihat. Pernah suatu kali aku menyaksikan seekor kambing yang menangis kencang tak mau disembilih. Memang pemandangan yang terasa mengerikan. Hewan qurban dijagal menunggu antrian. Satu per satu, sapi dan kambing dikerek. Di depan mata mereka, temannya disembilih. Padahal seharusnya, saat temannya disembilih, usahakan hewan lain tak boleh melihat. Tidak jarang juga, badan sapi atau kambing dijatuhkan paksa dalam keadaan terikat tak berdaya. Malah tadi aku melihat di televisi ditayangkan sapi yang sudah terpotong kepalanya, tiba-tiba bangun dan berlari, menjadi tontonan dan tertawaan orang sekitar. Astagfirullah. Ga tega aku.

Yang pernah aku tahu, sapi wagyu ketika disembilih benar-benar dibuat terhibur agar tidak stress. Diajak berjalan-jalan dalam jalan setapak aAku sampai tak bisa berkata-kata lagi saat mendampingi anakku menyaksikan penyembelihan. Mulai ada rasa tidak rela hewan-hewan itu diperlakukan kurang layak. Memang benar, suatu urusan harus diserahkan pada ahlinya. Termasuk soal penyembelihan, harus ditangani oleh ahlinya. Makanya pernah Gubernur DKI Jakarta, Ahok sempat penertiban penyembelihan di kampung-kampung, sekolah, dan penjualan hewan qurban di pinggir jalan. Kemudian langkah penertiban oleh Ahok mendapatkan reaksi keras dari sejumlah pihak. Hmm tak jelas gimana kabarnya sekarang. Yang pasti, penertiban oleh Ahok tidak berjalan maksimal. Sekarang malah lagi rame, penolakan hewan qurban dari Ahok hehehe..dan demo jemaah haji tolak Ahok.

Aku cuma berharap, semoga pemerintah bisa memberikan solusi untuk hewan qurban. Dan, sesungguhnya PR  berqurban itu adalah kita bisa menyembilih "hawa nafsu". Bagaimana dengan kamu...?









Apa Ada yang Salah dengan Cinta ?




Hmmm...tetiba belakangan ini pikiranku bergelayut pada lima kata : CINTA. Ya, cinta...Hmm sudah lama betul saya tidak terlalu sentimental dengan kata ini. Hhhe,..maklum sejak menikah 12 tahun lalu, ..rasanya rasa cinta, hanya butuh dibuktikan, bukan lagi dirasakan. Lantas kenapa tiba-tiba rasa Cinta itu mengusikku belakangan ini ?

Pertama, dari orang-orang sekelilingku yang aku dekat saat ini banyak yang masih sendiri. Sahabatku, teman-teman baikku masih menjomblo. Ada yang sudah bercerai belum menikah lagi dan sedang mengharap cinta sejati, Ada lagi yang memang menjomblo, takut mengungkap perasaan. Dan, aku menjadi orang yang merasa "beruntung" dicintai dan bisa mencintai seseorang sepenuh hati. Hidupku yang aku anggap terlalu sempurna....hingga aku suka setengah ngotot ke Tuhan..Ya Tuhan berikanlah teman-teman baikku pasangan sejati...yang membuat hidup mereka berenergi.

Aku suka merasa sedih, ketika sahabatku bercerita tentang masalah petualangannya mencari cinta sejati. Padahal, dia orang yang solehah, sangat baik. Kenapa kok Allah tidak memudahkan urusannya menemukan cinta utuh dari seorang pria yang mau menerima apa adanya. Kegagalannya dalam rumah tangga karena dikecewakan dengan suami yang terpikat dengan wanita lain. Sungguh kurang ajar sekali...Disekolahkan suaminya tinggi-tinggi dari hasil pinjaman PNS-nya..eh malah begitu lulus, menikah dengan teman kuliahnya sewaktu di Singapura. Sakit hati banget dengernya..

Ketika dia bercerita tentang kisah kasihnya dengan seseorang untuk kesekian kalinya,,aku tak bisa lagi berucap. Hanya mencoba memberikan motivasi, semoga pencariannya ini berbuah pelaminan. Ahhh...aku kangen kamu ..sudah lama kita tak bersua. Meski aku bisa pastikan, ketika kita bertemu, pasti kamu akan bercerita tentang si dia...pria yang tak jelas komitmennya..

Lain temenku lagi,  masih setia menjadi jombloer dan memendam cinta yang begitu besar pada seseorang. Entah aku tak menanyakannya. Karena takut membuat luka..Status FBnya penuh dengan ungkapan sepi..dan cinta tak berbalas. .Hmmm rasanya aku tak ingin menambah kekecewaannya dengan memposting tentang keluarga. Temen baikku lagi, yang sudah berumur sangat mendambakan hadirnya seseorang yang bisa menemani hidup yang beranjak matang. Setiap pertemuan pasti doi selalu menyerempet tentang kesenderiannya.

Kemudian kakak alumniku yang kutemui saat alumni kemarin...sampai saat ini terpenjara perasaan dan hidupnya karena memendam cinta yang tak berbalas. Setiap waktu, status FB nya mengisahkan tentang si dia, di doi, si kamu yang selalu mengintai bayang-bayang hidupnya. Ia tak menikah. Hidupnya pun tak jelas. Miris..padahal dia fotografer berbakat. Oh Tuhan banyak sekali di sekelilingku yang mendamba cinta sejati...

Cinta pada pasangan perlu direfresh 

Ya, cinta yang merupakan sebuah anugerah terindah dari Tuhan harus selalu kita pelihara dan refresh. Cinta memang tak butuh kata-kata. Cinta itu perbuatan. Suamiku Alhamdulillah bukan orang yang mengumbar kata-kata mesra. Hhahah bahkan sampai aku menikah..dia tak mengungkapkan cinta secara explisit. Aku yang ekspresionis malah yang "kecentilan" mengungkap kemesraan.

Godaan terhadap cinta yang terpelihara pasti selalu mengintai dari berbagai penjuru. Entah itu ke suamiku, atau diriku sendiri. Apalagi usia pernikahan sudah lebih dari 1 dasawarsa. Masa rawan. Mario Teguh yang menjelma menjadi "nabi baru" karena terlalu mudahnya dia merumuskan kebahagiaan hidup juga terpeleset  untuk urusan cinta.

Ga nyangka. Dia yang begitu terlihat romantis bersama istrinya, ternyata mengukir sejarah melukai hati wanita selama bertahun-tahun. Bahkan anaknya pun hasil buah cintanya dengan istri pertama sempat tak diakui. Oh Pak Mario...Anda memang seorang manusia biasa yang punya masa lalu. Dan, harus terima konsekuensi orang mem-bullymu karena prilaku yang nyatanya "tidak selicin" jidatmu. Kamu sudah menjadi seleb, public figure, Belasan juta pengikutmu  menjadi asetmu mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Sebagai orang luar, kita tak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi terhadap persoalan cinta Pak Mario.



Saya tak ingin menghakimi Pak Mario. Biarlah Tuhan yang memperkarakannya jikalah terbukti dia tak baik. Saya hanya kembali melihat ke dalam diri. Persoalan cinta ini memang pelik. Siapa saja bisa terkena panahnya. Termasuk mungkin saya, yang selalu memakai logika dalam urusan cinta sejak sebelum menikah. Yang tidak mau bawa perasaan tentang cinta. Saya pun menikah dengan suami..juga benar-benar logika yang hadir. Makanya ketika tetiba aku terusik dengan 5 kata itu, aku pun mendadak menjadi baper. hmm...

Yang perlu sama-sama kita tanamkan di benak adalah bagaimana rasa cinta itu harus dimunculkan. Cinta yang bertujuan. Untuk apa kita mencintai, dan karena apa kita mencintai. Selama kita masih menemukan jawaban itu...rasanya kita selalu punya alasan untuk menghidupkan cinta. Cinta karena Tuhan. Karena Tuhan memberikan kita amanah cinta untuk membangun kehidupan. Bukan cinta nafsu, dimana kita hanya diselimuti bayang-bayang tak jelas.

Semoga yang telah dianugerahkan pasangan, bisa selalu terpelihara rasa cintanya. Yang belum menemukan pasangan, segera dipertemukan dengan yang baik menurut Allah. Senantiasa diberikan kekuatan dan kesabaran yang tak berbatas. Cinta itu sejatinya memberikan energi lebih dan lebih yang menghidupkan jiwa dan raga kita. Selama rasa itu membuat kita menjadi manusia..dan ingat selalu pada Tuhan...itulah cinta yang berkah...Insya Allah...