Jual Daster Batik

Jual Daster Batik

Daster Batik Sambungan


Ibu Maryam, pembuat daster batik sambungan memulai usahanya sejak tahun 1990-an di daerah Kemanggisan Palmerah, Jakarta Barat. Awalnya, ibu empat anak ini adalah seorang penjahit konveksi. Semula, helai demi helai kain batik potongan daster konveksi banyak dibuangnya. Makin hari limbah batik terus menumpuk di rumahnya. Apalagi jika petugas kebersihan terlambat datang.

Untuk mengurangi sampah, potongan bekas kain batik kerap digunakannya untuk lap-lap debu, kain pel atau sapu tangan. Ketika menyambung helai demi helai kain itu, perempuan kelahiran Purworejo 60 tahun silam ini kepikiran untuk menyulapnya menjadi sesuatu yang lebih berguna. Mulailah ia kumpulkan dengan telaten potongan kain sesuai dengan warna dan motifnya. Ia buat taplak meja, penutup TV, rok, hingga daster anak dan dewasa.

Ibu Maryam bukanlah lulusan kursus menjahit. Keahlian menjahit daster dipelajari secara otodidak. Bukan suatu kebetulan, di lingkungan rumahnya banyak berdiri konveksi aneka batik. Inilah peluang untuk mendapatkan penghasilan..begitu suara hatinya.

 Bermodal tekad kuat untuk membantu perekonomian suaminya, akhirnya ia dipercaya oleh salah satu pengusaha konveksi sebagai tenaga penjahitnya selama beberapa tahun. Hingga ia pun berkreasi membuat daster dari sisa potongan daster konveksi. Dulu, konveksi memang tidak memotong tepat sesuai pola.  Pejahit dituntut kreatif mengkreasikan dan memantaskan model daster dengan memotong sendiri.

Tak disangkanya juga, ia berhasil mengkreasikan potongan-potongan yang tidak terpakai itu menjadi sebuah daster cantik yang bisa dipakai sendiri dan anak-anaknya.  Maklum, perekonomian keluarganya kala itu belum begitu mampu untuk banyak membeli pakaian. Untuk memenuhi kebutuhan pokok saja masih kembang-kempis.

Hampir setiap hari, anak dan ibu Maryam memakai daster sambungan itu.  Rupanya tetangga banyak juga yang tertarik. Ia pun tak perhitungan. Jika ada yang berminat,  dengan senang hati diberi. Bahkan, setiap saudara yang bersilaturahmi ke rumahnya, selalu diberikan oleh-oleh daster. Ada beberapa tetangga yang merasa tidak enak dibagi, membeli dengan harga se-ikhlasnya.  Hingga timbul ide untuk "membisniskannya" sebagai penghasilan tambahan. Upah menjahit konveksi tidaklah membuat  hidup layak kala itu. Sekodi yang berisi 20 daster, upahnya hanya Rp 2.500. Belum lagi,  konveksi yang mempekerjakan Ibu Maryam kerap telat membayar gajian.Hmmm



Satu demi satu daster sambungan dikumpulkannya. Ia tawarkan kepada tetangga terdekat atau siapa saja yang ingin menjualnya kembali. Dari segi harga memang lebih murah dibanding daster batik utuh sehingga banyak yang tertarik.  Atas dorongan suami, Ibu Maryam memperkenalkan daster sambungannya ke sejumlah pasar di Jakarta, diantaranya Tanaabang, Palmerah, Kopro, Slipi, Kebayoran Lama, Jatinegara, dan Kramat Jati. Alhamdulillah, disambut antusias penjual di pasar. Ibu Maryam bekerja sangat giat. Usai menyelesaikan jahitan konveksinya, ia segera beralih membuat daster sambungan. Cukup melelahkan juga. Namun, setelah dirasa penghasilannya lebih baik dibanding hanya sebagai penjahit konveksi, ia  berhenti.

Ia membeli kain-kain batik sisa potongan daster dari sejumlah pengusaha konveksi yang ada di sekitar rumahnya. Pengusaha konveksi batik tempat ia bekerja sempat heran dan tidak percaya, kain sisa potongan bisa disulap menjadi daster batik. Sehingga kain-kain sisa itu  mereka berikan cuma-cuma bagi siapa saja yang meminta. Namun, karena dilihat menghasilkan, mereka tergoda juga untuk ikut membisniskannya heheh

Ide mengkreasikan potongan kain menjadi daster ini juga menginspirasi sejumlah penjahit. Mereka banyak  yang ikut membuat daster sekedar untuk dipakai sendiri. Kalangan pengusaha batik akhirnya  mulai menertibkan potongan dan hanya memotong dengan ukuran pas. Sisa potongan itu akhirnya mereka jual kepada penjahit yang berminat sampai sekarang ini. Dari segi harga, potongan kain yang sejatinya adalah sisa, dijual cukup mahal. Jadi, Ibu Maryam harus extra memberikan layanan yang memuaskan dengan menyambungnya dengan jahitan halus, diobras, dan dibentuk dengan model yang unik. Daster sambungan memang menciptakan motif tersendiri yang berbeda dengan batik utuh. Alhamdulillah, rejeki memang sudah diatur Allah SWT, dan jalan rejeki Ibu Maryam sampai saat ini masih melalui usaha jahitan daster batik sambungan. Dari usaha jahitan inilah, ia berhasil menguliahkan anak-anaknya hingga sarjana.


Kini, Ibu Maryam tinggal bersama anak pertamanya di Perumahan Griya Alam Sentosa Blok X 23/1 Cileungsi. Sambil menemani dua orang cucunya, nenek dengan empat cucu ini tetap meneruskan usaha jahitannya. Hanya berbeda pemasarannya saja. Tidak ke pasar-pasar karena produksi yang tidak banyak.  Sulit sekali menemukan penjahit yang bisa membuat daster sambungan sehingga Ibu Maryam membuatnya sendiri. Meski begitu Alhamdulillah, dari kreasinya, Ibu Maryam  telah memberikan penghasilan tambahan bagi ibu-ibu rumah tangga yang menjadi penjualnya, termasuk tetangganya yang ikut membantu mengobras.


Kisah ini diambil dari catatan Fanspage Daster Batik Sambungan