Jual Daster Batik

Jual Daster Batik

Begini Cara Saya Melampiaskan Kebaperan



Baper atau Bawa Perasaan...sepertinya sedang menjangkiti saya akhir-akhir ini. Saya memang bertipikal perasa. Nggak boleh ada hal-hal yang mengusik prinsip..biasanya cepet banget tuh tersulut emosinya...Atau kalo melihat "keprihatinan" bisa langsung mewek... Ehh  baper, emosional, perasa kayaknya saudara dekat  ya..kuncinya ada di rasa...

Sejak beberapa tahun ini, saya mencoba mengurasi rasa "perasa" untuk hal-hal yang bersifat pekerjaan. Dulu sewaktu masih aktif jadi karyawan..saya cepat banget merasa feeling guilty, ga enakan tingkat tinggi, kadang emosional juga..panikan de el el yang akhirnya membuat saya mengalami stress tinggi. Perasaan ini sebenarnya sudah tertanam bertahun-tahun..sejak SD malah hehehe... 

Tetapi Alhamdulillah meningkatnya usia..seiring dengan mulai tumbuhnya uban-uban di kepala..dan suka cepat letih..aduuh berasa tua banget, saya menjadi banyak menggunakan logika, berani bersikap dan bertindak, bisa  memimpin (terpaksa juga kali ya karena sekarang udah kerja mandiri) dan siap mengambil risiko apapun keputusannya. Ya, karena situasi yang berbeda mendorong kita melakukan hal-hal berbeda dan lebih berani. Lebih berani, karena sudah merdeka hehehe....ga ada yang ditakuti lagi,,keculi takut pada Tuhan..dan takut ga bisa amanah dan tanggung jawab.

Belakangan ini, ada "inovasi" baru yang saya rasakan. Hehhe...malu sih menceritakan di sini pencetusnya..karena complicated banget..bingung  kenapa tiba-tiba perasaan itu ada. Datang dari mana juga nggak jelas. Pokokya..sesuatu yang nggak banget..bukan prinsip saya banget...tapi kenapa selalu menghantui.. Hmm. saya anggap ini ujian di pertengah usia menuju 40 tahun. Sekuat tenaga dan rasa,  saya berupaya untuk mengatasi segala perasaan yang nggak jelas. Jujur, cukup mengganggu produktivitas saya akhir-akhir ini. Untunglah, pekerjaan bisa selesai sesuai harapan. Hanya saja, karena perasaan itu membuat saya baper tingkat tinggi dan mengganggu konsentrasi. Saya cukup lama untuk bisa fokus menganalisis dan mencari ide-ide kreatif di bidang pekerjaan saya.

 Cobaan banget...sampe malu liat timeline di FB isinya berderet prestasi para blogger, teman-teman, dan orang-orang maju lainnya. Lah...saya ngapain aja ? selain berkutat pada kerjaan rutinitas., miskin inovasi dan kreativitas.  Sedih makin memuncak. ,

Di tengah kebaperan tingkat tinggi, saya coba olah sekuat tenaga agar tetap on the track.Jangan sampe menularkan energi negatif yang pastiya akan merugikan diri sendiri, dan merusak hubungan dengan orang lain. Susah memang....memokuskan diri untuk berfikir positif di tengah emosi yang membuncah. Alhamdulillah, sampai saat ini emosi saya masih terkontrol..jadi ga sampai meluapkan baper di media sosial dengan postingan negatif. Kecuali terhadap case tertentu, yang menyangkut Pak Jokowi, atau jual agama untuk politis, biasanya saya langsung emosi tingkat tinggi hehehe..Ga rela..

Makanya tidak sedikit yang bilang, saya tenang, heheh tidak emosional terhadap sesuatu, bijak..ya elah hehheeh...Padahal kalau tau siapa saya...saya sangat emosional. Tetapi, emosi saya sudah terbuang pada orang-orang terdekat yang menerima saya apa adanya..sehingga ketika tampil keluar, nyaris sudah lelah untuk melampiaskan emosi..




Tetapi, dalam prakteknya rasanya masih gatel aja kalo tidak diterjemahkan lagi..atau setidaknya diperciki lewat media sosial. Hehehe..makanya saya sekarang kayak seorang motivator. Maafkan ya teman-teman yang berteman dengan saya di FB, timeline saya suka berisik dengan serpihan kata motivasi berhastag #MenjadiBaik. Sebenarnya kata-kata motivasi itu keluar karena saya sedang baper. Setiap melihat sesuatu yang kurang sreg atau saya tiba-tiba dibisiki setan hingga bersikap dan berprilaku negatif, biasanya pikiran saya gatel untuk berkata-kata. Seolah ingin memberikan cermin kepada diri saya sendiri...Heloo ika.....apa kabar ???? lihat dirimu di cermin....Jangan ngaca, kalau kamu ga mampu melihat dirimu utuh di cermin...

Inilah serpihan kebaperan saya di media sosial FB #MenjadiBaik.






Alhamdulillah efeknya dengan menebar serpihan kata yang baik...menjadi salah satu terapi jiwa juga untuk kita menjadi lebih baik. Daripada kita menyalakan api, akan memanaskan sekeliling, lebih baik menghidupkan keran air yang bisa menyejukkan...minimal kucurannya bisa digunakan untuk membasuh wajah kita sendiri..Bagaimana dengan Bapermu sobat ? Yuk dengan Baper...kita Bawa Perubaha yang positif..!


Sumber pic : malesbanget.com









Berqurban, 'Menyembilih" Hawa Nafsu



Pagi ini Alhamdulillah Allah memberikan kesempatan menghirup udara Idul Adha. Alhamdulillah, masih diberikan amanah juga menyisihkan rejeki untuk berqurban yang terus kami upayakan menjadi rutin tiap tahunnya. Alhamdulillah, selalu dimudahkan segala niat dan upaya yang memang difokuskan untuk menyempurnakan amal.

Tetapi, ada yang aneh pada hari Idul Adha ini. Aku sama sekali tak tertarik untuk menyaksikan penyembelihan hewan qurbanku. Suami pun begitu. Hanya menengok sapinya sebentar, kemudian tak kembali lagi. Dipanggil-panggil cukup lama, sampai panitia kurban menyerah. Sedangkan anak-anakku, sedari pagi sudah absen menyaksikan prosesi penyembelihan. 'Kok ayah ga datang sih. Tadi udah dipanggil-panggil.? ujar Meili, sulungku. Suamiku hanya tersenyum. 'Emang udah disembelih sapinya ?". Udah...

Aku di rumah asyik menonton film Bulan Terbelah di Langit Amerika bersama ibu. Barra, si bungsu sudah pulang. Mencuci kakinya sendiri yang kena percikan darah qurban. 'Dah selesai De, qurbannya ? tanyaku sambil membantu mencuci kaki dan menggantikan stelan kokonya yang basah. "Udah ma. Barra mengambil android sebentar, bermain mobil-mobilan. Nggak lama, teman-temannya memanggil, dan Barra pun ngeloyor pergi.

Hari ini, kami tak menyiapkan sesuatu yang spesial. Tetangga sudah berisik, sejumlah sembako naik berkali lipat. Ibu dan aku menanggapinya biasa saja. Ya, karena kami memang tak menyiapkan apa-apa,Kecuali bumbu untuk nyemur. Hheheh..biasanya panitia qurban memberikan sedikut hewan qurban bagi yang berqurban.

Di kamar, aku berdiskusi santai dengan suami tentang hewan qurban. Aku mengungkapkan kegelisahanku. Sebenarnya, aku tak tertarik berqurban di lingkunganku. Sudah lama aku ingin berqurban ke daerah yang jauh. Tinggal transfer saja, dan diserahkan penuh ke pengelola yang menyulap daging qurban menjadi kornet atau apalah.

Rasanya susah sekali menghilangkan perasaan berqurban karena "rasa tidak enak".Ya, jujur aku berqurban, sepertinya ada rasa terselip tidak enak. Panitia kurban sudah melisting kami sebagai calon peng-qurban rutin. Jadi, kami selalu ditagih janji, kapan bisa menyetor uang qurban. Kata ibuku yang jaga rumah, beberapa kali Bapak A ke rumah, meminta kesediaan qurban ketika aku dan suami tidak berada di rumah. Kalau dihitung, ada 5 kali. Hmm...jadi merepotkan orang. Hingga akhirnya, aku dan suami memutuskan ya sudahlah kita berqurban di sini aja. 'Nggak enak bapak A ke sini mulu. Rejekinya belum bisa dibagi di tempat lain. Mungkin tahun depan, semoga bisa lebih banyak berbagi di tempat lain.

Ada beberapa alasan, aku enggan berqurban di lingkungan rumahku. Sama halnya ketika aku enggan memberikan "penganan" berbuka puasa untuk musholla di lingkunganku. Ohh Ya Allah maafkan aku. Tiap tahun, setiap kepala di bulan puasa diminta menyetorkan takjil berbuka. Kami selalu bersemangat menyiapkannya. Tapi ketika kami resapi, ternyata tajil yang kami siapkan tidak "memberi makan" orang yang susah. Yang makan, hanya pengurus mushollah yang notabene berkemampuan. Bahkan, tak jarang, takjil bersisa banyak,  teronggok membisu di sudut musholla. Miris sekali.

Padahal makna takjil itu adalah "menyegarakan" berbuka, berupa penganan kecil untuk menyegarakan berbuka. Efektifnya diberikan di pinggir-pinggir jalan raya dimana membantu orang berbuka puasa di saat sedang berkendara termina, stasiun. Atau mesjid-mesjid yang mengundang orang tak mampu atau anak-anak yatim melepas dahaga dan menghibur rasa lapar mereka dengan penganan yang enak. Tetapi tidak jarang pula, takjil jadi bermakna politik. Karena plastiknya berstempel partai atau tokoh tertentu. Hmm...apalah itu...

Tetapi, takjil di lingkunganku, hanya untuk orang yang itu-itu saja, pengurus mesjid atau warga sekitar yang terkategori mampu. Warga komplek membangun mushola kecil di tengah perumahan. Pengurus mesjidnya memang aktif. Tapi, kok rasanya ada yang kurang pas saja ketika takjil yang makan dia lagi-dia lagi. Ahh...rasa ini jadi tak rela. Hmm...buru-buru aku hempaskan rasa itu, dan meluruskan niat..Anggapkan memberikan takjil itu untuk silaturahmi, mempererat hubungan antar tetangga.

Perasaan ini kembali berkecamuk saat qurban. Daging hewan qurban  didistribusikan didominasi untuk masyarakat sekitar. Setiap kepala keluarga, bisa dipastikan mendapatkan 2-3 kantong daging. Belum lagi kalau ada yang kebagian tugas jagal, tetangga terdekat suka juga diberikan. Hmm...berlimpah ruahlah daging-daging kurban. Sampai aku miris, apakah masyrakat yang tidak mampu turut kebagian? aku liat di televisi, masyarakat rela berdesak-desakan demi memperoleh sekantong daging. Bahkan ada yang sampai tergenjet dan pingsan. Sementara di perumahanku berlimpah daging qurban. Dimana-mana tercium aroma bakaran sate. Ini yang membuat gelisah hatiku.

Belum lagi soal penyembelihan. Aku tak kuasa lagi melihat. Pernah suatu kali aku menyaksikan seekor kambing yang menangis kencang tak mau disembilih. Memang pemandangan yang terasa mengerikan. Hewan qurban dijagal menunggu antrian. Satu per satu, sapi dan kambing dikerek. Di depan mata mereka, temannya disembilih. Padahal seharusnya, saat temannya disembilih, usahakan hewan lain tak boleh melihat. Tidak jarang juga, badan sapi atau kambing dijatuhkan paksa dalam keadaan terikat tak berdaya. Malah tadi aku melihat di televisi ditayangkan sapi yang sudah terpotong kepalanya, tiba-tiba bangun dan berlari, menjadi tontonan dan tertawaan orang sekitar. Astagfirullah. Ga tega aku.

Yang pernah aku tahu, sapi wagyu ketika disembilih benar-benar dibuat terhibur agar tidak stress. Diajak berjalan-jalan dalam jalan setapak aAku sampai tak bisa berkata-kata lagi saat mendampingi anakku menyaksikan penyembelihan. Mulai ada rasa tidak rela hewan-hewan itu diperlakukan kurang layak. Memang benar, suatu urusan harus diserahkan pada ahlinya. Termasuk soal penyembelihan, harus ditangani oleh ahlinya. Makanya pernah Gubernur DKI Jakarta, Ahok sempat penertiban penyembelihan di kampung-kampung, sekolah, dan penjualan hewan qurban di pinggir jalan. Kemudian langkah penertiban oleh Ahok mendapatkan reaksi keras dari sejumlah pihak. Hmm tak jelas gimana kabarnya sekarang. Yang pasti, penertiban oleh Ahok tidak berjalan maksimal. Sekarang malah lagi rame, penolakan hewan qurban dari Ahok hehehe..dan demo jemaah haji tolak Ahok.

Aku cuma berharap, semoga pemerintah bisa memberikan solusi untuk hewan qurban. Dan, sesungguhnya PR  berqurban itu adalah kita bisa menyembilih "hawa nafsu". Bagaimana dengan kamu...?









Apa Ada yang Salah dengan Cinta ?




Hmmm...tetiba belakangan ini pikiranku bergelayut pada lima kata : CINTA. Ya, cinta...Hmm sudah lama betul saya tidak terlalu sentimental dengan kata ini. Hhhe,..maklum sejak menikah 12 tahun lalu, ..rasanya rasa cinta, hanya butuh dibuktikan, bukan lagi dirasakan. Lantas kenapa tiba-tiba rasa Cinta itu mengusikku belakangan ini ?

Pertama, dari orang-orang sekelilingku yang aku dekat saat ini banyak yang masih sendiri. Sahabatku, teman-teman baikku masih menjomblo. Ada yang sudah bercerai belum menikah lagi dan sedang mengharap cinta sejati, Ada lagi yang memang menjomblo, takut mengungkap perasaan. Dan, aku menjadi orang yang merasa "beruntung" dicintai dan bisa mencintai seseorang sepenuh hati. Hidupku yang aku anggap terlalu sempurna....hingga aku suka setengah ngotot ke Tuhan..Ya Tuhan berikanlah teman-teman baikku pasangan sejati...yang membuat hidup mereka berenergi.

Aku suka merasa sedih, ketika sahabatku bercerita tentang masalah petualangannya mencari cinta sejati. Padahal, dia orang yang solehah, sangat baik. Kenapa kok Allah tidak memudahkan urusannya menemukan cinta utuh dari seorang pria yang mau menerima apa adanya. Kegagalannya dalam rumah tangga karena dikecewakan dengan suami yang terpikat dengan wanita lain. Sungguh kurang ajar sekali...Disekolahkan suaminya tinggi-tinggi dari hasil pinjaman PNS-nya..eh malah begitu lulus, menikah dengan teman kuliahnya sewaktu di Singapura. Sakit hati banget dengernya..

Ketika dia bercerita tentang kisah kasihnya dengan seseorang untuk kesekian kalinya,,aku tak bisa lagi berucap. Hanya mencoba memberikan motivasi, semoga pencariannya ini berbuah pelaminan. Ahhh...aku kangen kamu ..sudah lama kita tak bersua. Meski aku bisa pastikan, ketika kita bertemu, pasti kamu akan bercerita tentang si dia...pria yang tak jelas komitmennya..

Lain temenku lagi,  masih setia menjadi jombloer dan memendam cinta yang begitu besar pada seseorang. Entah aku tak menanyakannya. Karena takut membuat luka..Status FBnya penuh dengan ungkapan sepi..dan cinta tak berbalas. .Hmmm rasanya aku tak ingin menambah kekecewaannya dengan memposting tentang keluarga. Temen baikku lagi, yang sudah berumur sangat mendambakan hadirnya seseorang yang bisa menemani hidup yang beranjak matang. Setiap pertemuan pasti doi selalu menyerempet tentang kesenderiannya.

Kemudian kakak alumniku yang kutemui saat alumni kemarin...sampai saat ini terpenjara perasaan dan hidupnya karena memendam cinta yang tak berbalas. Setiap waktu, status FB nya mengisahkan tentang si dia, di doi, si kamu yang selalu mengintai bayang-bayang hidupnya. Ia tak menikah. Hidupnya pun tak jelas. Miris..padahal dia fotografer berbakat. Oh Tuhan banyak sekali di sekelilingku yang mendamba cinta sejati...

Cinta pada pasangan perlu direfresh 

Ya, cinta yang merupakan sebuah anugerah terindah dari Tuhan harus selalu kita pelihara dan refresh. Cinta memang tak butuh kata-kata. Cinta itu perbuatan. Suamiku Alhamdulillah bukan orang yang mengumbar kata-kata mesra. Hhahah bahkan sampai aku menikah..dia tak mengungkapkan cinta secara explisit. Aku yang ekspresionis malah yang "kecentilan" mengungkap kemesraan.

Godaan terhadap cinta yang terpelihara pasti selalu mengintai dari berbagai penjuru. Entah itu ke suamiku, atau diriku sendiri. Apalagi usia pernikahan sudah lebih dari 1 dasawarsa. Masa rawan. Mario Teguh yang menjelma menjadi "nabi baru" karena terlalu mudahnya dia merumuskan kebahagiaan hidup juga terpeleset  untuk urusan cinta.

Ga nyangka. Dia yang begitu terlihat romantis bersama istrinya, ternyata mengukir sejarah melukai hati wanita selama bertahun-tahun. Bahkan anaknya pun hasil buah cintanya dengan istri pertama sempat tak diakui. Oh Pak Mario...Anda memang seorang manusia biasa yang punya masa lalu. Dan, harus terima konsekuensi orang mem-bullymu karena prilaku yang nyatanya "tidak selicin" jidatmu. Kamu sudah menjadi seleb, public figure, Belasan juta pengikutmu  menjadi asetmu mengumpulkan pundi-pundi rupiah. Sebagai orang luar, kita tak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi terhadap persoalan cinta Pak Mario.



Saya tak ingin menghakimi Pak Mario. Biarlah Tuhan yang memperkarakannya jikalah terbukti dia tak baik. Saya hanya kembali melihat ke dalam diri. Persoalan cinta ini memang pelik. Siapa saja bisa terkena panahnya. Termasuk mungkin saya, yang selalu memakai logika dalam urusan cinta sejak sebelum menikah. Yang tidak mau bawa perasaan tentang cinta. Saya pun menikah dengan suami..juga benar-benar logika yang hadir. Makanya ketika tetiba aku terusik dengan 5 kata itu, aku pun mendadak menjadi baper. hmm...

Yang perlu sama-sama kita tanamkan di benak adalah bagaimana rasa cinta itu harus dimunculkan. Cinta yang bertujuan. Untuk apa kita mencintai, dan karena apa kita mencintai. Selama kita masih menemukan jawaban itu...rasanya kita selalu punya alasan untuk menghidupkan cinta. Cinta karena Tuhan. Karena Tuhan memberikan kita amanah cinta untuk membangun kehidupan. Bukan cinta nafsu, dimana kita hanya diselimuti bayang-bayang tak jelas.

Semoga yang telah dianugerahkan pasangan, bisa selalu terpelihara rasa cintanya. Yang belum menemukan pasangan, segera dipertemukan dengan yang baik menurut Allah. Senantiasa diberikan kekuatan dan kesabaran yang tak berbatas. Cinta itu sejatinya memberikan energi lebih dan lebih yang menghidupkan jiwa dan raga kita. Selama rasa itu membuat kita menjadi manusia..dan ingat selalu pada Tuhan...itulah cinta yang berkah...Insya Allah...




Sun Life Edufair 2016, Wahana Edukasi Pendidikan yang Menyenangkan

Mengedukasi tanpa terasa diedukasi memang merupakan salah satu cara metode pembelajaran yang efektif dapat mengubah pola pikir dan perilaku manusia. Apalagi disuguhkan dengan cara menyenangkan (fun), tanpa ada tekanan atau paksaan untuk mengubah sesuatu, bisa dipastikan siapapun yang mengalaminya akan merasa berkesan. Inilah yang saya rasakan ketika bersama keluarga berkunjung ke Sun Life Edu Fair di Senayan City  pada hari terakhir, Minggu(31/1). Jadi, ceritanya family time di sana :). SunLife Edufair ini sudah dibuka sejak hari Kamis, 28 Januari 2016.




Sun Life Finansial Indonesia selaku penyelenggara, sepertinya sangat memahami bagaimana melakukan pendekatan yang tepat kepada kalangan dewasa dan anak-anak dalam hal edukasi.  Kemajuan teknologi informasi saat ini, pastinya ayah dan bunda sudah tidak merasa kesulitan lagi mencari informasi tentang pendidikan anak. Namun begitu, sebagai mahluk human, manusia butuh interaksi langsung, sapaan hangat, senyuman manis, tatapan mata yang bersahabat sehingga dorongan perubahan ke arah yang lebih baik bisa tercapai. Sesuai misi Sun Life Finansial Indonesia, ingin membuat Indonesia Lebih Baik, membantu para orang tua merencanakan dana pendidikan untuk kehidupan yang lebih baik di masa depan. Perencanaan yang matang dengan memperhitungkan segala risiko yang bakal dihadapi, memang membuat hidup jadi lebih aman, nyaman, dan bahagia. 

Bukan Pameran Pendidikan Biasa


Berkonsep fun, Sun Life ingin mengajak keluarga Indonesia "berwisata pendidikan". Bak sebuah wahana petualangan bermain, Sun Life mendesain area pameran menyerupai taman bermain. Anak-anak leluasa memilih dan menikmati aneka permainan edukatif, sedangkan orang tua ga kalah asyik berwisata mengelilingi spot-spot taman yang dihuni oleh sejumlah sekolah kenamaan yang memiliki karakter dan keunikan. Ada diantaranya, Highscope Indonesia, Don Bosco, Ichthus School, Al-Fath, Kinderland, SD Kupu-kupu, Sekolah Pembangunan Jaya, Binus School, Jakarta Multicultural Schoool (JMS), sampai Yayasan Pendidikan Anak Cacat (YPAC) dan Capoera Indonesia (sekolah bela diri dari Brazil).






Sekolah-sekolah tersebut menampilkan promosinya dengan kreatif di stand-stand yang tertata menyerupai arena bermain. Setiap sekolah, ada saja program unik yang membuat anak tertarik dan betah berlama-lama. TK Al Fath misalnya, ketika saya kunjungi, Barra langsung tertarik  bermain mobil-mobilan. Ahhh,,serasa di rumah. Mamanya udah selesai ngobrol-ngobrol dengan seorang guru di Al Fath, Barra malah nggak mau diajak pindah ke stand lain ehhehe. Yo wes tinggal dulu ya De, bentar..!' kataku.




Tepat di sebelah stand sekolah Al Fath, ada stand Dream Dress School. Wahh si Meili, langsung tertarik begitu melihat baju barbie mentereng di samping standnya. Rupanya, di Sun Life Edu Fair tak hanya pendidikan formal, dihadirkan juga semacam pendidikan luar sekolah, salah satunya Dream Dress School. 

Dream School merupakan  sekolah desain fashion untuk anak-anak yang berlokasi di daerah Pejaten Raya. Mulai dari usia 6 tahun, anak-anak yang ingin mengenali potensi dan bakatnya, Dream Dress School siap mengarahkannya. Mengarahkan ? Ya, karena di Dream School memang bukan semata untuk mencetak anak didik menjadi seorang fashion desainer, fashion stylist, dan profesi lainnya di dunia fashion, namun lebih pada penemuan bakat dan passion anak. Anak-anak yang suka menulis dan suka fashion, bisa diarahkan menjadi fashion blogger atau penulis fashion di media.




"Kami rangsang dulu anak-anak sesuai dengan kesukaannya. Sehingga mereka nanti akan melakukannya dengan cinta," kata Astrid Esterlita, founder Dream Dress. Astrid menceritakan, ada anak yang awalnya tidak begitu suka belajar di Dream School ---karena daftar atas desakan orang tua, begitu menjalani beberapa kali, timbul kesukaannya. Ia selalu semangat jika datang. Kursus di Dream School diadakan seminggu satu kali, setiap Sabtu, selama 2 jam. 

Mbak Astrid menekankan, di Dream School, anak-anak lebih distimulasi untuk menggali bakat dan minatnya.  Karena itu, untuk membantu anak mengenali bakat dan potensinya, sebelum mengikuti kursus tersebut, akan di-trial menggambar atau mewarnai suatu obyek pakaian. Bagaiamana mereka membentangkan garis, menyapu warna, sudah bisa kelihatan taste seninya. 

"Melalui trial, kami bisa melihat, anak-anak yang sebenarnya punya taste fashion atau tidak. Termasuk juga kepribadian dan metode pendekatan yang dilakukan sehingga mereka bisa percaya diri mengasah bakatnya. Semua anak punya kelebihan. Kami hanya fokus pada kelebihan mereka dan mengarahkannya" terang Astrid yang kini memiliki 10 guru untuk 60 murid-muridnya. 











Meili yang memang sedari kecil terbiasa dengan menggambar dan mewarnai, begitu ditawari gambar perempuan tanpa pakaian, nggak pakai lama, ia segera menuntaskannya. Bakat seni gambar Meili sudah terlatih, hanya saja, sejak dua tahun lalu kesukaan Meili bergeser pada hal yang berhubungan dengan tulis menulis. Ya, ia suka menulis cerpen dan novel semacam novel Kecil-Kecil Punya Karya (KKPK) terbitan DARR Mizan. Benar saja, ketika Meili dianalisis, Kak Astrid menilai, Meili punya taste seni fashion. Pemilihan corak warnanya berani, orangnya tekun dan bertanggung jawab, dilihat dari tuntasnya ia menyelesaikan detil. Bahkan mengkreasikannya.

"Profesi di bidang fashion ini banyak. Seorang anak misalnya tidak bisa menjahit dari pola, tetapi dia bisa membuat gambar-gambar, dan pandai meyelaraskannya, itu kami arahkan untuk menjadi fashion designer. Tidak semua pengetahuan tentang dunia fashion harus dikuasai. Disinilah, pentingnya kita mengenali bakat mereka dari awal sebelum belajar," kata Astrid lagi.

Dari stand Dream Dress, saya ajak Barra yang betah main mobil-mobilan beralih ke wahana permainan lain. Dia melihat sekeliling sebentar, trus langsung cusss ke permainan lego. "Ma, Barra mau main di sini aja," pintanya. Saya lihat wahana permainan ini cukup padat anak-anak. Barra tidak mendapatkan celah untuk duduk. Akhirnya, aku ajak dia bermain puzzle. barra kurang merespon tawaranku, tetapi begitu gambar-gambar kubusnya yang menarik, dia mengiyakan dan mencari posisi duduk. 





Saya perhatikan beberapa saat. Bukannya dia menyusun puzzle, malah lebih banyak melihat gambar-gambar binatang pada puzzle tersebut. Kemudian, kakak pendamping, pelan-pelan mengajak menyusun bareng. 'De, mama tinggal ya, Mama mau ke stand sebelah sana," Barra hanya menggangguk, mata dan tangannya serius membolak-balikan puzzle.

Saya menyambangi Sekolah Master. Sekolah Master...sekilas yang terlintas di pikiran kalau itu sekolah master catur ehhhe. Tau-taunya beda banget. Sekolah yang diinsiasi sejak 2008 ini merupakan sekolahnya anak-anak terlantar atau dhuafa yang berlokasi di terminal Depok. MasTer, adalah singkatan dari Masjid Terminal. Di sana, anak-anak dhuafa dan terlantar diberikan pendidikan gratis yang pengajarnya adalah relawan dari berbagai profesi. 

Kini sekolah Master telah menempati "gedung" sendiri yang dibangun dari kontainer bekas. Salutnya, menurut Mas Sugeng, salah satu pengelola dan pendiri sekolah ini, kini Sekolah Master telah mendidik sebanyak lebih dari 1000 anak. Bahkan mereka ada yang menempuh pendidikan tinggi di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di dalam dan luar negeri.


Mas Sugeng, relawan dan pengelola Sekolah Master.

Kurikulumnya menurut Mas Sugeng  sudah mendapatkan standardisasi dari Dinas Pendidikan. Peserta didik di Sekolah Master dapat menempuh ujian di sekolah formal lainnya dan memperoleh ijazah. Wahhh keren ya. Sayang,  tidak sempat ngobrol banyak dengan Mas Sugeng, karena Barra sudah memberi kode mau pindah ke mainan lainnya."Oke Mas, makasih ya Mas Sugeng atas waktunya," Mas Sugeng degan semringah membalas jabatan tanganku. "Nanti main-main Mbak ke sana, dan sharing dengan adik-adik," ujarnya. Sip mas...!

Saya menghampiri Barra yang mulai bosan bermain puzzle. Dia rupanya masih penasaran dengan lego. Memintaku mengantarkan ke area lego yang berada tepat di depan puzzle. Kebetulan, ada seat buat Barra. Tangannya lincah memilah-milih bentuk dan warna lego kesukaannya. "Oke De, mama tinggal lagi ya,"..Barra mengangguk.




Saya berkelling sebentar, memperhatikan kesibukan ayah bunda yang sedang bertanya-tanya tentang program sekolah. Tak beberapa lama, seorang berpakaian kuning dengan kerudung menghampiri, ramah menyapa. Sepertinya dia ingin memperkenalkan tentang dana pendidikan dari Sunlife Finansial. 

Sebenarnya saya sudah punya tabungan dan asuransi dana pendidikan, tetapi memang ada rencana menambah, buat investasi. Soalnya, penting banget dipersiapkan sejak dini. Biaya sekolah makin tinggi. Dan, orang tua kudu mempersiapkan terhadap risiko yang pasti atau mungkin bisa saja terjadi. Sales Sun Life, memberikan penawaran yang belum aku miliki dari perusahaan lain. Good..lah. "Insya Allah ya Bu, nanti saya coba diskusikan dulu dengan suami," kataku sambil memberikan nomer telepon untuknya.




Panggung arena tak berhenti menyajikan hiburan hangat untuk seluruh pengunjung yang datang. Makin siang, pengunjung makin padat. Anak-anak diceritakan dongeng oleh Kak  Astrid Malahayati, kemudian performance adik-adik Don Bosco, dan Binus Simprug. Sekolah-sekolah yang menjadi peserta pameran ini, juga diberikan kesempatan mempresentasikan keunggulan program pendidikannya. Jika saya dengarkan, rata-rata sekolah mengunggulkan semangat entrepreneur dan men-challenge peserta didik mengerjakan suatu pilot project. Yang mengggumkan, adik-adik kelas 10 Binus Simprug sudah mampu menulis buku tentang penderita kanker. Mereka mengadakan penelitian langsung selama tiga bulan di Yayasan Kanker. Kerennn ya... 






Talkshow Menarik dan Fun


Terdengar sounding-soungding MC mengingatkan pengunjung, kalau beberapa saat lagi akan dimulai talk show bertema "Ketahui Bakat Minat Anak Anda". Session yang saya tunggu-tunggu dimulai pada pukul 14:00 Wib. Hmmm...rasanya otak ini memang perlu dicharge banyak. Melihat perkembangan Meili dan Barra yang berubah cepat, tanpa aku sadari terkadang egoku meninggi,  cenderung memaksakan kehendak kepada mereka. Benar-benar tema yang pas banget untukku.

Hadir dalam talkshow pembicara keren, yaitu psikolog anak Ibu Anna Surti Nina, Chief Community Officer Ayah Bunda (Parenting) Mbak Prameshwari Sugiri, dan Wirasto Koesdiantoro, Chief Agency Officer PT Sun Life Financial Indonesia.




Dalam pemaparannya tiga pembicara kompak, bahwasanya anak merupakan individu yang unik. Mereka memiliki potensi dan bakatnya masing-masing. Psikolog Anna Surti Nina menjelaskan, manusia pada prinsipnya memiliki 8 kecerdasan majemuk, yaitu musik, gambar, logika, kata, tubuh, orang lain, diri sendiri dan alam. Sebenarnya, kata Ibu Anna, ada satu lagi yaitu spiritual, tetapi masih dalam pengkajian. 

'Kedelapan kecerdasan itu, semuanya dimiliki oleh setiap manusia. Yang berbeda hanya rangking atau volumenya saja. Lebih berat yang mana. Tugas orang tua cukup mengoberservasi, mengarahkan dan memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk leluasa mencoba melakukan sesuatu yang mereka inginkan dan sukai. 


Kunci sukses menggali potensi anak menurut Mbak Prameswari Sugiri adalah membiarkan anak-anak untuk memimpin dirinya sendiri. 


Nah....terkadang orang tua ingin anaknya berprestasi dan berbakat, tetapi di sisi lain, tidak memberikan ruang yang cukup untuk anak memimpin dirinya sendiri. 




Ibu Anna sempat menyentil orang tua yang kerap condong pada hal-hal yang materialistik atau materil, seperti peringkat di sekolah, juara lomba dan sebagainya. Kecerdasan interpersonal kerap diabaikan. Padahal ini bakat yang luar biasa. Anak memiliki empati yang besar terhadap orang lain, suka mendengarkan, ingin selalu bersahabat dan bergaul dengan teman-temannya. Anak yang menguasai kecerdasan interpersonal ini, anak biasanya lebih matang, percaya diri dan tidak mudah tertipu. Ia mempuayai pertahanan diri yang kuat.

Untuk mengetahui kecerdasan interpersonal pada anak, menurut Ibu Anna tiada lain caranya selain banyak diskusi tentang apa yang disukai dan tidak disukainya.  Kecerdasan alam pun seringkali tidak diabaikan orang tua. Anak merasa nyaman dengan alam, suka bercocok tanam, memelihara hewan, binatang. 




Sepertinya, dalam mendidik anak, memang orang tua yang mesti dibukakan pikirannya sehingga mereka bisa lebih bijaksana menilai anak secara individu yang sejatinya sudah berdaya. Mereka berdaya dengan segala kompetensinya. Hanya saja kebanyakan orang tua kurang peka. Dampaknya, bagi anak jadi lambat mengenali diri dan potensinya sendiri. Tak heran, banyak orang dewasa yang justru menemukan bakatnya ketika usianya sudah di atas 30 tahun.

Alih-alih ingin anaknya cerdas dan berbakat, akhirnya menjejali anak-anaknya dengan berbagai kursus atau les. Di sisi lain, anak sudah disibukkan dengan pelajaran di sekolah. Rasanya waktu menjadi begitu padat.  Anak butuh istirahat yang cukup. Waktu istirahat sangat penting ternyata bagi anak.  Dalam masa istirahat itulah, anak-anak bisa berkomunikasi dengan dirinya sendiri, merasakan apa yang sesungguhnya mereka ingin nikmati, sukai dan tidak sukai.




Tanya jawab oleh penonton juga tidak kalah seru. Hadirin yang sebagian besar adalah kaum ibu, banyak menanyakan tentang perilaku anak. Ada anak yang terlihat tidak aktif di luar (tidak menonjol). Tetapi begitu di rumah begitu aktif. Kurang fokus mengerjakan sesuatu dan sebagainya. Termasuk pertanyaan saya yang belum sempat saya sampaikan, Alhamdulillah dijawab juga secara tidak langsung. Ya, tentang orientasi kesukaan Meili yang berubah. 

Sejak usia  4 tahun, sampai kelas 2, ia suka sekali menggambar dan mewarnai, namun begitu menginjak usia 7 tahun, berubah. Ia tak lagi suka menggambar dan mewarnai, tetapi suka dengan kegiatan menulis. Semula aku cukup sedih dengan perubahan Meili. Perangkat menggambar dan mewarnai sudah aku lengkapi. Jadi, tidak terpakai. Namun begitu, aku tetap mendukung Meili dengan membelikannya buku-buku cerita anak. Dia menulis pengalamannya sehari-hari dengan gaya cerita seperti yang dibacanya. Usai belajar, ia asyik di kamar menulis. 

Dari talkshow tersebut, baru aku ketahui, ternyata perubahan orientasi itu hal yang natural. Karena itu tadi, manusia punya peluang mengoptimalkan 8 kecerdasan majemuk tadi. Dan, membiarkan mereka menemukan passionnya sendiri adalah langkah yang tepat dan bijaksana. Ahh...jadi lega aku.

Begitu pun halnya dengan Barra, yang suka tidak fokus dan cepat berganti aktivitas. Sesuai dengan usianya, Barra sedang dalam tahap menemukan bakatnya. Keaktifan Barra mencoba banyak hal justru menjadi prestasi tersendiri. Tugas orang tua sekali lagi, mengarahkan dan membantu anak-anak menemukan potensinya.


Pada penutup acara, artis cilik Naura memberikan performance terbaiknya untuk pengunjung. Suaranya bening banget, lirik-lirik lagunya juga menarik dan mendidik. Jarang sekali sekarang  anak-anak memiliki lagu yang sesuai dengan dunianya. Naura bisa membawakannya dengan baik. Wahh...pecah banget nih di area. Rupanya Naura banyak fansnya. Barra pun jadi ikutan bikin video Naura.

Oya, sebelum pulang, Meili dan Barra menukarkan cap postnya dulu. Aha..lumanya dapat dua boneka SunSon. Jadi, setiap pengunjung yang datang diberikan kartu kunjungan. Pengunjung diminta mengumpulkan minimal3 cap sekolah dan 3 cap wahana permainan. Jika sudah terkumpul, diberikan cendera mata boneka lucu.    Kami mendapatkan 4 boneka nih, dua dari aktivitas bermain, satu dari goody bag, dan satu lagi karena Barra ikutan mendengarkan dongeng di panggung. Alhamdulillah bisa bagi-bagi untuk teman Barra di rumah.