Jual Daster Batik

Jual Daster Batik

Asyik Barra Jadi Pilot !


Itulah teriakan Barra saat berhasil duduk di ruang kokpit pesawat Garuda di Museum Transportasi Taman Mini Indonesia Indah. Puas sekali, akhirnya Barra kesampaian juga untuk kali kedua ke Museum Transportasi di TMII, setelah minggu lalu belum sempat naik pesawat.  Terima kasih ayah sudah mau mengantarkan kami liburan lagi ke TMII.

Begitu keluar mobil, Barra dan Meili langsung berlarian menuju pintu loket museum. Hari itu cukup banyak pengunjung.  Sambil menunggu antrian, Barra menjungkitkan kakinya melihat pesawat dari sela-sela bilik pagar, tak sabaran menunggu. Kurang lebih 10 menit, petugas loket memberikan dua lembar tiket. Satu tiket museum Rp 2000, dan satunya lagi tiket masuk pesawat Rp 3000. Murah ya..Memang TMII benar-benar hiburan rakyat yang kaya ilmu dan inspirasi.

Enam lembar tiket langsung diambil Meili. Dua mutiaraku saling berkejaran mencapai bibir tangga pesawat. Di tengah “kemrusuk”, Barra masih sempat meletakkan sendal pada rak yang disediakan. Hmm aku geleng-geleng kepala bangga melihatnya.

Ini adalah kali kedua Meili masuk pesawat Garuda Indonesia berjenis DC-9 PK GNT buatan Amerika itu. Sedangakan untuk Barra adalah kunjungan perdana. Wahh rupanya banyak terjadi perubahan dibanding tiga tahun lalu. Jok-jok pesawat sudah diganti, termasuk dinding dan bagasinya, terlihat masih baru. LCD TV berukuran 21 inch terpampang di pojok sebelah kanan. AC ruangan pun full meniupkan kenyamanan di tengah teriknya sinar mentari di luar sana. Pengunjung bisa memilih duduk-duduk di jok-jok pesawat atau melantai di bawah dengan beralas karpet.




Kurang lebih 15 menit sekali terdengar penjelasan guide berupa rekaman suara menjelaskan  ikhwal pesawat Boeing berkapasitas 90-an penumpang itu.  Dibuat tahun 1979, pesawat ini pernah menjadi kebanggaan Indonesia. Melayani rute penerbangan di wilayah ASEAN dan Australia. Sejak 1994, pesawat ini  resmi menjadi penghuni  Museum Transportasi TMII.


Meili dan Barra menyimak penjelasan guide rekaman itu sambil melihat videonya di TV. "Ma, ini pesawat yang ilang itu ya, " celoteh Barra membuatku nyengir. Maksudnya pesawat MH370 yang masih raib belum ditemukan.

Setelah puas duduk-duduk, kami berkeliling searea pesawat. Ada  pintu yang tidak dibuka, seperti toilet dan ruang pramugara/i. Ruang pesawat cukup ramai. Orang tua dan anak-anak mencari posisi yang enak buat berfoto. Ruang kokpit, tempat  pilot mengemudikan dan mengendalikan pesawat pun nyaris tak sepi. Sambil memperhatikan Meilia dan Barra bermain, matakku tak lepas mengawasi ruang kokpit. Semoga kosong..harapku.


Tak berapa lama kemudian, Alhamdulillah we’ve got it !, Meilia dan Barra berlarian masuk ke ruang kokpit. Wahh senangnya melihat mereka bergaya ala pilot. Apalagi Barra, menghayati sekali. Tangannya lincah menggoyang-goyangkan setir, memencet-mencet tombol sambil memanyunkan bibirnya. Hahah khasnya anak ini kalau lagi serius. Saking betahnya di ruang kokpit, anak-anak di belakang sudah pada resah menunggu kami hehee. “Ya sudah de, gantian ya, nanti main lagi,”bujukku. Dua anakku menurut tanpa komentar.

Setelah puas di dalam pesawat, Barra menuju ke helikopter di seberangnya. Sayangnya pintu helinya terkunci sehingga pengunjung hanya bisa bermain-main di sekitarnya sambil melihat dari cermin tembus pandang. Seandanya heli itu seperti pesawat pasti akan lebih menyenangkan.



Yuk teman-teman berkunjung ke Taman Mini Indonesia Indah Negeriku "Satoe" Indonesa ! Taman seluas 150 hektar ini memberikan banyak inspirasi. Tak sekedar liburan, sekaligus juga belajar. Belajar mencintai negeri ini, belajar menemukan kearifan dibalik hikmah keanekaragaman suku bangsa.

Oya, baca juga ya, pengalaman seru Meilia dan Barra ketika berlibur di Taman Mini Indonesia Indah !

Akhirnya Jadi Juga Perusahaan Suamiku

Keinginan memiliki perusahaan sendiri memang sudah lama diidamkan suamiku setelah  risain dari perusahaan farmasi. Sambil belajar bisnis, suami bersama rekannya  menjalani usaha ekspedisi penyewaan truk antar kota. Dari yang  bermodal nekat alias nggak punya truk hanya modal "jual omongan" dan  "kepercayaan" sampai kini sudah berhasil memiliki 18 truk berbagai jenis, hanya dalam tempo kurang lebih 5 tahun. Alhamdulillah.

Teman suami memang orangnya sangat berani. Pendidikannya tidak tinggi, hanya SMU, tetapi keberaniannya dalam menghadapi risiko patut diacungi jempol. Dari sisi pergaulan, suami dan temannya ini juga nggak begitu gaul alias tidak punya banyak kenalan dan relasi. Tetapi sekali lagi karena optimis dan berani nekat, berani rugi dan berspekulasi tingkat tinggi, akhirnya jalan juga ekspedisinya.  Apalagi yang dipilihanya adalah bisnis ekspedisi yang notabene  rentan sekali risikonya. Barang hilang, rusak, dibawa kabur orang dan sebagainya..Memang kalau dipikir-pikir, jadi tidak berani. Kalau benar itu terjadi,hehhe mau bayar pakai apa..Ini logika aku yang tidak berani berspekulasi.

Di ekspedisi, risikonya besar, untung pun juga tidak kalah gede. Menurut cerita dari suamiku, ada beberapa rekan bisnisnya yang langsung ambruk usahanya dalam sekejab karena ditipu orang dan barangnya dibawa kabur. Bahkan suamiku sempat ada piutang di perusahaan tersebut, belum bisa kembali. Hehhe gimana mau balik, ketika ditagih memang sudah tidak memiliki uang lagi. Saking banyaknya pihak yang menagih, mereka akhirnya "menghilangkan diri", entah kemana. Ya sudah, suamiku yang memang tidak begitu antusias meminta uangnya kembali,  tidak terlalu ambil pusing.

Bisnis suamiku bersama rekannya relatif berkembang cepat di tengah banyaknya rintangan yang dihadapi. Barang hilang sampai ratusan juta dan itu pernah terjadi beberapa kali. Hilang karena dibawa kabur supir. Kalau di bisnis ekspedisi memang harus bekerja sama dengan ekspedisi lain. Nah, karena kekuranghati-hatian memilih partner kerja, jadilah "kehilangan" itu. Alhamdulillah suamiku dan temannya memang orang yang penuh tanggung jawab. Dia ganti semua barang yang hilang. Waktu itu memang barang tidak diasuransikan sesuai dengan kesepakatan klien. Jadi,hehe lumayan banget. Pokoknya, selesaikan masalah, dan berharap klien tidak sampai terputus hubungan kerja sama. Alhamdulillah, klien pun sangat mengapresiasi tanggung jawab dari suami dan temannya itu. Bisnis suami dan temannya terus berjalan. Rugi yang sempat terjadi, langsung bisa tergantikan lagi dengan order-order lain.

Sambil terus menjalani bisnis ekspedisi dengan temannya, suami juga  mempersiapkan perusahaan sendiri sejak beberapa tahun lalu.. Usahanya masih seputaran ekspedisi. Jadi tetap bisa sinergis dengan yang dia lakukan bersama temannya. Hanya kali ini usaha yang dibentuk CV itu berjenis usaha 'perdagangan umum". Bisa lebih fleksibel jika ingin dilebarkan ke bisnis lain, termasuk mungkin jasa tulisan dan desain websiteku..EHhh bisa nggak ya ?

Nama perusahaan itu adalah "Mitra Sembada Express". Kekuatannya kata suamiku ada pada "Sembada". Aku yang memang ngga begitu kaya akan kosa kata, mendengar Sembada langsung teringat dengan "Swasembada" beras ahhaha..Suami yang irit bicara, juga tidak banyak menjelaskan. Intinya, perusahaannya nanti bisa diandalkan konsumen karena kepercayaan dan tanggung jawabnya.

Karena penasaran, aku riset kata 'Sembada" itu lewat Mbah Google. Jadi secara harfiah, Sembada adalah suatu sikap dan perilaku yang berwatak ksatria yang bertanggung jawab, taat azas, menepati janji, pantang menyerah, tabu berkeluh kesah, bulad tekad, kukuh mempertahankan kebenaran, menghindari dari perbuatan tercela, mampu menangkal dan mengatasi segala masalah, tantangan dan ancaman yang datang dari luar maupun dari dalam dirinya sendiri, rela berkorban, dan mengabdi pada kesejahteraan bersama. Wahhh ternyata penuh filosofi juga ya..sesuai dengan karakter suamiku hahahh lagi-lagi suami..

Filosofi Logo

Suamiku memesan logo perusahaan ke Mba Susan . Awalnya suamiku ingin rada filosofis dengan mengangkat figur pewayangan, Jadi tulisan yang dirangkai sehingga menyerupai wayang. Warnanya hitam dan biru. Mba Susan sudah membuatnya. Awalnya suami suka. Tapi begitu ditelaah lagi, rupanya logo itu terlalu berat. Memang nyeni, tapi jadi terkesan berat untuk perusahaan yang baru. 

nyeni tapi agak berat 


Untungnya Mba Susan sabar mengikuti segala keinginan kami. Intinya kami ingin logo yang kelihatan "enteng" biar dipermudah jalan bisnisnya. Simpel, namun tetap dinamis dan energik dalam memberikan layanan dan dapat diandalkan oleh konsumen.  Dipilihlah beberapa contoh logo yang sekiranya senafas dengan pesan itu. Heheh lumayan panjang juga proses pemilihan dan pengkreasiannya.

Logo sejatinya merupakan cermin dari visi dan misi yang kita ingin angkat. Tak mudah membuat logo. Bahkan, ada sejumlah perusahaan seperti perusahaan tempatku bekerja dulu, sampai melibatkan ahli fengshui. Alhasil memang mempengaruhi kinerja dari perusahaan itu. Eitts tapi itu bagi yang mempercayai ya. Karena kalau terlalu bergantung pada fengshui jatuhnya jadi syirik. 


 Meski begitu, aku percaya setiap elemen itu pasti memiliki auranya sendiri. Di sinilah ahli fengshui biasanya dengan kepekaannya berupaya untuk mengharmoniskan elemen-element tersebut sehingga tercipta harmoni dan selaras. Apalagi usaha kita terus diiringi dengan  doa, ikhtiar dan sedekah, wahh pasti tambah kinclong deh bisnis kita..semoga aja. 




Dari berbagai revisi, akhirnya dipilih logo seperti ini. Mba Susan mengkreasikan lingkaran itu dalam bentuk panah. Ini mencerminkan, semangat perubahan dan ikhtiar yang tak kenal berhenti dan menyerah. Terus berputar. Ibarat roda kehidupan yang tak berhenti menggelinding untuk membuat hidup makin berenergi. Tanda garis dibawahnya yang mengarah ke atas,  seolah menegaskan bahwa perputaran itu harus maju. Tulisannya MSE juga dibuat energik, dinamis dan ramah. Ramah terhadap klien dan perubahan yang pasti akan terjadi.

Terima kasih Mba Susan atas bantuannya. Semoga rejeki barokah berlimpah tercurah pada kami dan dirimu juga ya..Aamiin.






Liburan Penuh Cinta di Taman Mini Indonesia Indah


Liburan akhir pekan (22 Maret 2013), kami sekeluarga menghabiskannya di Taman Mini 'Indonesia Indah". Ini lantaran Barra (3 tahun), anakku yang ke-2, ingin sekali naik kereta gantung setelah diceritakan kakaknya Meilia (8 tahun), dan melihat foto kereta gantung di internet. Alhamdulillah, ayah pun tidak ada kesibukan sehingga  kami bisa liburan dengan tenang.

Bukan main Barra semangatnya. Pukul 06:00 pagi, dia sudah bangun, alias pindah tempat tidur dari kamarnya ke ruang TV. Hehhe siap-siap kalau tiba-tiba dibangunin. Pasalnya ini anak kalau tidur larut malam, bangunnya bisa jam 10-an. Semangat  liburan memang membuatnya rela bangun pagi.

Pukul 10:00 kami berangkat. Sempat mampir  ke rumah teman untuk silaturahmi. Alhamdulillah perjalanan dari Cileungsi ke TMII lewat Jati Asih lumayan lancar. Biasanya waduhhh macetnya bikin bete. Anak-anak pun riang di perjalanan. Bernyanyi dan ngemil. Senangnya.

Sekitar pukul 12:00-an kami sudah sampai di gerbang utama TMII.  Karena kami datang siang,  pintu gerbang sudah mulai lengang. Hanya ada beberapa mobil mengantri di belakang kendaraan kami. Petugas tiket  dengan ramah memberikan tiket masuk. “Rp 50 ribu Pak,” kata pria bertopi itu sambil menyodorkan selembar tiket. Kata seorang teman, satu mobil dihitung Rp 50.000 mau berapapun isi di dalamnya. Wahh asyik juga ya, tiket masuknya hanya dihitung per mobil. Tapi tidak tahu juga sih. Apa karena menjelang HUT 39 TMII. Kalau tiket yang tercantum di pengumuman loket, per kepala (berusia 3 tahun ke atas) dikenakan Rp 10.000, mobil Rp 10.000, bis Rp 15.000 motor Rp 6000 dan sepeda Rp 1000. Biasanya malah pas hari H, 20 April, tiket masuk gratis :).



Meili anakku yang pertama langsung memberondong aku dengan berbagai pertanyaan. Wahh, siap bekerja jadi guide nih. Mulai dari pintu gerbang, Meili sudah minta pejelasan tentang Museum Purna Bhakti Pertiwi.  'Museum tempat menyimpan barang-barang berupa sovenir dari tamu negara baik hasil lawatan Presiden Suharto maupun  kunjungan tamu negara ke Indonesia..'" begitu aku menjelaskan. Meili mengajak kami ke museum itu, tapi si adik, sudah nggak sabaran mau naik kereta gantung heheh. Ya udah win-win solution, keliling dulu.

Sebenarnya ini bukan kali pertama Meilia berkunjung ke TMII. Bahkan kami pernah satu kali seminggu ke TMII. Waktu itu Meili ikut belajar tari Bali di Istana Boneka. Sesuai dengan misinya, sebagai wahana pelestari budaya nusantara, TMII memberikan kesempatan belajar kesenian kepada anak-anak Indonesia. Gratis lagi. Sekalipun ada biaya, itu sangat murah. Cuma Rp 20.000, sudah termasuk tiket gratis masuk TMII.


Selama kurang lebih 4 bulan, Meilia yang kala itu berusia 4,5 tahun saya masukkan les tari di sana. Tiap Sabtu siang sekitar pukul 10:30, kami sudah berangkat. Tetapi sejak kehamilan anak ke-2, aku sudah tidak sanggup lagi mengantarkan. Jarak Cileungsi-TMII lumayan jauh, sehingga cukup melelahkan bagi bumil. Jadi deh berhenti sampai sekarang. Niatnya akan memulai lagi.


Biasanya kami sambil menunggu les tari, kami berkeliling ke sejumlah rumah adat yang berdekatan dengan Istana Boneka. Ketika itu Meili belum begitu paham, hanya bilang, " Ma Rumah Sumatera Barat bagus ya.!" .Hhehe Sumatera Barat sangat dihapalnya. Karena pada masa itu sedang ramai-ramainya gempa di Sumatera Barat. Dia dengar Padang atau Sumatera Barat langsung ingat gempa. Meilia senang sekali bermain di Rumah Sumatera Barat.


Selain itu, kami biasanya bermain di taman outbond, berdekatan dengan Keong Mas, Museum Transportasi, Tugu Api, dan Museum Indonesia.  Di dalam Istana Boneka-nya sendiri juga sangat menarik anak-anak. Banyak permainan, area belanja dan kolam renang. Meili  enggan pulang setelah menari. Dia tunggu sampai petugasnya akan mengunci area sekitar pukul 16:00. Baru deh mau pulang. Jadi malu nihh suka ditegur petugasnya untuk segera  meninggalkan tempat :).

Sekarang Meili sudah kelas 3. Kalau beberapa tahun lalu, ke Taman Mini, orientasinya bermain. Sekarang, dia berinisiatif mau mengunjungi museum dan rumah-rumah daerah. Terharu  dengan semangat Meili. Hehhe rada nggak nyangka juga, anakku ini punya kesadaran kebangsaan yang tinggi. Padahal ia bersekolah di SD Islam yang notabene tidak terlalu banyak pelajaran sejarah dan budaya. Tetapi memang dia selalu menghapal kota-kota kalau aku liputan ke luar kota. 


Karena waktu berkunjung sudah siang, liburan hari itu kami hanya mengunjungi beberapa anjungan saja, diantaranya Anjungan Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara,  Sumatera Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

Dari atas kereta gantung, Anjungan Aceh langsung memikat si Barra. Hhehe di sana ada pesawat.”Ma..pesawat tuh !..teriak Barra dari atas kereta gantung. Begitu turun kami langsung mencari anjungan Aceh. Wahh si Barra senang sekali. Ditemani ayah, dia bermain di sekitar pesawat.



Setelah dirasa puas, aku mengajak Meili dan Barra masuk ke rumah adat Aceh. Si Barra lagi-lagi berceloteh lucu ketika memasuki rumah kayu tersebut.”Ma, banyak patung cakep,” celotehnya sambil memperhatikan satu demi satu deretan patung pasangan pengantin dari sejumlah daerah di Aceh.  Koleksi yang berkaitan khasanah Aceh tersusun rapi dan bersih. Lantai kayunya juga nyaris tak berdebu sehingga sangat nyaman bagi anak-anak. Meilia tertegun memperhatikan sejumlah perkakas rumah tangga masyarakat Aceh. Bagi pengunjung juga bisa berfoto di pelaminan.

Dari Aceh kami lanjut ke kawasan Anjungan Sumatera Utara. Woww keren sekali. Di area ini berdiri anggun enam buah rumah adat Batak, diantaranya rumah bolon Batak Simalungin, Jabu Bolon Batak Toba, Siwaluh Jabu Batak Karo Rumah Batak Dairi, Nias dan Rumah Melayu.. Rasanya setiap jengkal kita mengabadikan terlihat begitu indah.

Cukup lama kami di anjungan ini. Menyambangi satu demi satu rumah adat yang ada. Di dalamnya tersimpan koleksi berbagai kerajinan, pengantin adat, alat musik, perkakas rumah tangga, alat perang bahkan sampai alat-alat mistik. Hehhe si Meili yang suka nonton Mister Tukul jadi langsung mengaitkannya ke sana. 



Aku jelaskan saja tentang ikhwal benda-benda itu semata untuk perlindungan diri. Kepercayaan mereka masih animisme sehingga erat kaitannya dengan sesuatu yang berbau mistik. Ya, di sana ada beberapa tombak dengan gagang yang memang agak menyeramkan. Hhehe si Barra malah bengong memperhatikan..”Ini hantu ya Ma,”ujarnya polos.  Bagi yang senang dengan lagu-lagu daerah Batak, tak sulit menemukan koleksinya di sini. Pengunjung bisa membelinya.

Usai berkeliling di anjungan Sumatera Utara, kami menyambangi Anjungan Sumatera Barat. Anjungan ini menampilkan sebanyak lima bangunan adat yaitu Rumah Gadang, Balairung, Rangkiang dan Surau. Di kawasan ini juga dilengkapi dengan pasar seni dan panggung. Wahh jadi lapar mata nih melihat sovenir yang dijajakan. Penataannya juga rapi dan nyaman. 

Kami mengunjungi rumah induk Rumah Gadang, terlihat paling besar dibanding rumah-rumah lainnya. Bagaikan sebuah show room budaya, di dalamnya ditampilkan aneka koleksi barang-barang seni dan pelaminan adat lengkap dengan pakaiannya. Bagi Anda yang ingin mengabadikan gambar di pelaminan juga bisa. Dan, di salah satu rumah menyediakan pula layanan penyewaan busana adat Minang. Tentu saja, Anda bisa berfoto sambil bergaya adat Minang. Sewanya hanya Rp 50 ribu. Lumayan kan, nggak perlu jauh-jauh ke Sumatera Barat kalau mau merasakan atmosfer suasana Minangkabau. 

Dari anjungan Sumatera Barat, kami melanjutkan perjalanan ke Taman Kaktus. Meili penasaran dengan tanaman ini. Wahh sekarang penataan lokasi Taman Kaktus berbeda dengan yang pernah aku kunjungi sekitar tiga tahun lalu. Lebih rapi dan tertata. Rupanya sekarang Taman Kaktus masuk dalam kawasan Desa Seni, semacam kawasan ekonomi kreatif, pusat seni dan kerajinan tangan. Si Barra lincah sekali berlarian di sela-sela taman itu. Sementara aku dan Meili melihat koleksi buku di Taman Buku Langka.  Lengkap juga koleksinya. Buku-buku yang dulu dilarang terbit dan diberangus, kini dengan mudah dapat dibeli. Diantaranya buku berjudul "Buku Siapa Menabur Angin, Akan Menuai Badai", dan sejumlah buku beraliran kiri, pemikiran Tan Malaka, DN Aidit dan Bung Karno. Soal harga, ehhe katanya Pak Doli relatif. Ada yang sampai ratusan juta. Wowww..


Sebenarnya pasar buku langka di Taman Mini sudah ada sejak 28 tahun lalu. Hanya dulu tempatnya di Anjungan Papua. Baru sekitar 3 tahun, menurut cerita Pak Doli yang merupakan anak pendiri pasar buku langka di TMII ini dipindahkan ke  Desa Seni, satu area dengan Taman Kaktus. Memang dari segi tempat, Anjungan Papua lebih strategis. Tetapi di Desa Seni, penataannya jauh lebih rapi dan sangat nyaman. Banyak taman untuk pengunjung bersantai. Ada 3 kios buku langka berukuran 4x4 meter per kiosnya.

Arif Sultoni, Seniman Siluet
Di belakang taman buku langka, ada Galeri Seni Lukis. Di galeri ini juga melayani lukisan sketsa wajah dan karikatur langsung dari Hp. Tarifnya mulai dari Rp 150 ribuan berukuran A4. Wah seru juga nih.

Selain itu, ngga kalah menarik adalah Galeri Seni Siluet. Sejak tayangan Pas Mantab di Trans7, seni lukis wajah bayangan ala siluet ini memang menjadi tren. Sosok senimannya Priadji Kusnadi pun jadi populer. Sebagai sovenir, tamu-tamu dalam acara tersebut diberikan lukisan bayangan siluet karya Priadji Kusnadi ini.

Arif Sultoni, seniman Siluet di Desa Seni salah satu yang menganggumi beliau. Hanya saja, Arif Sultoni mampu mengerjakan lebih cepat, hanya 2 menit.  Dalam suatu acara yang diselenggarakan di TMII, Pak Toni, sapaan akrabnya mampu menggunting kertas hitam berukuran 20x20 cm tanpa putus  menjadi bentuk bayangan wajah sebanyak 110 gambar. Waktunya hanya 3 jam. Tak heran Pak Toni ditasbihkan sebagai seniman gunting siluet wajah tercepat di tanah air. 

Jarum jam sudah menunjukkan pukul 15:45, kami langsung melanjutkan perjalanan ke Museum Transportasi. Si Barra masih penasaran dengan helikopter. Namun sayang sekali, begitu kami sampai, ehhh layanan berwisata ke dalam pesawatnya sudah tutup. Jadi, kami hanya bermain-main saja di area pesawat dan helikopter. Kami juga melihat kereta api presiden buatan tahun 1930-an. Kebetulan ketika kami naik, ada yang sedang foto prewedding, heheh jadi tontonan gratis.

Perjalanan terakhir kami bermuara di Anjungan Daerah Istimewa Yogyakarta. Ada janji  dengan Pak Arif, teman lama, pecinta seni budaya Jawa. Kebetulan hari itu  jadwal anaknya latihan menari Jawa..Wahh Meili langsung bersemangat mau ikutan menari. Banyak juga anak-anak yang menari di sini. Yang dewasa pun ada. Mereka tampak ceria mengikuti instruksi dan menghayati gerakan demi gerakan. Senang melihatnya.



Anjungan DIY membuka les tari dua kali dalam seminggu, setiap Rabu dan Sabtu mulai pukul 15:00-18:00. Biayanya  sangat murah, hanya Rp 20.000 sebulan, sudah sekaligus tiket masuk Taman Mini. Selain menari, ada juga kursus sinden dan gamelan. Ternyata untuk belajar kesenian Jawa, tidak perlu kesulitan lagi. Cukup datang ke Taman Mini “Indonesia Indah”.

Pak Arif dan istrinya, pecinta seni budaya Jawa
Selain anjungan DIY,  Museum Indonesia juga membuka kesempatan belajar tari Jawa. Bedanya, di Museum Indonesia, tari Jawanya sudah dalam tingkat lanjut alias lebih otentik lah..begitu istilahnya aku. Karena ternyata tarian Jawa itu ada berbagai mahzab. Nah mahzab klasiknya bisa dipelajari di Museum Indonesia.

Sambil menikmati anak-anak menari, aku mengobrol santai dengan Pak Arif dan istrinya yang begitu mencintai dunia seni. Anaknya Pak Arif yang bernama Siwi, kelas 4, sudah sangat mahir menari Jawa. Ia sering pentas di berbagai acara yang diselengarakan Taman Mini dan di luar Taman Mini. Belum lama, ia berhasil menyabet juara 2 dalam lomba tari yang diselenggarakan oleh pusat perbelanjaan beken di Jakarta. 


Seni memang membuat orang jadi lebih arif melihat kehidupan dan bijaksana dalam menjalaninya.. Tubuh juga makin sehat karena melalui tari, kepekaan jiwa dan raga terus terasah sehingga membuat hidup makin bernergi, penuh harmoni. Itu terpancar dari pasangan suami istri ini yang awet muda dan sehat.

Siwi (kiri) sedang latihan menari

 Liburan hari itu benar-benar bermakna. Meili dan Barra pun menagih lagi, karena belum sempat mengunjungi banyak obyek wisata di Taman Mini “Indonesia Indah”. Semoga di 39 tahun Taman Mini, makin menginspirasi anak-anak Indonesia mencintai dan bangga dengan budaya nusantara, cinta akan keragamanan sebagai suatu anugerah terindah dari Tuhan terhadap bangsa ini. Selamat ulang tahun Taman Mini “Indonesia Indah ke-39.

Yuk berkunjung ke Taman Mini “Indonesia Indah”, banyak acara seru yang sayang dilewatkan dalam rangka  HUT 39 Tahun TMII. Diantaranya Pameran Produk Unggulan Daerah (Expo Nusantara), Pameran Bersama Museum, Pameran Keris Paksi, Pawai Budaya Nusantara dan Gelari Tari Kolosal dan sebagainya.  Oya abadikan juga ya pengalaman serumu ketika liburan di TMII. Ada lomba blog 39 tahun TMII berhadiah gadget menarik.

Hanya di TMII, Negeriku "satoe" Indonesia, Anda bisa berkeliling Indonesia hanya dalam satu hari. Kobarkan Semangat Indonesia di Taman Mini Indonesia Indah, Pelestari Budaya Nusantara, Perekat Persatuan dan Kesatuan Bangsa.

Baca juga ya liburan Barra di TMII yang ke-2 : Asyik Barra jadi Pilot !

Ketika Status Cinta Digulirkan di Facebook


Status cinta..hehe kedengarannya memang romantis dan meniupkan suasana sejuk di hati. Senang sekali baca status teman-teman di facebook yang selalu menerbarkan cinta, kedamaian, penuh motivasi dan hikmah. Makanya aku selalu me-like status mereka. Karena jika kita me-like, otomatis kita ikut menebarkan pesan positif dari status mereka.

Tetapi menjelang pemilu, khususnya setelah pencapresan Jokowi diketuk palu oleh PDIP, langsung beranda facebookku bersileweran status hujatan. Sampai geleng-geleng kepala, tangan basah dan bergetar, jantung berdegup kencang menahan emosi. Karena aku tahu bagaimana sesungguhnya beliau, jadi nggak habis pikir sejumlah orang menghujat sedemikian kasarnya dan tidak beretika.

Menurut saya yang paling kasar adalah ketika ayat-ayat Allah dipolitisasi. Ketika orang sudah mengafirkan manusia yang lain. Ketika kepercayaan orang mulai diubek-ubek. Tak puas dengan "mengafirkan", lantas berkembang isu "Jokowi Syiah" "Jokowi kejawen". Status kesesatan syiah bertebaran. Intinya Syiah harus diperangi. Sementara, orang-orang yang pro Gubernur DKI ini disebut munafik, fanatis buta. Hmmmm..tarik nafas panjang. Biarlah..orang menilaiku, hak mereka :)

Sempat  tidak bisa tidur menahan emosi sambil terus istigfar dan berdoa semoga Allah berikan kekuatan bagi yang sedang dihujat, diberikan kesabaran tiada berbatas dan memohon yang terbaik bagi pemimpin Indonesia. Dan, berdoa juga bagi yang suka menghujat dengan cara kasar itu segera diterangkan hatinya.

 Alhamdulillah Jokowi pun dalam setiap wawancara dengan media tidak merespon penuh emosi setiap hujatan yang ditujukan kepadanya. Dengan santai, pria kerempeng itu menjawab. "Bagi yang senang, silahkan dipilih. Bagi yang tidak senang, jangan dipilih. Kan biasanya juga gitu.".."Jangan dipikir berat-beratlah. Biarlah masyarakat sendiri yang menilai,"..Subhanallah, kesabaran orang ini.

Saya sempat menimpali status teman-teman yang rata-rata merupakan aktivis parpol yang tersangdung korupsi sapi impor dan teman-teman yang aktif dalam Front Pembela Islam itu dengan menyindir santai. Saya mencoba tidak terbawa emosi. Karena apa bedanya saya dengan mereka jika emosi membabi buta. Malah sebaliknya, saya dekati mereka sambil bercanda dan bersahabat. Hehe, bagi yang enak orangnya,  malah jadi becandaan. Yang lebih lucu, bahkan ada teman yang sampai keluar juga pesan dari lubuk hatinya, bahwa dia mengakui kebaikan Jokowi dan dengan sejumlah alasan pula kenapa dia tulis status kontra terhadapnya. Ternyata memang sentimen agama yang membuatnya emosional. Ya itu lagi-lagi hak mereka. Hanya saya tak ingin umat Islam jadi saling bersiteru dan bikin keributan, hanya karena kepentingan politik yang penuh intrik. Tapi bagi sejumlah teman yang  serius dan tidak open minded (terlalu sektarian), malah semakin esmosi..Ahhh mending kabur aja hehehe.

Di tengah bertebaran status hujatan, aku teringat dengan suamiku. Dia itu pendiam banget. Ngomong kalau yang penting-penting aja. Nggak pernah serius  kalau menimpali sesuatu hal. Jawabannya kalau ditanya hal-hal serius selalu bikin aku nyengir. Contohnya ketika aku tanya mau pilih partai apa, dia jawab,,"pilih parpol brewok aja" hehehe dasar ayah. Suamiku memang berbrewok tipis.

Sudah 10 tahun aku hidup bersamanya, memang nyaris tidak pernah membicarakan keburukan orang lain, apalagi menghujat dan menghina. Aku sampai penasaran dengannya dan sering bertanya. Masa sih dalam hidupnya tidak ada orang yang mengecewakan dia. Apalagi suamiku adalah seorang wirausaha dengan berbagai rintangan di depannya. Pasti ada lah. Dia pernah cerita, uangnya dibawa lari teman bisnisnya. Tapi dia nggak emosi. Santai aja. Dia hanya bilang, "Nggak nyangka. Tampilan luar orangnya baik, polos. Hehhe malah bawa kabur duit saya," ujarnya sambil senyum, tidak ada emosi, tenang sekali.

Bagi kami, uang itu tidaklah sedikit. Saya sudah rada emosi. Ehh suamiku malah tenang-tenang saja. "Biasalah dalam bisnis, pasti ada yang kayak gini," ujarnya singkat dan  case closed. Alhamdulillah, bisnis suami makin baik meski rintangannya juga tidak kecil. Suamiku berbisnis ekspedisi truck bersama temannya. Saat ini sudah ada 18 truck. Bahkan sekarang tengah menyiapkan untuk bikin perusahaan truk sendiri.

Di facebook aku coba mentestimonikan betapa baiknya suami menyikapi kehidupan ini. Kebersihan hatinya, membuat kami merasa damai. Anak-anak tumbuh ceria. Suamiku juga nggak pernah memarahi anak. Kalau aku hahahaha..jangan ditanya..suka emosi kalau anakku nggak mau belajar, nggak mau makan sayuran, nggak mau mandi.heheh..Paling suami hanya menunjukkan wajah serius pada anak-anakku..ehehh mereka udah pada takut sendiri. Aku sebut namanya aja, kalau anak-anakku kelewatan, mereka sudah segan. Suamiku  juga begitu dermawan. Kami tak kaya, tetapi Inshaa Allah kami mampu. Kaya dan mampu itu berbeda. Orang kaya belum tentu mampu, tetapi orang mampu, pasti kaya heheh. Minimal kaya hati, tak melulu diliputin kebencian, prasangka negatif, melainkan hati yang penuh syukur. Ritual suami juga sangat biasa.



Nggak nyangka, status facebookku ini mengundang sekitar 31 yang like dan 11 komentar memuji. Bahkan ada yang beberapa yang jadi ikut memuji suaminya karena ada kesamaan heheh..senangnya bisa ikut menambah romantika kehidupan rumah tangga teman-temanku.


Sejumlah teman yang suka "menghujat" dengan ayat-ayat Quran, heheh tidak ada yang menjejakkan diri di status ini, apalagi sampai berkomentar. Malah mereka terus menyerang dengan menuliskan kata-kata yang  menohok. Tak sampai hati menuliskannya..Biarlah hanya Tuhan yang Maha Menilai dan Maha Mengetahui sesungguhhnya apa yang tengah terjadi. 

Aku hanya mencoba untuk mewarnai kehidupan berpolitik bangsa dengan caraku sendiri. Cara yang tidak menjual ayat-ayat suci untuk kepentingan yang rendah, dengan cara yang tidak penuh emosi sehingga merendahkan derajat kemanusiannya sendiri.  Meski berkostum malaikat dan fasih mengucapkan ayat-ayat-Nya, tetapi kontraproduktif dengan kata-katanya,  selalu mengundang hujatan dan merasa paling benar. Lantas apakah itu yang disebut manusia beriman ? Pada akhirnya kata Dewi Lestari..'Malaikat juga tahu ..siapa yang jadi juaranya.." 

Aku selalu bersyukur dengan hidupku saat ini. Dikelilingi orang-orang penuh kasih dan bijaksana, dikaruniai anak-anak yang sehat, lucu, kritis, dan peduli hatinya. Rejeki materi yang membuat kami tidak berkekurangan. Serta hati kami yang selalu bergetar melihat sesama yang sedang dilanda kesulitan. Apakah ini buah dari rejeki barokah yang selalu kami upayakan ? Apakah ini wujud keberkahan itu ?   Aku coba tafsirkan begitu sesuai dengan apa yang pernah diucapkan Ustad Quraish Shihab. Dalam statusku, akhirnya aku menulis : 


Aku mencoba berbagi kebahagiaan. Bahwasanya, memang benar Allah itu selalu mengingatkan manusia agar mencari rejeki yang halal, dengan cara yang beretika sesuai dengan yang Dia tuntun dalam Alquran dan lewat perilaku Rosulullah. 

Di tengah moralitas bangsa yang terpuruk. Korupsi dimana-mana. Semua teriak stop korupsi, setuju korupsi berantas, hukum berat para koruptor dan sebagainya, tetapi dalam kenyataan, praktek korupsi dan manipulasi malah makin kencang. Kompromi banyak terjadi, demi uang dan jabatan. Ya, sobat-sobat bisa melihat fakta-fakta itu. Sekali lagi kami hanya mencoba, untuk mencari nafkah dengan jalan yang tidak merendahkan harga diri manusia dan menodai perjanjian dengan Tuhan semampunya. Yang paling nyata, kami berupaya tidak "menyuap" agar proyek deal dan lancar, makan orang, nusuk orang dan sebagainya. Inshaa Allah, ini hanya ikhtiar yang selalu kami pancangkan di hati. Tujuan kami hanya ingin selamat di dunia dan akhirat, dan memperoleh surga baik di dunia dan di alam setelah kematian. Inshaa Allah.

Anda Fanatis Jokowi ya ?



Hhahaa..ketawa dulu nih pembukaannya. Jujur, banyak sekali pertanyaannya ini ditujukan sejumlah teman yang langsung menuduh saya fanatis dan pemuja Jokowi, lantaran status FB saya sejak Pak Jokowi jadi Cagub DKI sampai sekarang menjelang pilpres mendukung beliau. Memang salah, saya  mendukung Jokowi, lantas serta merta dibilang fanatis ? hehe ketawain aja deh.

Saya punya alasan sendiri mengapa memilih Jokowi jadi Gubernur DKI dan sekarang untuk menjadi presiden. Alasannya, karena jauh sebelum media mempopulerkan Jokowi, saya sudah mengetahui bagaimana kinerja beliau. Subhanallah, orang ini ditakdirkan di bumi Indonesia, dan dihadirkan pada saat yang tepat, krisis kepemimpinan dan moralitas pemimpin bangsa, khususnya.

Waktu itu tahun 2008, saya mengawali karir jurnalistik kembali, setelah 4 tahun tidak berkecimpung di dunia media. Hanya ini majalahnya tentang pariwisata, event, dan industri hospitality atau bekennya sekarang dengan istilah MICE (Meeting, Incentive, Convention, Exhibition/Event), VENUE namanya. Ga kenal ya ? heheh ya memang segmented banget sih. VENUE ditujukan  bagi mereka yang ingin terjun di dunia event, dan pemerintah daerah yang ingin maju di dunia pariwisata. Dulu belum ada saingannya. Istilah MICE juga masih baru banget. Direktorat MICE-nya  baru dibentuk tahun 2007, selang beberapa bulan dari majalah kami. Menciptakan mainstream baru tentang industri event. Ownernya  Dyandra pula yang notabene penyelenggara event terbesar di tanah air. 

Jadi, ini semacam majalah referensi MICE di tanah air, referensi bagaimana seharusnya pariwisata dikembangkan. Tujuannya, dunia pariwisata dan event bisa menjadi salah satu alternatif pendapatan negara selain dari sektor migas, pertanian, dan industri makro lainnya. Acuannya MICE bisa menjadi sumber utama pendapatan negara, bisa dilihat dari kisah sukses Singapura, Malaysia, Thailand, bahkan kini Vietnam yang mulai unjuk gigi di bidang pariwisata dan MICE. Negara-negara ini demikian maju perekonomiannya dari kontribusi industri event (MICE) dan pariwisata.

Majalah kami terbit bulanan. Pada bulan September 2008, seperti biasa kami merencanakan meeting redaksi. Karena ini menyangkut event, maka saya mengusulkan tentang event  konferensi di Solo yaitu Konferensi Internasional Kota-kota Warisan Dunia (World Heritage Cities Conference and Expo/WHCEE) pada 25-30 Oktober 2008 (kalau nggak salah, ada teman juga yang punya usulan sama). Event ini benar-benar membalalakkan mata dunia bahwa kota seluas 44,03 km2 itu berani menjadi tuan rumah acara bergengsi. Orang luar tahunya Yogyakarta. Solo ? hmmm ada di sebelah mana ?

Rupanya Solo telah menjadi bagian dari perkumpulan negara-negara yang memiliki warisan heritage. Daerah-daerah lain belum ada. Pak Walikotanya waktu itu Jokowi, inisiatif  mengangkat Solo ke dunia internasional. Membangun Solo dari sektor pariwisata. Mengingat dari sisi pertanian dan sumber daya alam, Solo tidak begitu kaya dibanding daerah lain. Huff, tentu saja gebrakan Jokowi dengan mengharumkan Solo sebagai destinasi yang harus diperhitungkan di tanah air, membuat Yogyakarta yang udah seattled ketar-ketir.

Ada apa dengan Solo sebegitu berani ? Siapa Jokowi yang dibilang nekat tidak ada modal, tetapi sangat berani memboyong sekitar 1.000 delegasi yang terdiri dari para walikota se-Asia Pasifik, negara anggota United Cities and Local Government (UCLG) Euro-Asia ke Solo. Saingannya berat. Solo harus berhadapan dengan Rusia, Austria, Korea Selatan, dan Pakistan. Mau bayar pake apa ?

Kebetulan waktu itu Pemred Majalah Venue, Bapak Bambang Bujono adalah orang Solo. Heheh lumayan kesamber juga emosional kedaerahannya. Serta merta beliau langsung mengangkat usulan ini menjadi laporan utama. Pada waktu itu yang turun langsung liputan adalah redpel dan fotografer. Saya hanya membuat hotel-hotelnya saja di bagian liputan itu. Dari penggalian yang mendalam, kami menemukan emas Si Jokowi itu. Benar-benar brilian idenya membangun Solo. Dia merangkul semua komponen masyarakat terkait untuk menyukseskan acara tersebut. Hotel-hotel dan travel saling berkontribusi. Pemerintah hanya mengeluarkan uang sedikit sekali. Pihak swasta bahu membahu menjadi tuan rumah yang baik, berstandar internasional dengan rasa Solo.

Bukan hanya itu, terkuaklah dia bagaimana memanusiakan pedagang kaki lima dengan mengajak pindah ke pasar sebagaimana mestinya, tanpa keributan. Mengangkat pasar-pasar tradisional, mengangkat para seniman, menata kota, mempercantik Bandara Adi Soemarmo, dan sebagainya. Selama dua periode beliau memimpin Solo dengan reputasi mengagumkan. Belum lagi, kesederhanaan beliau dan merakyat. Dia mencintai rakyatnya, dan rakyat Solo pun mencintainya. Subhanallah. 

Kami dua kali mengundang Pak Jokowi menjadi pembicara pada acara kami. Ide-idenya betul luar biasa, menginspirasi sejumlah daerah untuk berkembang seperti Solo. Semangat nasionalisme dan moralitas tinggi, ditunjukkan lewat  perbuatan dan perbuatan. Jujur, saya belum lihat ada orang menyamai Jokowi pada waktu itu. Beliau tidak protokeler. Jika diundang ke Jakarta,  hanya ditemani seorang asistennya. Tanpa pengawalan. Biasa sekali. Tidak ada mobil. Cuma naik taksi. Tidak minta macam-macam.

Majalah kami cukup sukses terserap pasar yang mengangkat tentang Jokowi ini. Bahkan majalah kami menjadi official magazine saat konferensi berlangsung. Hingga Kompas meliput, dan menyambung ke berbagai media. Sampai akhirnya PDIP melamarnya menjadi Gubernur. Excellent PDIP yang memang menurut saya tak begitu populer di kalangan pemilih terdidik, memilih Jokowi yang kemudian disandingkan dengan Ahok dari Gerindra. Mungkin ada maksud terselubung waktu itu, dengan suksesnya duet Jokowi-Ahok, otomatis akan melenggangkan Mega dan Prabowo nyapres lagi. Itu sinyalemen yang ditangkap oleh saya juga banyak orang.

Hhehe kondisi perpolitikan di tanah air berubah drastis. Bergairah maksimal hahahha. Eksotis sekali. Optimisme kencang bergemuruh. Terutama di hatiku. Karena dua tokoh ini luar biasa dedikasinya untuk bangsa. Cuma, seperti biasa ada pihak yang sensi tinggi lantaran Ahok adalah Cina dan Kristen. Wahhh betul-betul isu agama jadi makanan empuk untuk menyerang golongan nasionalis. Dan, Ahok seksi untuk  meniupkan isu tendensius. hehe seru.

Alhasil Jokowi-Ahok menang dengan dua kali penyaringan dalam pemilu. Benar-benar menggembirakan saya waktu itu. Selama 15 bulan Jokowi mimpin Jakarta, hufff luar biasa juga serangannya dari pihak yang masih sakit hati kalah pemilu. Jokowi dan Ahok juga makin kompak menertibkan, mendisiplinkan dan memecat pejabat-pejabat DKI yang tidak amanah. Jokowi dengan gaya blungsukkannya. Ahok dengan diplomasinya dari meja ke meja,  gerilya  membereskan aparatur pemerintah DKI. Romantis. 

Monorail yang sudah 20 tahun direncanakan, di jaman Jokowi baru direaliasasikan. Pasar Tanaabang yang terbilang keramat alias tak tersentuh penertiban..berhasil bersih dan indah di zaman Jokowi. Waduk-waduk dibersihkan bahkan waduk Pluit menjadi indah yang sepertinya tidak mungkin dibereskan dalam tempo singkat. Rusun-rusun dibangun. Penduduk yang tinggal di bantaran sungai berhasil dipindahkan ke rusun. Gorong-gorong di pusat kota diperdalam. Taman-taman dibangun, sampai masalah pengemis dan topeng monyet pun diurus..Jokowi rupanya tak hanya cinta rakyatnya, tetapi cinta binatang. Coba, bertahun-tahun topeng monyet ada, tidak ada yang berani menertibkan. Malah bisa dikatakan kita tidak ngeh (termasuk saya heheh yg suka dengan topeng monyet untuk menghibur anak saya). 

Harapan saya waktu itu Jokowi bisa meng-khatamkan menjadi gubernur DKI untuk membuktikan pada lawan-lawan politiknya duet Jokowi-Ahok berhasil membangun DKI dan menjadi prototipe keberhasilan Indonesia membangun kota. DKI adalah ibu kota negara, sepantasnya ditata dan dikelola menjadi kota berstandar internasional. Masalah banjir dan kemacetan yang masih menjadi masalah klasik di DKI, masih setengah jalan. Ditambah fenomena alam yang menunjukkan kelabilannya. Banjir terus menerus sehingga membuat orang-orang di bantaran sungai benar-benar lelah. Hehhe tapi tetap betah. 

Parpol lain sudah demikian agresif mencalonkan capres-capresnya. Ada yang memikat hati saya. Tapi langsung hilang ketika mengetahui dia berbuat tidak baik. Jujur. saya berniat golput. Tidak ada partai dan capres yang bisa saya percayai. Apalagi dengan parpol Islam yang saya percayai dulu...bikin mual outputnya.

Sampai pada akhirnya, PDIP sekonyong-konyong menaikkan Jokowi dari capresnya. Wahhh saya langsung  terperangah.. Ada rasa kecewa pada Jokowi yang mau saja dicalonkan. Padahal dia waktu itu sama sekali bilang : ga mikir, ga mikir, ga mikir...karena mau fokus benahi Jakarta. Tetapi, ya namanya politik, tentu PDIP punya kepentingan. Dan, harus diakui memang Jokowi seolah menjadi umpan untuk mendongkrak suara PDIP.  Dasar politik, banyak kepentingan. 

Namun kemudian, dibalik kepentingan-kepentingan PDIP, saya mencoba melihat sisi lain. Positifnya, dan idealisme saya sebagai warga negara yang miris melihat kondisi bangsa ini. Hingga akhirnya saya mantab memilih Jokowi menjadi capres. Bismillah.

Bukan main di sosial media dan media massa menyerang bapak kerempeng ini. Barisan pihak parpol non Islam (Parpol Islam juga banyak) menyerang dengan isu Jokowi tidak bisa dipercaya. Jokowi penuh pencitraan palsu, Jokowi Pembohong, Jokowi Maruk Kekuasaan, Jokowi Boneka PDIP,. Malah ada yang sampai ingin mempidanakan Jokowi karena tidak becus alias tidak selesai memimpin DKI. hhhaaaha

Barisan parpol Islam pun tak kalah seru. Apalagi kalau bukan isu agama dijadikan serangan. Ayat-ayat kafir keluar. Ayat-ayat munafik keluar. Belum lagi isu Jokowi adalah antek Yahudi. Wahh luar biasa hujatan demi hujatan bertubi menyerang Jokowi. Tetapi dasar Jokowi, dia sama sekali tidak menanggapi. Santai dia jawab dengan bijak : Ga usah direspon, rakyat sudah pintar. Ga usah dipikir berat-berat. Bagi yang senang silahkan, yang ngga juga silahkan..benar-benar orang ini sabar sekali.

Bagai memiliki energi besar, tak henti saya berstatus di FB, mengajak teman-teman yang menghujat untuk berfikir jernih, melihat dari hati, melihat bukti, dan sebagainya. huff melelahkan memang, tapi senang.

Teman-teman aktivis muslim pun mungkin terkaget-kaget dengan sikap politik saya. Mereka mulai sinis. hhehe mengklaim saya memuja dan fanatis. Saya sampai bingung, apakah kalau kita memilih itu dibilang fanatis dan memuja. Sepertinya logika bahasa sudah amburadul. Atau mungkin teman-teman tersebut tidak tahu istilah fanatis. Baiklah saya coba definisikan.

Fanatisme menurut Wikipedia dan sejumlah sumber lain adalah :

Fanatisme adalah suatu keyakinan atau suatu pandangan tentang sesuatu, yang positif atau yang negatif, pandangan yang tidak memiliki sandaran teori atau pijakan kenyataan, tetapi dianut secara mendalam sehingga susah diluruskan atau diubah"

"Menurut definisinya, fanatisme biasanya tidak rasional atau keyakinan seseorang yang terlalu kuat dan kurang menggunakan akal budi sehingga tidak menerima faham yang lain dan bertujuan untuk mengejar sesuatu. Adanya fanatisme dapat menimbulkan perilaku agresi dan sekaligus memperkuat keadaan individu yang mengalami deindividuasi untuk lebih tidak terkontrol perilakunya"

Saya mencoba untuk bercermin, apakah benar saya memuja. Kalau memang benar, apa salah saya memuja orang baik kinerjanya, heheh ya saya juga gak mau minta-minta pembenaran. Negeri ini krisis pemimin yang baik. Giliran ada dan di depan mata, orang malah tidak bisa mengapresiasi. Kritik boleh, tetapi kalau dengan tuduhan yang nggak boten-boten seperti antek Yahudi dan lain-lain tanpa bukti valid. hehe jujur nggak laku kritikan model gini. Apalagi ada juga yang kritik, Jokowi tidak berhasil mengatasi macet dan banjir.

Lah, pake logika aja bro. Banjiir dan macet itu udah menjadi makanan di DKI bertahun-tahun. Memang, Jokowi-Ahok itu tukang sulap, dalam sekejab mengatasi banjir dan macet. Gubernur sebelumnya juga tidak becus mengatasi banjir. Tetapi tidak digugat..Apalagi di tengah Jokowi giat mengatasi macet ibu kota, ehhehh Indonesia diterjang kebijakan banjir mobil murah.. Hmmm benar-benar kontra produktif. Gubernur-gubernur DKI lainnya juga belum becus mengatasi banjir, malah mewariskan sistem akut pembuat banjir dan macet. Dan serta merta kesalahan itu dilimpahkan ke Jokowi-Ahok...aduhhhh..kasian banget orang-orang ini. Jokowi menyentujui cara menabur garam di langit untuk memindahkan hujan dari Jakarta ke daerah lain, dikritik habis-habisan dibilang menantang Tuhan.

Sekali lagi, saya tidak mengharamkan kritik. Kritiklah sebanyak-banyaklah yang membangun dan kondusif biar jadi kontrol bagi pemerintah DKI.  Sekarang masyarakat sudah cerdas, sudah bisa memilih dan menimbang terhadap isu-isu yang tidak jelas juntrungannya.

Lantas soal fanatis atau fanatik yang cenderung memiki definisi negatif berbuat kerusakan,  hmm rasanya saya jauh dari itu. Saya masih berfikir rasional. Melihat orang utuh antara kekurangan dan kelebihannya. Melihat Jokowi dari kelebihan dan kekurangannya.

Pada akhirnya saya ketawa lagi hahahah kok orang cetek banget mikirnya dan serta merta gampang mengeluarkan kata-kata yang tidak tepat penggunaannya. Kalau memang tidak suka dengan Jokowi, mending kampanye tentang kesuksesan partai atau calonnya saja, nggak usah sampai menghujat tanpa bukti cukup apalagi bawa-bawa agama. Ini politik sobat..banyak intrik. Kalian mengobral hujatan, ehhh di atas sana nanti pada kompromi alias koalisi dengan parpol orag orang yang dihujat, Nah lohh...gimana tuh ? masa menjilat ludah sendiri..hahahah..Oke..selamat memilih sobats !





Maaf, Saya Tidak Setuju Dengan Partai Berbasis Agama


Sejak era reformasi digongkan oleh Amin Rais, proses "demokratisasi" di Indonesia memang berkembang dinamis. Bak, ayam keluar kandang, kicauan yang mengkritisi pemerintahan, tak berhenti berkokok. Ruang-ruang media melalap habis pemerintahan orba ala Soeharto, dan menaikkan sosok nasionalis religius Amien Rais. Mahasiwa pun dengan idealismenya "berjuang" untuk peletakan demokrasi yang dipersepsikan sebagai kebebasan berpendapat, kebebasan bersikap, dan berbuat untuk eksistensi sebuah negara itu. 

Sampai pada akhirnya, rezim orba berhasil digulingkan, dan DPR berganti dengan orang-orang baru,yang mungkin dulu hanya impian bisa duduk di senayan. Ada optimisme saya waktu itu melihat era reformasi bergulir, dengan indikasi duduknya "orang-orang baru" di senayan dan Jalan Merdeka. Rasanya keringat berdemo untuk menggulingkan rezim Soeharto dulu "terbayar' tempo hahaha belum lunas ya.

 Optimisme serta merta saya percayakan ke orang-orang di atas sana. Partai berbasis agama mendadak panen jamaah. Partai Islam tumbuh subur. Kalau dulu hanya ada satu  partai Islam yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP), di era reformasi menjadi belasan partai. Masing-masing organisasi islam memiliki partainya sendiri. Sempat bingung masa itu. Terlebih saya berteman dengan mereka yang mengharamkan demokrasi dan memilih tidak berpartai. Masih teringat, mereka bilang, partai Islam yang mendadak eksis itu opurtunis dan sampai kapan pun tidak akan mencapai tujuannya. Malah bisa jadi, kelelep bersama sistem.

 Hmm..saya menarik nafas panjang. Ilmu saya yang baru mahasiswa kala itu  masih belum  mampu menganalisa dan memprediksi. Sejarah  mencatat, historis parpol Islam sewaktu pemilu 1955 juga tidak menunjukkan hasil signifikan. Yang menang, masih partai nasional-sekuler yaitu PNI.

 Beberapa kali saya didekati teman yang non partai itu. Ide mereka untuk Islam berjaya adalah khilafah. Waduhhh,.., konsep ini malah mengawang-ngawang. Lantaran saya tahu agama Islam secara intens baru di tingkat SMU. Saya aktif dalam kegiatan Rohani Islam. Banyak mendapat bimbingan dari kakak-kakak yang notabene  berbasis dari partai yang  saya pilih. Kemudian berlanjut di mahasiswa, saya  juga aktif di organisasi Islamnya. So, karena pendekatan relatif intens dan penjelasan yang mulai masuk nalar, bismillah saya memilih partai ini,  partai berbasis agama yang katanya paling pinter menyuarakan perubahan. Di tengah-tengah kebingungan juga, mentor saya waktu itu mengatakan, "kalau masih bingung, turutilah atau ikuti orang-orang soleh" Karena kebanyakan partai ini diisi oleh aktivis Islam dan ulama Bandung. 

Saya tergolong orang yang totalitas. Begitu saya percaya, saya akan konsisten dan berjuang maksimal. Dalam pekerjaan juga begitu. Ketika saya dipercaya, saya usahakan komitmen 100 persen, mengerahkan potensi fikir dan fisik saya. Idealisme untuk menjadikan Islam rahmatan lil'alami, benar-bener bergemuruh. Saya aktif mengikuti berbagai kajian kepartaian. Di Bandung memang cukup banyak tempat untuk belajar Islam. Komunitas partai saya ini pun memiliki banyak wadah untuk mengkader dan mendulang suara mahasiswa idealis. Saya belum menjadi kader, hanya mencoba mencari tahu sebanyak-banyaknya.
Pada masa kampanye, saya ikut kampanye ke pelosok desa di Bandung...Wah baru kali pertama ikut kampanye..senang sekali..puas dapat menjual citra  kesolehan ustad-ustad yang ada di Bandung. Ghiroh, begitu kata bahasa aktivis masa itu...terbangun begitu tinggi.  Di mana pun saya berada, dengan bangga saya perkenalkan partai itu. Partai perubahan yang diisi anak-anak muda terdidik. Semangat perubahan..

Alhamdulillah, kala itu saudara-saudara saya, ibu dan bapak saya  mulai simpati dengan partai ini. Bapak saya yang PDIP fanatik, dengan bangganya pula memperkenalkan ke teman-temannya bahwa partai anaknya adalah PK.ehehe dulu PK - Partai Keadilan.

Pemilu demi pemilu berlangsung, saya masih konsisten memilih partai itu meski merasa ada kekurang-sreg-an lantaran melihat output yang dihasilkan. Mereka berargumen, karena wakil yang sedikit, jadi tidak bisa maksimal menyuarakan perubahan. Menyuarakan kepentingan rakyat kecil dan setidaknya memenuhi cita-cita reformasi. Cita-cita reformasi heheh ketinggian kali ya..Nggak muluk sih harapan saya, setidaknya wakil-wakil yang telah ditunjuk di sana bisa peduli pada rakyat miskin di sekitarnya.

 Namun, nyatanya. mereka hanya bisa bermain retorika di majelis-majelis, dan manggut-manggut saja di DPR/DPRD. Mereka tidak bisa mewarnai, justru melebur jadi satu. Mereka lebih senang mengikuti arus penguasa, tidak berani menjadi oposisi.  Kader-kader yang diluluskan untuk duduk di suatu jabatan pun, nyatanya minim sekali berbuat untuk kepentingan rakyat sekitarnya. Hmmm..saya memang hanya partisipan. Profesi saya sebagai jurnalis, cukup banyak mendapatkan input tentang keadaan di Senayan dan sejumlah daerah.  Yang populer justru kesederhanaan Ustad Mashadi sebagai anggota DPR, yang saya kagumi dan membuat saya bertahan menjadi partisipan. Tetapi yang lain heehe..dijawab sendiri ya.

Sampai pada suatu ketika, satu-satu kadernya tertangkap skandal memalukan. Ada yang lagi rapat buka link porno, ikut pembagian "jatah" di Senayan, dan sejumlah persoalan yang tidak beres. Memang, DPR atau DPRD adalah kerja kolektif..Tetapi masa sih tidak ada yang berani bersuara..Semuanya serba ikutan dan kompromi. Banyak hal yang tidak bisa saya jelaskan satu-satu. Dan, yang paling memalukan kasus impor daging sapi ala Presiden PKS-LHI dan Ustad Hilmi. Mereka menilai, ini konspirasi dan fitnah. Hehhe tapi pengadilan bisa memberikan bukti. Memang, LHI belum memakan hasil korupsi daging sapinya. Baru merencanakan, tetapi sudah ketangkap basah. Bukti-bukti sms dan pengakuan Ahmad Fathonah, tak mampu mengelak tuduhan. Hufff...cape memang mengulik satu demi satu kesalahan orang.



Dan sekarang di musim kampanye, yang bikin ketawa geli, mereka berkampanye dengan menyebarkan banner indeks partai terkorupsi yang dikeluarkan KPK dan beberapa lembaga..Mereka merasa menang, karena partainya berada pada urutan ke -10, ada juga yang menulis 11 diantara partai- lainnya. Hehehe ya iyalah wong utusan partainya baru sedikit. Kalau banyak seperti si Merah, mungkin sami mawon..Di indeks itu juga berjejer partai-partai Islam lainnya. Bikin memalukan agama. Ini kampanye yang menurut saya "menggali kuburannya sendiri". Kalau mereka masih mau eksis, mending kampanye tentang pertaubatan saja atas kader-kadernya yang korupsi.

Hahahha..Akhirnya, orang-orang yang masih konsisten terhadap kemurnian Islam yang notabene adalah pendiri PK, satu persatu meninggalkan parta ini salah satunya Ustad Mashadi sendiri. Mereka merasa dikhianati oleh teman-temannya. Janji mengangkat islam, hanya jualan semata. Salah satu sumbernya saya dapat di http://www.kompasislam.com/2013/06/09/kumpulan-mantan-tokoh-pks-dirikan-ldki/

Rasanya cukup kekecewaan saya terhadap fenomena partai berbasis agama. Saya menghormati bagi teman-teman yang masih aktif di parpol agama. Tapi, harap direnungkan, itu berat sekali. Anda mengusung panji Islam. Kalau akhlak, omongan dan sikap tidak sesuai bahkan di luar yang digariskan Allah, rasanya Anda pantas masuk golongan yang menistakan agama. Agama hanya menjadi modus untuk melancarkan kepentingan yang rendah..Dan, jangan bilang..namanya manusia penuh khilaf..hahha.maling pun kalauu ditangkap bilangnya khilaf. Ada lagi yang bilang, partai juga isinya manusia, bukan malaikat. Jangan anggap kami suci seperti malaikat..Aduuhhh ngakak banget denger pembelaan mereka.

Makanya jangan bawa-bawa agama dalam partai. Kalau mau berpolitik, mending sekalian pilih partai yang tidak berbasis agama. Orang sepakat tahu, partai Islam notabene partai bersih, partai moral. Kan malu kalau nyatanya bertolak belakang. Malu pada Allah pastinya. Itu sih kalau saya ya. Apalagi kalau dilihat banyak parpol Islam yang kampanye tidak islami ; dangdutan dengan artis seksi, pemilihan caleg yang tidak islami, de el el. Bahkan, dari banyak kampanye yang saya perhatikan lewat media sosial, mereka yang selalu berteriak "Partai Bersih", selalu membuat kampanye negatif, terus menebar kebencian, provokasi, dan prasangka negatif yang belum tentu benar. Bagaimana orang mau percaya atau simpati dengan partai tersebut, jika isinya hanya mencerca dan menghardik saja.

Lagi pula kalau mau ditilik lebih jauh lagi, katanya demokrasi bukan dari Islam, dari Amerika yang selalu dihujat oleh kalian, tetapi kenapa kalian malah ikut masuk ke dalam sistemnya. Yang terjadi, malah memalukan agama. Saya lebih mengapresiasi teman-teman muslim yang tidak ikut sistem demokrasi alias tidak memilih partai manapun, daripada memakan omongannya sendiri.

.Lantas pilihan saya ? saya memilih parpol yang tidak berlandas agama tentunya. Saya masih menganut sistem demokrasi yang menyepakati pemilu.  Pesan saya, kalau Anda masih menghormati agama Anda, dan ada dalam kelompok berpartai Islam, janganlah bertindak seperti Tuhan. Dengan mudahnya mengafirkan orang. Ingatlah bagaimana Rosulullah berdakwah, nyaris tak pernah menghardik. Hanya ada prilaku yang berbudi, kata-kata yang penuh damai.Saya yakin Islam akan kembali berjaya dengan kemuliaan akhlak seperti ketika Rosulullah berhasil merebut simpati masyarakat Arab karena budi pekertinya yang luhur, jujur dan amanah.Islam yang esensi, agama yang mengantarkan keselamatan dunia dan akhirat, bukan Islam yang hanya retoris dalam balutan sorban dan jubah putih saja.