Jual Daster Batik

Jual Daster Batik

Kakak Sayang Dede Barra..

Hasil gambar Meili waktu kelas 2
Jujur menjadi ibu seutuhnya itu baru benar-benar kurasakan setelah risain dari kantor, awal Januari 2013. Selama kurang lebih 7 tahun, aku banyak meninggalkan Meilia di rumah dalam pengasuhan ibuku. Sekarang, baru kurasakan betapa sangat berharganya kehadiran ibu dalam mendampingi proses tumbuh kembang anak-anak. Meski tak sempurna dan bisa menjadi ibu yang baik untuk kedua anakku, Meilia dan Barra, tetapi aku berupaya untuk selalu bisa menjadi ibu yang bisa disayangi anak-anakku dan memberikan kesan mendalam bagi diri mereka kelak. Hmm, bismillah, pintaku terus kepada Allah.

Meili mengajari adiknya Iqro
Alhamdulillah, meski banyak aku tinggal ke luar kota untuk liputan, terutama Meilia (8 tahun) tumbuh matang dengan sendirinya. Kehadiran adiknya Barra, yang 5 tahun lebih muda darinya memberikan energi kedewasaan bagi Meili secara alami. Meski yang namanya anak-anak, kerap ribut juga sesekali karena rebutan mainan, atau Barra yang mengacaukan mainan Meili, mengganggu belajar Meili, ingin ikut Meili bermain dengan teman-temannya atau tidak ingin berbagi pinjam smartphone yang berisi games. 

Saling mengolesi lotion nyamuk.

Wahhh, kadang suka ga sabaran juga melihat keributan pecah di rumah. Kalau sudah begitu, biasanya aku tarik napas dulu biar ga marah-marah, dan menasihatkan Meili agar lebih mengerti perilaku adiknya yang belum mengerti dan mulai timbul sikap egoisnya. Egoisme Meili sebagai kakak juga ada, dimana dia ingin dipatuhi, dan dimengerti. Jika keduanya tidak mau kalah, biasanya aku ajak Barra bermain di luar, jajan, atau merangkul keduanya agar bermain bersama. Hmm benar-benar harus punya energi extra dan kreatif mengajak berdamai. Yang lebih merepotkan, jika bersamaan dengan deadline menulisku untuk klien atau aku lagi update untuk proyek sosial mediaku. Ibuku biasnya langsung turun membantu. Karena kurang berpengalaman, Ibuku memang lebih jitu triknya untuk mendamaikan keributan anak-anakku. Being A Mom, Mah..

Meili mendampingi Barra lomba kelereng pada Agustusan
Untungnya setiap keributan tidak berlangsung lama. Paling sekitar 10 menit bersitegang. Setelah itu biasanya Si Barra yang tiba-tiba melunak, mau mengembalikan barang kepunyaan kakaknya, mau berbagi smartphone dan bersedia bermain bersama atau Barra asyik beralih aktivitas bersama Mbahnya.

Tetapi kalau lagi damai, bikin hati trenyuh. Bagaimana tidak trenyuh menyaksikan keduanya bermain dengan rukun. Meili kerap bermain drama-dramaan.seperti dokter-dokteran, ibu-ibuan, sekolah-sekolahan, jual beli dan sebagainya. Lucu juga melihat imajinasi mereka merangkai skenario sendiri. Barra pun juga senang bermain drama. Ruang keluarga disulap berbagai bentuk sesuai imajinasi mereka. Makanya, rumah kami kadang sulit rapinya hehehe. Begitu pulang sekolah, sudah deh, Meili dan Barra bersiap buka lapak. Yang terpenting tetap terjaga kebersihannya terus menerus-menerus.

Barra asyik ikutan kakak mewarnai
Tak hanya bermain, Meili pun kerap mengajari adiknya mengaji, mewarnai gambar, berhitung, dan membaca. Jika Meili belajar, biasanya Barra otomatis turut serta. Hehhe biasanya pola tingkah Barra suka membuat aku dan Meili tertawa dan menjadi hiburan menyegarkan. Aku selalu bilang ke Meili, "Kalau kamu ingin adikmu baik, pintar, dan menurut sama kamu, Kamu harus menjadi kakak yang baik, pintar juga dan menunjukkan kepatuhan kamu sama mama. Pasti deh, Barra ikutan. Karena dia melihat tingkah laku kakaknya dan mama juga." Kalau sikap dewasanya muncul, biasanya Meili memang lebih siap untuk menghadapi pola tingkah adiknya yang macam-macam. 

Meili menunjukkan prestasi mewarnainya
Biasanya nasihatku terselip saat mengajarkan pelajaran sekolahnya atau pada saat mengaji. Sudah hampir dua bulan, aku mengajari sendiri Meili mengaji. Waktu pulang sekolah yang menjelang sore, pukul 14:30, membuatnya letih untuk mengaji di TPA pada pukul 16:00. Sehingga, atas kesepakatan aku dan Meili, kami mengaji bersama. Bersama menghapal surat, terutama heheh. Kerena sekolah Islam, memang menjadikan hapalan surat Juz Amma dan Quran menjadi acuannya. Wah, kadang malu juga, Mamanya belum hapal Al Baqarah, Meili sudah bisa. Barra pun jadi ikutan. Alhamdulillah Barra yang baru 3 tahun, sudah hapal beberapa surat pendek, doa mau makan dan mau tidur, salawat, dan baru mengenal Iqro 1. 

Alhamdulillah rutinitas ini masih tetap terjaga hingga saat ini. Barra pun sudah otomatis, usai salat Maghrib berjamaah, langsung mengambil iqronya. Jika mamanya sedang berhalangan salat, Barra mengajak kakaknya salat berjamaah bersama ibuku. Biasanya Meili yang jadi imam salat. Subhanallah. Tak habis mulut ini mengucapkan syukur atas anugrah terindah dari-Mu ya Allah. Semoga tetap dikuatkan dalam menjalani hari-hari menjadi seorang ibu. Bismillah..

0 komentar:

Posting Komentar

Terima kasih atas masukan dan komentarnya.