Teman Baru Itu Ursula Tumiwa, Penggagas Indonesia Loh
Ursula Tumiwa, baik nama maupun melihat wajahnya, jujur aku baru pertama kali melihatnya. Hehhe ya iyalah wong ketemunya juga baru sekali. Itu pun lantaran dikenalkan teman, Mbak Jatu Mursito yang mengundangku dalam suatu acara seminar "diskusi santai peran perempuan di era teknologi" untuk memperingati hari Kartini yang diselenggarakan oleh FemaleDev di gedung Carakaloka Kementerian Luar Negeri, Jakarta Selatan (21/4). Temenku, Mbak Jatu Mursito memang istri seorang aktifis promo film. So, teman-temannya kalau ditelusuri memang nggak jauh dari lingkungan film. Meski Mba Jatu sendiri, lama bergelut di dunia event organizer.
Saat dikenalkan, kami hanya saling tersenyum. Seperti biasa deh, Mbak Jatu saling menjual kami hehehe. Mbak Ursula, atau Mba Ula ini diperkenalkan sebagai seorang pengusaha, yang karyanya katanya sudah level dunia. Welehh...jadi agak minder nih. Aku mah apa atuh...
Pembawaannya ramah, orangnya cantik, dan low profile, nggak keliatan sih kalau doi seorang yang padat karya. Heheh kami memang belum sempat berbicara banyak. Hanya saling lihat-lihatan saja dan tersenyum. Karena momentnya adalah seminar, ya kami menyimak beberapa pembicara seminar yang notabene memang terdiri dari wanita-wanita keren, ada ahli gamers, Putri Indahsari (anaknya Pak Chairul Tanjung), programers dan IT dari perusahaan beken macam Google.
Tak sampai selesai kami mendengarkan kisah sukses para pembicara membangun personality branding sebagai seorang wanita tangguh, karena Mba Jatu ingin mengajak kami ngobrol santai. Sudah cukup lama juga kami tidak saling kopdaran. Padahal rumah kami berdekatan loh. Dasar juga sih aku, yang kadang sulit bagi waktu untuk urusan silaturahmi. Padahal dari ngobrol-ngobrol santai bisa melahirkan ide dan inspirasi. Ujung-ujungnya siapa tahu jadi bisa bikin kami "sejahtera" Hehe ya iya dong, bukannya dari silaturahmi kata Rosulullah, membuat kita dimudahkan rejeki. Asalkan, silaturahminya benar-benar dengan orang yang "bermutu", dan yang diobrolin juga punya bobot, nggak melulu urusan orang lain yang nggak penting. Ya nggak sih..
Tak sampai selesai kami mendengarkan kisah sukses para pembicara membangun personality branding sebagai seorang wanita tangguh, karena Mba Jatu ingin mengajak kami ngobrol santai. Sudah cukup lama juga kami tidak saling kopdaran. Padahal rumah kami berdekatan loh. Dasar juga sih aku, yang kadang sulit bagi waktu untuk urusan silaturahmi. Padahal dari ngobrol-ngobrol santai bisa melahirkan ide dan inspirasi. Ujung-ujungnya siapa tahu jadi bisa bikin kami "sejahtera" Hehe ya iya dong, bukannya dari silaturahmi kata Rosulullah, membuat kita dimudahkan rejeki. Asalkan, silaturahminya benar-benar dengan orang yang "bermutu", dan yang diobrolin juga punya bobot, nggak melulu urusan orang lain yang nggak penting. Ya nggak sih..
Dan benar saja, begitu kami kumpul, waduhhh banyak banget ide bermunculan. Kami "meeting" di seven eleven yang terletak persis di seberang Gedung Carakaloka. Jadi, ceritanya, Mba Ursula punya ide bagaimana mempopulerkan produk-produk UKM secara digital, meningkatkan pengetahuan serta skill manajerial UKM yang dikelola wanita (mompreneur). Nah, dengan kelebihan kami masing-masing, Mba Ula ingin kami bisa saling berkolaborasi. Aku di bagian promo dan networking blogger, pembicara dsb, mba Jatu pada konsep event dan kegiatan, sedangkan Mba Ursula punya tugas seperti biasanya ia lakukan, cari sponsor. Dia begitu sigap langsung menelpon rekan-rekannya untuk ambil bagian dalam pendanaan proyek ini. Respon rekan-rekannya cukup bagus aku dengar dari balik telepon. Malah, ada yang sudah bersedia menjadwalkan meeting dengan para petinggi. Welehh...cepat benar..aku jadi bingung sendiri. Padahal baru selintasan ide saja. Pembagian tugas pun segera kami buat. What's next ?
Hmm..rupanya ide itu belum bisa terealisasi. Sebabnya ? kami masih berkutat dengan kesibukan bisnis masing-masing. Mba Jatu tampak sedang garap proyek baru dengan Dennis Adiswara, aku masih menuntaskan kewajiban terhadap klien-klienku. Kami juga sudah jarang berkomunikasi.
Sampai pada suatu hari, aku tanpa disengaja bertemu dengan Mbak Ula yang sedang berpameran di Kementerian Perindustrian. Kebetulan, aku sedang ada meeting untuk suatu proyek pameran di sana. Sebelum meeting, aku menyempatkan diri berkeliling melihat pameran. Saat berkeliling itulah, Mbak Ula memanggilku. Hhehe jujur aku rada pangling. Rupanya ia mengenaliku dengan baik. "Hai Ka...ke sini dong mampir !" teriaknya. Oohh...aku langsung balik menyapaya dengan lebih ramah heheh.
Singkat cerita, aku menawari dia untuk ikut berpameran yang akan digelar oleh Puskom Kemenperin di Surabaya awal Agustus nanti. Karena memang produk yang dijajakannya unik dan idealismenya pada Indonesia, menurutku bagus untuk diapresiasi. Aku tidak menjanjikan, hanya mencoba mengajukan produk kerajinan yang berlabel "Indonesia Loh" bisa tampil di pameran. Lumayan soalnya gratis dan networkingnya ke depannya bisa bagus alias mendapatkan kesempatan lebih sering berpameran di event-event Kemenperin.
Sewaktu kami bertemu pertama kali, sebenarnya Mbak Jatu sudah memperkenalkan karya Mba Ula. Tapi belum sempat aku lihat di instagramnya, jadi tidak begitu menempel di benakku.
Sewaktu kami bertemu pertama kali, sebenarnya Mbak Jatu sudah memperkenalkan karya Mba Ula. Tapi belum sempat aku lihat di instagramnya, jadi tidak begitu menempel di benakku.
Begitu aku kulik dan lihat karyanya langsung di pameran, ternyata memang inspiratif. Ia mencoba menerjemahkan keseharian kehidupan masyarakat Indonesia dalam bentuk desain dan pesan yang unik. Indonesia loh...Dan, ini mendapatkan respon yang bagus dari orang luar negeri. Sejumlah karya Mba Ula dan rekannya sudah merambah pasar Malaysia, Jepang dan sejumlah negara. Aku terdorong sekali, untuk membantu mempromosikannya lebih giat lagi.
"Baik Mbak Ula, ini aku coba ajukan ya ke panitia. Seandainya belum diterima pamean, tapi tetap aku muat di fanpage Pameran Produksi Indonesia sebagai hasil karya kreatif anak bangsa" ujarku yang diamanahkan mengelola media sosial Pameran Produksi Indonesia.
"Baik Mbak Ula, ini aku coba ajukan ya ke panitia. Seandainya belum diterima pamean, tapi tetap aku muat di fanpage Pameran Produksi Indonesia sebagai hasil karya kreatif anak bangsa" ujarku yang diamanahkan mengelola media sosial Pameran Produksi Indonesia.
Aku sempat browshing juga untuk kepoin Mba Ula demi melengkapi postingan singkatku. Siapa sih dia sebenarnya. Wah ternyata doi seorang produser film idealis. Ya, gimana nggak idealis, dia khusus memproduseri sejumlah film dokumenter yang notabene nggak bersifat komersial alias tidak menjanjikan keuntungan segambreng. Berhasil bikin senyum produser aja kadang sudah senang banget.
Ini cuplikan yang aku posting di fanpage Pameran Produksi Indonesia :
Produser yang Cinta Indonesia itu Kini Majukan UKM Lewat "Indonesia Loh"
Sederhana dan murah senyum, itulah gambaran sekilas dari seorang Ursula Tumiwa. Lebih dekat dengan produser film 'Generasi Biru- Slank" ini, memang senyumnya tak berhenti mengembang, menyemburatkan kehangatan orang-orang di sekitarnya. Bersamanya, memang lebih enak kalau membicarakan film. Pasalnya lulusan Fakultas Teknik Elektro Universitas Trisakti ini sudah berhasil memproduseri berbagai film dokumenter yang notabene bisa terbesut karena idealisme yang menggila. Bagi orang film sepertinya sudah mahfum bagaimana peliknya berbisnis film di negeri ini.
Lantaran keprihatinannya pada industri perfilman dan pertelevisian Indonesia yang seperti tak berjiwa, tahun 2005, ia mantap menceburkan diri untuk memajukan dunia film Indonesia. Kala itu, ibu dua anak ini baru saja kembali dari perantauannya di Singapura. Tekadnya ini pun tak main-main diwujudkannya. Tiga tahun berselang, tahun 2008, bersama sutradara Garin Nugroho, ia berhasil memproduseri film perjalanan musik Slank "Generasi Biru". Menyusul karya-karya dokumenter berikutnya, seperti, Metamorfublus (2010), Dibalik Frekuensi (2011), Yap Thian Hien (2010), Dibalik Frekuensi (2011), dan The Road Prosesi Tuan Ma di Larantuka (2013). Tak puas hanya memproduseri, tahun 2009, bersama rekannya ia mendirikan Rumah Pohon Indonesia yang dijadikan sebagai wadah sineas muda berkarya.
Di tengah-tengah membangun dunia perfilman tanah air, Ula-begitu ia akrab disapa, juga giat membangun branding UKM. Lagi- lagi karena idealismenya membuat Indonesia maju dan lebih dikenal di dunia lewat karya berbobot dan tak biasa. Tahun 2011, bersama rekannya ia menciptakan kreasi fashion tas dan aksesoris rumah tangga. Bahan bakunya diantaranya ada yang terbuat dari limbah karung beras, terpal, terigu dan sebagainya. Dengan brand "Indonesia Loh", Ula mencoba memotret keseharian, kebiasaan, dan celotehan ringan masyarakat Indonesia lewat desain dan pesan-pesan yang unik. Karya "Indonesia Loh" rupanya mendapatkan respon yang bagus dari konsumen manca negara. Bahkan ada beberapa karya yang diminati masyarakat Jepang.
Bangga ya kalau ada banyak orang Indonesia yang punya passion dan cinta negerinya seperti Mbak Ursula Tumiwa ini.
Semoga kisah kita berlanjut ya Mbak Ula. Pasti ada sesuatu kenapa Tuhan mempertemukan kita...semoga sesuatu itu bisa saling memajukan. Insya Allah.. Sukses selalu untuk Indonesia Loh dan karya Mba Ula yang lainnya.