Jual Daster Batik

Jual Daster Batik

Rejeki Maling

Setiap mahluk memang dijamin rejekinya sama Allah SWT, tanpa terkecuali mereka yang berprofesi sebagai maling atau pencuri. Mungkin setiap maling juga berdoa kali ya sebelum melancarkan operasinya agar berhasil. Masalah berkah dan tidak berkah rejeki yang diperoleh dari mencuri barang orang, pastinya hanya ada di kepala orang yang ‘beriman’.

Yang penting bagi si maling, eksekusi memindahkan barang atau uang orang lain berhasil masuk ke kantong sendiri; bisa makan enak, beli barang idaman, dan sebagainya. Terserah deh urusan halal dan tidak halal karena menurut maling, itu sudah masuk ke ranah etika moral agama dan susila. Kalau moral maling, barang atau uang hasil curian bisa dibagi rata ke tim yang terlibat dan tidak mengambil kawasan maling lainnya. Makanya ada sebutan maling spesialis jemuran, spesialis motor, spesialis sepeda, spesialis burung piaraan, spesialis tape mobil dan sebagainya.

Ngomong-ngomong soal rejeki maling nih, saya mau cerita tentang kejadian yang dialami tetangga saya beberapa hari lalu. Sepeda anak lelakinya yang seharga Rp 1,6 juta raib dari rumahnya. Tak disangka, padahal tetangga saya ini termasuk orang yang rapi dan waspada. Pagar rumahnya juga tinggi, dan tertutup rapat oleh lapisan hitam. Dari luar, orang tidak bisa melihat properti yang ditaruh di halaman rumah yang berpagar itu. Tetangga saya juga jarang membuka pintu jika tidak perlu. Rumahnya memang persis berada di pinggir jalan utama. Begitu pintu terbuka saja, debu jalanan langsung hinggap.

Seperti biasanya, sebuah sepeda motor, dan dua buah sepeda anaknya ditaruh di halaman rumah yang tidak begitu luas. Agak berjejal, terlebih setelah rumahnya direnovasi dengan kamar yang dimajukan. Sebelumnya hanya ada sebuah sepeda motor dan sepeda mini. Baru enam bulan ini, mereka membeli sepeda sport untuk anak pertamanya yang mulai memasuki Sekolah Menengah Pertama (SMP).


Malam kejadian itu tidak seperti malam-malam sebelumnya. Biasanya,  kamar yang menjorok ke halaman rumahnya itu ditiduri orang tua dan seorang anak perempuannya. Sementara, anak lelaki mereka tidur di kamar tengah. Bahkan, tidak jarang sekeluarga tidur bersama di kamar depan. Namun, malam itu apes, boleh dikatakan begitu. Karena hawa dingin, mereka memilih kamar tengah. Tidak seperti biasanya, menurut pengakuan Mama Ninit - nama tetangga saya, malam itu ia tidak bisa tidur, gelisah. Suaminya pun demikian. Untuk mengusir kegelisahannya, ia memijit kaki suaminya sehingga tak berapa lama, Mama Ninit  ikut terlelap.

Sekitar pukul 01:00, ia terbangun lantaran perutnya mulas. Biasanya,  tak pernah mulas malam-malam, padahal siang tak makan yang aneh-aneh.  Dan, biasanya juga, ia selalu menyempatkan diri melongok ke luar sekedar melihat situasi dan kondisi di luar dari arah kamarnya. Namun, malam itu urung dilakukan. Setelah dari toilet, sempat pula ia mengambill kayu putih di ruang tengah. Pukul 02:00, ia masih belum tidur di kamarnya, membalur minyak kayu putih. Jarum jam terus berputar mengiringi detik-detik kantuk mereka hingga subuh.

Betapa terkejutnya begitu pintu rumah dibuka, sang suami tak menemukan sepeda sport anak lelakinya itu. Ban sepeda mini anak perempuannya juga dikempeskan. Terlihat, jejak kaki di lantai dan goresan sepeda di tembok rumah. Rupanya si maling memanjat dari pagar rumah. Hmm..malam itu sukses bagi maling. Sejak kejadian itu, tetangga saya lebih ekstra lagi menjaga propertinya. Motor dan sepeda mini anak perempuannya ditaruh di dalam.

Kejadian serupa juga menimpa tetangga saya yang lain. Tidak tanggung-tanggung, dalam satu malam, maling berhasil mengambil dua burung plus kandangnya. Burung tetangga saya memang belum lama ingin dibeli temannya. Tetapi karena sayang, tetangga saya tidak mau menjualnya. Eh,.malah diambil maling. Malam apes itu, tetangga yang biasanya selalu memasukkan burung  ke dalam rumahnya, ia lupa. Burungnya masih terongggok di halaman rumah dengan pintu pagar terkunci. Sempat kepikiran mau memasukkan setelah menidurkan anaknya. Keesokan harinya, burung plus kandangnya sudah tidak berada di tempatnya. 

Saudara saya juga mengalami hal sama. Motor Yamaha kerennya seharga Rp 20 juta  dicuri. Padahal  tinggal tiga bulan cicilan.  Saudara saya pun terbilang hati-hati menjaga barangnya. Setiap keluar rumah, pintu pagar selalu dikunci. Pagi itu, sepulang dari salat subuh di musala yang tak tak jauh dari rumahnya, saudara saya tumben lupa untuk mengunci pagar. Hanya diselipkan saja ujungnya, yang sebenarnya juga jika dibuka, terdengar gaduh. Subuh itu benar-benar subuh kesuksesan maling. Dalam waktu beberapa detik saja, motor Yamahanya raib. Maling..maling ... rejeki memang telah diatur oleh-Nya meski melalui jalan yang melanggar aturan-Nya.

Terlepas dari soal maling, bagi kita yang masih aware dengan keberkahan rejeki, hikmah barang kecurian sangat besar. Jika kita ikhlas, semoga Allah kasih gantinya dengan sesuatu yang melebihi barang itu. Barang yang kecurian juga merupakan peringatan dari Allah atas rejeki kita. Bisa jadi, kita kurang sedekah atau ada rejeki yang tidak berkah di dalamnya. Allah membersihkan rejeki kita dengan cara demikian. Terus introspeksi diri dan berprasangka positif . Inshaa Allah, jika kita merasa jalan mendapatkan rejeki sudah benar, semoga itu menjadi ujian untuk meningkatkan derajat kita sebagai mahluk-Nya.

Yang pasti, Allah tidak akan menyia-nyiakan usaha halal hamba-Nya sekecil apapun itu. Dan, bagi si maling, semoga disadarkan. Karena rejeki yang diperoleh dengan cara mencuri itu tidak ada keberkahan. Ia menjadi semakin haus mengambil barang orang, hidupnya gelisah,  tidak tenang. Belum lagi ujian penyakit dan berbagai masalah buruk yang bakal menimpanya di kemudian hari. Yuk kita bersihkan rejeki melalui sedekah. Selalu introspeksi terhadap rejeki yang kita dapatkan, siapa tahu tanpa disadari, kita luput dari jalan memperoleh rejeki barokah dan halal.Instrospeksi.


Dasbor bermasalah tidak bisa posting ? Cek Browshernya !

Sudah dua hari dasbor blogger bermasalah, tidak bisa posting (entry baru) dan edit postingan. Halaman entry tiba-tiba  blank. Tetapi untuk aplikasi lainnya, lancar-lancar saja. Tentu  ini membuat saya yang sedang giat ngeblog sedikit kesal. Mau tidak mau, konsentrasi saya jadi terbagi untuk membenahi dasbor yang sedang bermasalah.

Saya mencari informasi lewat browshing. Macam-macam analisis dari rekan-rekan blogger yang mempunyai masalah sama dengan saya. Ada yang bilang, koneksi internet lemot, browsher yang dipakai sedang bermasalah, account blogger kita diblokir karena ada pelanggaran, sistem bloggernya sedang proses maintainance sehingga kita harus sabar menunggu beberapa hari dan sebagainya.

Saya coba cari solusi satu-satu dari faktor penyebabnya. Pertama dari browsher, yang semula menggunakan mozilla, saya ganti menjadi chrome. Alhamdulillah, di chrome halaman entry dan edit postingan bisa dibuka, tetapi begitu mau uplod foto atau gambar tidak bisa. Saya coba cara manual, dengan menggunakan html foto atau gambar yang ingin kita ulplod, caranya :

1.    Foto yang ingin diuplod pindahkan dulu. Bisa ke Facebook, flicker, photobucket, google+. Lebih mudah saya pakai account google+. Bagi yang belum memiliki account google+ buat dulu ya. Bagi yang sudah punya, langkahnya seperti uplod foto biasa. Setelah diuplod, foto tersebut diklik sehingga keluar sesuai dengan ukuran aslinya. Kode html foto diperoleh dari meng-klik kanan foto itu dan pilih “copy image location”. 



2.    Pilih notepad pada PC anda, dan  kode html akan muncul setelah anda pastekan pada notepad. 
Seperti berikut ini :

https://lh6.googleusercontent.com/-bnp4uV7epws/Ut6RQmOKo4I/AAAAAAAABro/Ak89mHLewQA/w803-h406-no/bahagia+itu.jpg

3.    Kembali ke entry, pilih html yang terletak di sebelah compose. Tentukan lokasi yang ingin anda uplodkan fotonya. Cari kode ini, ganti warna merah dengan kode html foto Anda.

<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"> <a href="https://lh5.googleusercontent.com/-bnp4uV7epws/Ut6RQmOKo4I/AAAAAAAABro/Ak89mHLewQA/w803-h406-no/bahagia+itu.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="323" src="https://lh5.googleusercontent.com/-bnp4uV7epws/Ut6RQmOKo4I/AAAAAAAABro/Ak89mHLewQA/w803-h406-no/bahagia+itu.jpg" width="640" /></a></div>

4.    Kemudian, klik compose, atur ukurannya sesuai kebutuhan.

Alhamdulillah, saya bisa menyelesaikan masalah postingan dengan menggunakan browsher chrome. Lantas apa kabar mozila saya ? sepertinya memang ada masalah. Tiada jalan lain, sepertinya harus direfresh. Sejumlah tutorial refresh mozilla banyak diulas oleh rekan-rekan blogger. Akhirnya saya coba untuk menginstal refresh otomatis. Bisa buka di sini. Ikuti petunjuknya. Alhamdulillah, mozilla saya kembali normal dan saya bisa memposting sekaligus mengedit postingan.

Semoga bermanfaat menjadi solusi tidak bisa posting dan edit postingan pada dasbor blogger.

Kumpulan Emak Blogger, Tempat Ngayapnya Emak Ngenet


Bagi yang merasa emak-emak atau yang menuju jadi emak, suka ngenet dan senang berbagi, mari merayap ke Kumpulan Emak Blogger (KEB) ! Dijamin bakal nyesel. Nyesel sangat, kenapa nggak dari dulu mengenal komunitas ini. He hehe itulah yang aku rasakan sejak bergabung pada pertengahan 2013. Tepatnya ketika aku mengikrarkan diri menjadi blogger. 

Awalnya aku mengetahui komunitas ini secara selintas di stasiun televisi. Aku lupa di stasiun TV apa. Seorang presenter mewawancarai beberapa orang wanita cantik berkerudung. Mungkin salah satunya Mak Mira kali ya..serius lupa karena sambil beberes rumah melihatnya. Dari segi nama ‘Emak” pun sudah menarik hatiku. Pemilihan nama yang begitu sederhana, populer, dan terkesan enerjik. Namun karena kesibukan di kantor, Kumpulan Emak Blogger ini sempat hanya mengendap di benak saja. 

Kurang lebih setahun berselang, saat  sudah bebas dari rutinitas kantor, aku teringat dengan komunitas ini. Kayaknya pas nih dengan passion-ku yang suka nulis. Aku browshing di google mencari komunitas ini.  Alhamdulillah dapat alamat situsnya, twitter dan grubnya langsung. Wahh, asyik juga komunitas ini, benar-benar edukatif buat emak-emak yang ingin eksis berkarya lewat blog. 

Tetapi waktu itu, aku belum punya blog yang bagus. Jadi nggak PD juga buat memperkenalkan diri. Duniaku memang menulis, tetapi ehhe masih bingung mau buat blog tentang apa. Aku sebenarnya bukan tipe yang suka curhat-curhatan di blog..agak pemalu heheh. Akhirnya, aku buat blog yang berisi tentang bisnis hotel, sesuai dengan bidang garapanku sewaktu menjadi wartawan di majalah MICE dan pariwisata. Ya, sekalian membangun hubungan juga dengan beberapa klien hotel yang masih sering kirim imel tentang propertinya. Kepikiran mau bisnis online dengan topik perhotelan. Mulailah di sela-sela kesibukanku sebagai writerpreneur, aku menulis sejumlah artikel tentang bisnis hotel. Blogku : http://seputarhotel.blogspot.com. Setelah rada penuhan, mulailah aku gabung di KEB. Tetapi, lagi-lagi aku belum memperkenalkan diri, hanya jadi silent reader aja, me-like postingan yang menarik. Menjelajahi beberapa blog emak. Paling kalau ikut lomba blog, KEB jadi tempat sharing.

Wahh, ternyata KEB ini begitu hidup. Dalam sehari bisa lebih dari 10 postingan blog emak-emak. Ada yang  berbagi resep masakan, cerita perjalanan, mendidik anak, tutorial blog,kontes-kontesan blog dan sebagainya. Bahkan, sampai dini hari pun, beberapa emak masih aja ada yang posting. Energi emak memang tiada habisnya. Siang sibuk ngurus anak dan keluarga, malam masih bisa ngayap di KEB sambil posting. Dapur KEB ngebul terus ! Tersedia santapan pagi, siang, sore, malam hingga dini hari. 

Anggota KEB juga amat beragam, dari yang merasa skill menulisnya biasa saja sampai yang sudah jadi suhu kumpul di sini, saling berbagi dengan penuh kerendahan hati. Sampai pada suatu ketika blogku ada masalah, dan share dengan salah satu anggota KEB, Mbak Susan namanya, ehhh segera  direspon. Dengan penuh kesabaran, Mba Susan membimbingku untuk menyelesaikan masalah pada blogku. Bukan main aku jadi terharu dengan kebaikan beliau. Padahal belum saling kenal, tetapi sudah dengan seriusnya ingin membantuku. Sebagai bentuk rasa terima kasih yang ternilai, aku mulai mengajak Mbak Susan bekerja sama, menulis di beberapa proyek penulisanku. Semoga tahun ini bisa lebih banyak bekerja sama ya Mbak Susan. 

Founder KEB juga Subhanallah begitu ikhlas berbagi pengetahuan dan membimbing emak-emak yang ingin maju di dunia blogger. Meski menulis adalah pekerjaanku, tetapi rasanya skill aku belum seberapa dibanding emak-emak di sini. Aku merasa harus perlu mengasah untuk menulis yang bertutur, mengalir, sebebas-bebasnya dengan gaya sendiri ala blogger. Berbeda sekali, menulis gaya wartawan yang selama ini aku geluti. Ternyata enak juga menulis gaya bebas ala blogger. Bisa setidaknya memperingan beban di dada, mengusir penat, dan relaks. 

Mulailah aku buat blog lagi, khusus tentang keluarga dan curahan hati. Menulis di blog memang bisa menjadi terapi (testimoni). Makanya tak heran, jika ada yang sampai keranjingan menulis blog. Sehari saja tidak menuangkan isi hati di blog, rasanya seperti sayur tanpa garam. Hehhe cuma aku belum sampai ke level itu. Kalau lagi banyak pesanan tulisan, blog jadi mengendap. Untuk refresh, biasanya saya ikutan lomba lagi. Meski jarang menang, tetapi sudah sangat senang bisa mengukur kemampuan diri. Dan, yang membanggakan, rupanya dari emak-emak di KEB banyak eksis sebagai pemenang. Saluttt sekali. Pantaslah jika KEB selama ini aku istilahkan sebagai Kumpulan Emak Berprestasi..Berpretastasi bukan hanya menang lomba, tetapi dalam segala hal untuk menginspirasi emak-emak agar bisa  berkembang dan maju bersama. 

Selamat ulang tahun KEB yang ke-2. Semoga makin eksis, makin menginspirasi, sesuai dengan semboyannya ‘Inspirasi Perempuan,’Kami Ada untuk Berbagi”..Bangga menjadi anggota Kumpulan Emak Blogger. Terima kasih untuk Makmin yang dengan konsistennya menjaga ketertiban para anggota KEB. Biarpun komunitas, jika dikelola dengan profesional dan penuh kasih sayang, hasilnya terasa di dalam hati. Ayo emak-emak yang masih bingung cari tempat ngayap yang asyik, gabung aja di Kumpulan Emak Blogger ! itulah bunyi promoku ke sejumlah teman-temanku.

Ketika Kujemput Jodohku di Milis Itu...

Jodoh..hmmm (sambil tarik nafas panjang), memang penuh misteri. Ada yang penuh lika-liku menemukannya hingga menguras emosi dan air mata, ada juga yang dengan mudah. Namun, apapun itu jalannya, bagi yang akhirnya sudah menemukan pujaan hati dan bersedia mengikat janji untuk selalu bersama dalam suka dan duka, terus beryukur ya. Karena, kesediaan bersama untuk waktu lama bahkan hingga azal menjemput, sekali lagi bukanlah perkara enteng. 

Tak ayal, karena takutnya mengemban janji itu, tidak sedikit yang memutuskan tidak menikah. Atau, cukup ‘senang-senang sesaat” sekedar menyalurkan nafsunya. Bahkan, konyolnya lagi, untuk kesenangan sesaat seakan di-halal-kan dengan adanya kawin kontrak yang kini mulai marak dilakukan oleh oknum ustad juga. Na’udzubillah. 

Pernikahan, jujur sempat membuatku khawatir. Khawatir apakah aku dan suamiku kelak mampu menjalaninya. Ketertarikanku pada dunia pernikahan, sudah dimulai sejak SMU. Waktu itu aku kerap membaca artikel “Oh Mama Oh Papa’ pada suatu majalah wanita terkenal di zaman itu. Artikel yang mengulas kisah nyata tentang kehidupan rumah tangga dan hubungan sepasang anak manusia yang mengharu biru. Ya, kehidupan rumah tangga dideskripsikan menjadi persoalan yang begitu pelik. Apalagi, sejak kecil aku kerap mendengar keributan dari rumah tangga  tetangga sebelah yang berujung pada perceraian. Belum lagi rumah tangga saudaraku yang tak kunjung damai. Syukurlah, rumah tangga orang tua meski tak mulus-mulus amat, masih bisa harmonis. 

Pengetahuan dini tentang pernikahan  menjadi motivasi kuat bagiku untuk tidak sembarang memilih sosok pendamping hidup. Sejak SMU,  ketika benih-benih suka pada lawan jenis tumbuh, aku sudah memasang kuda-kuda,  berdoa minta diberikan suami yang baik, soleh, dan bertanggung jawab. Hehe doa yang lumayan serius untuk anak SMU.

Karena aku suka berorganisasi dan senang dengan figur pemimpin yang bertanggung jawab,  kriteria suamiku bertambah dalam doaku ; suami yang suka berorganisasi, seorang pemimpin yang bijaksana, bertanggung jawab dan pintar.  Doa minta jodoh dan keturunan yang baik seperti yang termaktub dalam QS Al Afurqan : 74 : Robbana hablana min azwajina wa dzurriyatina qurrota a'yun waj'alna lil muttaqiina imaama...tak pernah berhenti kupanjatkan pada setiap akhir salatku.

 Aku pun menancapkan niat dalam hati, hanya lelaki yang bakal jadi suamiku yang akan aku ajak ke rumah. Masa itu, aku aktif di organisasi keagamaan di sekolah yang memang melarang pacaran sebelum nikah. Alhamdulillah, konsep no pacaran, aku pegang teguh sampai jenjang pernikahan. 

 Sempat berkomitmen 

 Menjelang kelulusan sarjana, Allah menjawab doaku selama ini. Aku dipertemukan dengan seorang pria, kakak angkatanku di kampus. Jarak angkatan kami cukup jauh. Aku angkatan 97, dia 93. Jurusannya pun berbeda sehingga kami tak pernah berjumpa di kampus. Justru kami bertemu di kantornya saat aku baru merencanakan skripsi tentang pemberitaan konflik Sampit di medianya. Dia diminta pemrednya menjadi pembimbing skripsiku. 

Rupanya, pertemuan kami pertama kali, menimbulkan kesan baginya. Sementara, aku biasa saja. Hanya senang karena dia pintar dan banyak pengetahuan. Tak berapa lama, tiba-tiba dia  “menembakku” langsung untuk dijadikan istrinya via imel. Aku sempat tidak menanggapi. Karena, saat bertemu, dia begitu serius dan tidak menunjukkan ingin berhubungan yang lebih. Tetapi imel-imelnya terus meyakinkanku bahwa dia serius.

Di tengah keraguan, dan rada opurtunis juga supaya skripsiku lancar, akhirnya aku coba jalani dulu komitmen untuk berteman lebih dalam. Sebelumnya aku juga mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang dia dari beberapa rekanku yang pernah seorganisasi dengannya, juga dari beberapa dosen. Rupanya, dia cukup terkenal di kampus sehingga tidak ada alasan untuk menolak ajakan seriusnya untuk menikah.  Di sisi lain, aku bersyukur karena dia adalah sosok pria yang aku cari : soleh, aktif berorganisasi, pintar, rajin membaca, dan bereputasi baik karena tanggung jawabnya yang tinggi. Hanya saja dia sangat serius.   Allah benar-benar mengabulkan permohonanku selama ini, cetusku.

 Kurang lebih enam bulan kami jalani melalui hubungan jarak jauh : Jakarta-Bandung. Kami begitu akrab berkomunikasi via imel dan telepon. Namun, tak dimungkiri, ada perasaan berbeda di hatiku ketika bertemu. Ada rasa ketidaknyamanan saat bersamanya. Aku jadi seperti bertemu dengan dosen. Dan, seperti punya PR, untuk mengumpulkan banyak pengetahuan agar bisa nyambung berkomunikasi. 

Karena dia wartawan, tentu pengetahuannya sangat luas. Aku merasa tidak percaya diri. Padahal berbagai informasi dan pemberitaan politik dan humaniora sudah kulalap. Tetapi tetap merasa kurang saja saat bersamanya. Sehingga kalau bertemu, aku jadi kikuk, dan tidak bisa bebas berdiskusi. Tetapi, kalau komunikasi via imel, lancar-lancar saja. 

 Akhirnya, aku evaluasi kembali hubungan kami. Aku mencoba menanyakan komitmennya. Dia mantab menjawab, ingin menikah denganku. Namun, saat aku desak soal waktu menikah. Dia menjawab, sekitar 2-3 tahun lagi. Alasannya, penghasilannya masih belum cukup. Hmm..aku menarik nafas. Waktu 2-3 tahun bukanlah sebentar. Belum tentu tiga tahun kemudian, kami berjodoh. 

Akhirnya dengan berat hati, bulan Juli 2002, terpaksa aku putuskan hubungan itu. Dia sempat meralat agar akhir Desember 2002 kami menikah. Tetapi tetap, aku katakan, kita berteman biasa saja sampai Allah mempertemukan kami kembali. Waktu itu skripsiku juga belum selesai. Biarlah, aku jadi lebih mandiri mengerjakannya. November 2002, Alhamdulillah aku berhasil menjadi Sarjana Komunikasi. Soal cinta, aku memang lebih banyak pada logika.

 Mailing List Sahabat

 Aku tak pernah menyangka, mailing list sebuah perkumpulan islam di fakultas teknik universitas ternama di negeri ini menjadi sejarah dalam hidupku.  Berawal dari seorang sahabatku sewaktu SMU yang kuliah di sana, kerap mengirimkan imel seputar keislaman dari milis tersebut.   Aku sangat senang membaca  artikel  yang di-forward-kannya. Sehingga, aku memutuskan bergabung menjadi bagian anggota milis itu pada Oktober 2001. Agak malu juga bergabung karena bukan bagian dari mahasiswa Universitas Indonesia. Tapi kata sahabatku (kini sudah almarhumah), tidak masalah dari mahasiswa di luar UI. 

Setahun lebih aku bergabung dengan komunitas mailing list tersebut tanpa memberikan data dan memperkenalkan diri. Statusku pun sudah menjadi wartawan di sebuah majalah mingguan bisnis dan hukum.

Dunia media memang merupakan passion-ku.  Aku begitu sibuk menikmati petulangan menguber sumber berita. Aku hanya berfikir bagaimana bekerja yang baik agar beritaku layak muat, gajiku bisa untuk membiayai kuliah adik dan membantu kebutuhan sehari-hari orang tuaku. Aku anak pertama dari tiga bersaudara. Terasa betul tanggung jawab yang harus dipikul.

Dunia wartawan memang tidak mudah dijalani, terutama bagi wanita. Waktu itu, satu kantor, perempuan hanya dua orang. Selebihnya, laki-laki  matang usia. Tak pelak, kehadiran wanita kerap menjadi bulan-bulanan digoda para lelaki di kantorku. Sempat merasa risih juga ketika beberapa orang ada yang tertarik kepadaku. Bahkan, ada yang nekat memberanikan diri ingin selalu bersamaku kemanapun aku liputan. Wahh...sedangkan aku sama sekali tidak tertarik padanya. Keadaan ini sempat membuatku resah dan mengganggu pekerjaanku. Selintas aku ingin keluar dari kantor yang mematangkan jiwa kewartawananku. Tetapi, di sisi lain, pengalamanku masih seumur jagung. Belum PD juga untuk melamar di media lain. Biarlah, disabarin aja, itung-itung belajar, hiburku. 

Namun, kian hari, ketidaknyamanan lingkungan terasa begitu mengganggu konsentrasiku. Hingga akhirnya, tercetus solusi “menikah” untuk menghindari kejarannya. Tetapi menikah dengan siapa ? heheh aku juga belum punya pacar. Memang keasyikan bekerja, meluputkan perhatianku untuk segera menikah. Dalam bayanganku, kalau aku menikah, pasti tidak bisa lagi menjadi jurnalis. Suami mana yang rela istrinya bekerja larut malam. Liputan bersama dengan fotografer cowok, boncengan sepanjang hari. Waduhh...antara siap dan tidak siap juga meninggalkan petualangan ini.

Sampai pada suatu ketika, aku liputan di luar kota dan bertemu dengan seorang jurnalis wanita. Kami sekamar. Sepanjang malam, kami ngobrol tentang banyak hal, salah satunya tentang pernikahan.  Ocehannya malam itu rupanya kena di hati dan membuka pikiranku. Usianya sudah lebih dari 35 tahun, belum menikah. Sedangkan aku baru 23 tahun. Intinya, wartawati dari sebuah tabloid ekonomi di Jakarta itu memintaku untuk berfikir lagi tentang profesi jurnalis. Kata-kata terakhir yang masih kuingat darinya adalah,”Mumpung belum terlambat, sebaiknya kamu berfikir untuk menikah dari sekarang,” Ia merasa  sudah terlambat menikah. Ada rasa tidak butuh pendamping hidup, lantaran begitu asyik bergulat dengan kesibukan dan deadline. Hmmm.. ada benarnya juga. Mau sampai kapan aku menjalani hidup seperti ini.

 Pria di kantorku makin aktif mendekatiku. Sungguh membuatku jadi ilfil. Tak ada cara lain, kecuali memohon pada Allah agar dikuatkan. Aku termasuk wanita yang tidak bisa judes dengan pria. Namun begitu, aku berupaya bergaul dengan wajar, dan tak memberikan harapan apapun. Dalam kondisi yang tidak enak, aku bilang ke Allah, aku ingin menikah. Kalau dulu aku meminta sejumlah syarat untuk pendamping hidup, tetapi kali ini, aku hanya berdoa meminta yang terbaik saja menurut Allah. Karena Allah Maha Tahu yang terbaik untuk hamba-Nya. Ustadz pun selalu mengatakan, kalau ingin mendapatkan suami yang baik, kita harus menjadi orang yang lebih baik. 

 Teguran Moderator Itu

Setelah lebih dari setahun menjadi anggota pasif  di milis sahabatku, akhirnya moderator melayangkan imel kepadaku. Pada waktu itu memang ada kebijakan pendataan kembali anggota milis.  

> > > --- afifudin wrote: 
> > > > Untuk pendataan, Ana harap antum mau mengisi 
> > > > formulir di bawah ini dan mereply-nya. 
> > > > 

 Email ini sempat aku acuhkan. Untuk kali kedua, moderator kembali mengingatkanku agar mengirimkan biodata. Merasa tidak enak juga, dan merasa bersalah, tidak permisi dulu bertamu, akhirnya  biodata kukirim ke milis tersebut. 
 ----- Original Message ----- 
> > From: "kartina sari" > > 
To: > > Sent: Saturday, March 29, 2003 3:44 PM 
> > Subject: Re: .: fusi-04 :. Biodata 
> > > Assalamu'alaikum, 
> > >  Maaf ya, kalau sejak saya ikut milis ini pada bulan Oktober  2001, saya belum mengisi data diri saya.Terus terang  saya senang bisa menjadi anggota milis ini karena saya mendapat banyak masukan tentang wawasan keislaman.
 > > > Nama : Kartina Ika Sari
 > > > Fakultas : Ilmu Komunikasi UNPAD, 
 > > >Jurusan Jurnalistik Universitas Padjadjaran, angkatan 97 (lulus)  Pekerjaan : wartawan majalah TRUST (bisnis dan  hukum)
 > > > No. telp : kantor: 7228981, HP 0815 9390445
 > > > Alamat : Palmerah Barat Rt 003/010 No. 41 Jakarta Barat
 > > > Pesan/kesan : Kuatkan ukhuwah, timba wawasan dan ghiroh keislaman salah satunya melalui milis ini. 
 > > > Terima kasih. 

 Dua hari kemudian, aku mendapatkan imel balasan. Aku kira dari moderator, ternyata dari salah seorang anggota milis juga. 
 From: "Teguh Setiono"  
To: "kartina sari" Sent: Monday, March 31, 2003 11:27 AM
 Subject: Re: Fw: .: fusi-04 :. Biodata 
 > > boleh kenal lebih lanjut enggak ya........ 

 Jadilah percakapan ringan via imel. Rupanya pria dibalik nama Teguh Setiono itu bekerja di industri farmasi. Bukan suatu kebetulan, majalahku tengah mengangkat berita tentang industri farmasi. Lumayanlah buat nambah-nambah channel untuk  background liputanku, pikirku.

 Seminggu setelah perkenalan via imel, kami kopi darat dengan tujuan wawancara. Jujur, aku tidak ada feeling apa-apa. Tetapi memang, dari gaya tulisannya via imel, sepertinya ada maksud lain tersembunyi. Tetapi, tidak kuhiraukan. Statusnya sama seperti narasumberku lainnya.

 ####

 Sabtu hari itu, dia pulang setengah hari. Kami janjian di kantorku. Rupanya, kantornya tidak begitu jauh dengan kantorku. Hmm dari segi penampilan, apalagi wajah, aku benar-benar tidak tertarik. Makanya, aku tidak  canggung  saat kami berboncengan menuju sebuah mal di Blok M, Kebayoran Baru. Aku sudah menganggapnya seperti teman-teman cowokku lainnya. 
Aku sudah menyiapkan recorder dan catatan kecil. Barangkali ada informasi penting yang perlu dicatat. Tetapi ternyata pertemuan itu tidak membuahkan hasil bagi liputanku. Dia terlalu pendiam, dan hanya menjawab sekadarnya. Padahal aku sudah memancing dengan sejumlah pertanyaan yang butuh jawaban eksploratif. Hmm  aku jadi underestimate. Wah, salah orang nih. Tidak ada hasilnya hampir satu jam ngulik-ngulik pertanyaan tentang peta industri farmasi, minimal dari perusahaannya sendiri. Usut punya usut, dia juga bukan mahasiswa UI. Statusnya di milis itu sama denganku, anggota terselubung yang hanya ingin menambah pengetahuan tentang keislaman. 

Selama pertemuan, dia banyak memandangiku. Hufff...aku mulai tidak nyaman dengan situasi ini. Langsung saja aku to the point menanyakan maksud  sebenarnya bertemu. Dia menjawab tenang, mau kenal aku saja dan berharap bisa ke jenjang hubungan yang lebih. Waduhhh...aku nggak bisa berkomentar apapun. Hanya terdiam dan “mengaburkan” diri ke toilet untuk menenangkan diri. 

Di dalam toilet, aku berfikir keras bagaimana menolak ajakan pertemanan khusus darinya. Meski di sisi lain aku memang tengah meminta jodoh kepada Allah. Tetapi gimana ya, aku sama sekali nggak tertarik. Ya Allah maafkan hamba-Mu yang kurang bersyukur dan ikhlas menjalani ujianmu. Lantas, Aku teringat bagaimana aku memutuskan hubungan dengan pria ta’arufku dulu. Ketika ditanya menikah, dia langsung menawar. Siapa tahu begitu ditanya pernikahan, dia juga nawar waktu. Ini celah bagiku untuk  langsung meng- cut detik itu juga. 

 Begitu balik dari toilet, bagaikan punya kekuatan menang, tanpa embel-embel lagi, aku lancarkan peluruku. “Oke, terima kasih kalau mas mau mengenalku lebih dekat. Tetapi maaf mas, aku tidak mau berkomitmen. Kecuali sudah pasti akan menikah. Dan, itu pun tidak lama prosesnya. Maksimal enam bulan. Kalau dalam jangka waktu enam bulan tidak melamarku. Ya sudah kita berteman saja,” ujarku lugas.

 Mendengar pernyataanku, dia malah langsung menjawab, “ Baiklah, saya akan melamar kamu segera.” Waduhhh...aku kaget betul. Aku nggak mau kalah. Aku langsung berondong lagi dengan berbagai pertanyaan tentang visi rumah tangga dalam pandangannya. Aku juga menasbihkan diriku bukan istri solehah seperti dambaannya. Aku bilang, seandainya aku jadi istri kamu, kedudukanku adalah sebagai partner yang sejajar. Aku tidak mau diperlakukan seperti istri  yang melulu disibukkan dengan mencuci, menyetrika dan segudang pekerjaan rumah tangga. Aku katakan, aku paling malas mencuci, meyetrika dan sebagainya. Aku juga bilang,  tidak bisa memasak, ingin tetap bekerja sebagai wartawan, dan sebagainya yang jelek-jelek. 

Tetapi, dia tetap  menjawab enteng,” Aku mencari istri bukan pembantu. Kalau kamu nggak mau mencuci, menyetrika dan sebagainya, bisa cari pembantu. Tugas merawat anak merupakan tanggung jawab bersama," jawabnya. Dan, dia tidak melarangku untuk menjadi wartawan setelah menikah.  Jujur, mendengar pernyataannya tentang kehidupan rumah tangga, aku jadi klik. Visi dan misi kami ada kesamaan dalam memandang sebuah rumah tangga, rejeki, dan hikmah hidup.

Kurang lebih dua jam kami bertemu dan merasa ada peluang dariku, dia langsung ingin mengantarku ke rumah. Aku tidak mengijinkannya. Tetapi dia memaksa.  Akhirnya kami pulang bersama. Ibu dan adikku yang melihat aku dibonceng lelaki, mengiranya tukang ojek. Ibu dan adik baru nyadar ketika  dengan sopannya dia memberi salam. Aku langsung mengenalkan dia kepada orang tuaku. Aku kira dia hanya ingin bertatap muka dan ngobrol ringan dengan orang tuaku. Ternyata, tanpa kuduga, dia langsung menyatakan ingin menjadikan aku istrinya. Wahh sontak bapakku kaget. Nggak ada angin, nggak ada hujan, anak sulungnya dilamar seorang lelaki. Selama ini aku belum pernah cerita soal kekasih apalagi calon suami. Membawa pria masuk ke rumahku pun belum pernah.

Tanggal 20 April 2003, dia menepati tantanganku sebelum enam bulan sudah melamar. Dia memboyong orang tuanya dari Kebumen, ditemani tiga kakaknya yang juga membawa keluarganya untuk melamarku. Kami merencanakan menikah tanggal 20 Mei 2003. Tetapi atas kesepakatan keluarga dari kedua belah pihak, akhirnya pernikahan kami ditunda sampai tahun depan. Baik orang tuaku maupun orang tuanya, masih meragukan komitmen kami yang baru bertemu dalam hitungan hari langsung memutuskan menikah. Apalagi kenalnya sebatas dari internet. Keduanya tidak saling mengenal, tidak ada rekan dekat  yang setidaknya menjadi referensi salah satu diantara kami.  Argumen mereka, memilih suami, jangan seperti membeli kucing dalam karung. Hmm menyerahlah aku ketika cincin emas dilingkari di jariku oleh ibunya. 

Dia bukan yang Kuinginkan, melainkan yang Kubutuhkan

Kurang lebih 10 bulan kami jalani proses ta’aruf. Selama perjalanan itu, sejak bertemu  tidak ada yang berubah darinya. Kecuali,  tampak lebih rapi dengan potongan rambut lebih pendek. Dia tetap pendiam, irit bicara, kalau ditanya, jawabannya singkat. Sementara aku, banyak bicara. Jadi aku harus banyak mengorek tentang segala hal. Tapi herannya, tetap dijawab singkat dan paling cuma senyum atau anggukan kepala. Suaranya pun kecil. Aku mendapatkan gambaran jelas tentang dirinya melalui imel-imel dia dalam memperkenalkan diri. Dia bisa panjang lebar menjelaskan via tulisan. 


Selain itu, dia juga tidak suka membaca, seperti yang aku inginkan. Tak juga suka berorganisasi, sedangkan aku super aktif. Intinya, dia tipe cowok rumahan. Dia sangat tenang, cermat, tidak grasak grusuk, tidak panikan, berbeda sekali dengan aku. Wahh...karakter kami bagai langit dan bumi. Yang menyamakan kami hanya kesukaan pada makanan saja heheh sama-sama suka asinan dan tidak begitu senang dengan perempuan yang berdandan. Wah pas dong, aku paling males dengan dandan.  Gaya  sporty, nyaris tanpa make up

 Sepanjang waktu itu, aku terus berdoa, minta dipermudah jika memang dia yang terbaik. Kalau memang bukan jodoh, agar dijauhkan dan diselesaikan sesuai dengan cara Allah. Yang jelas, makin hari, aku merasa makin nyaman bersamanya, merasa menjadi diriku sendiri, tanpa ada kepura-puraan untuk menjadi seperti orang lain. Dia pun tampil apa adanya. Kami benar-benar eksis dengan keadaan diri masing-masing.Benih-benih suka yang ditumbuhkan dari sikap apa adanya mulai menghinggapi hatiku.

 Sampai pada tanggal pelaminan, Sabtu, 14 Februari 2004. Hari itu, pasangan yang ingin menikah banyak sekali.  Mungkin karena momen hari valentine. Aku juga baru ngeh kalau pilihan tanggal pernikahan kami bertepatan dengan Hari Kasih Sayang. Kami hampir tidak mendapat waktu menikah hari itu. Sampai malam jadwal penuh. Kalau mau, paling di pagi hari, pukul 07:00, jadwal pertama penghulu itu.  Ya, akhirnya Alhamdulillah, menikahlah kami pada jam tersebut.

 14 Februari 2014, tepat 10 tahun pernikahan kami. Tak henti bibir ini mengucap syukur pada-Mu ya Allah. Kami masih teguh dalam perjanjian itu. Dia tetap tak berubah, sebelum dan sesudah menikah, memang seperti itulah orangnya. Kami pun tak saling menuntut untuk berubah. Seandainya kami ingin berubah ke arah yang lebih baik, itu karena kesadaran kami yang memang seharusnya berubah. Bukan karena desakan, apalagi paksaan. Sampai akhirnya aku memutuskan risain menjadi wartawan setelah 9 tahun bergelut di dunia media, karena kesadaran ingin lebih memperhatikan perkembangan dua buah hatiku. Dia tak pernah menyuruh untuk berhenti, semuanya diserahkan kepadaku.

 Tak dimungkiri  riak-riak kecil dalam biduk rumah tangga kami selalu ada. Bagaimana tidak, dua pribadi yang sangat berbeda disatukan dalam ikatan pernikahan.    Riak itu aku pandang sebagai tanda penyesuaian  dan menjadi hal yang wajar  sepanjang tidak menyangkut yang prinsip. Dia tak hanya menjadi seorang suami dan ayah bagi anak-anak kami, tetapi sekaligus juga sahabat dan partner kerja karena kami berkolaborasi dalam bisnis bersama. Di sisa hidup kami, impian kami pun sederhana, hanya ingin selamat dunia dan akhirat dengan rejeki yang barokah. Semoga ya Allah. 

Tulisan ini disertakan dalam Giveaway Novel Perjanjian yang Kuat





Nyunyu, Situs Seru Anak Muda Gaul

yangpentingnggakpenting

Yang merasa anak muda, gaul, dan suka seru-seruan, yuk merapat ke situs Nyunyu.com ! Bagi yang merasa sudah berumur juga tidak ada pantangan. Malah bagus tuh, jadi awet muda karena jiwanya selalu muda, bersemangat, kreatif, dan berenergi. Seperti tiga cowok keren ini : Raditya Dika (@radityadika), Arief Muhammad (@poconggg), dan Benazio Rizki Putra (@benakribo), yang tak lain adalah si pencipta Nyunyu.com. Sebenarnya dari segi usia, mereka nyadar betul sih sudah tuwir, tetapi karena idealisme yang tinggi dan sayang sama anak muda (cieee), generasi penerus bangsa, brojol deh Si Nyunyu

Jadi ceritanya, mereka lagi nongkrong ngomongin anak muda yang sukses betul menguasai media sosial. Hampir setiap jejaring media sosial dirajai anak muda yang secara psikologis memang ingin eksis, narsis dan menjadi pusat perhatian. Disamping, karakter mereka yang nggak suka terlalu diatur-atur, ingin mencoba hal baru, kreatif dan rada selfie juga. Tak pelak, media sosial kian jadi euforia, sekaligus gaya hidup yang begitu melekat. Ayo ngaku, merasa nggak sih, internet sekarang sudah seperti jantung ? Sekali nggak dapat sambungan sinyal internet, rasanya seperti mati gaya (wah jadi testimoni). Nggak heran, jika pasaran smartphone android di Indonesia laris manis. Boleh dibilang, kurang gaul jika belum  mencat-mencet android, seru-seruan sendiri di tengah keramaian. . 


nyunyusitusseruanakmudagaul
Tepat 3 Februari 2012, Si Nyunyu itu akhirnya lahir juga dengan tampilan yang ngegemesin sesuai dengan namanya yang mirip "unyu-unyu". Bertebaran kartun dan animasi lucu, dalam balutan warna-warna optimisme yang kalem (dominasi putih, dengan pulasan kuning tua, hitam, dan abu-abu). 

Kayaknya sih 'orang tua' Nyunyu, nggak mau namain anak semata wayangnya ini dengan yang berat-berat, tetapi ingin tetap populer, kena di hati. Jadilah si Nyunyu yang unyu-unyu. Kata Mario Teguh,  “unyu-unyu’ itu berarti lucu, imut, dan ngegemesin. Nyunyu juga terdengar di telinga, terkesan ringan, nggak berat sesuai dengan dunianya anak muda, yang males diribetin mikir yang berat-berat. Sok kayak orang gede aja. Itu seloroh mereka kalau orang dewasa nyuruh tanggung jawab, belajar, ngerjain PR, atau mengejar cita-cita..Halahhh.. 

Meski begitu, jangan salah juga. Mentang-mentang untuk anak muda, bukan berarti Nyunyu.com itu situs yang membahas hura-huranya anak muda, dan hal yang penting nggak penting gitu. Justru sebaliknya, yang saya tangkap dari menjelalajahi Nyunyu.com, memang kenyataannya, situs ini benar-benar inspiratif buat sobat muda. Terlihat jelas, misi terselubung dari founder, untuk mencerdaskan bangsa, membangun generasi muda yang berfikir maju, kreatif, cerdas, dan mandiri dengan caranya anak muda. Waduhh jadi berat nih bahasannya (tepok jidat), maklum sudah jadi orang tua jadi bahasanya tua deh hehe. 

Ya, kata orang bijak, kalau kita ingin mengubah orang untuk berbuat baik sesuai harapan, ubahlah sesuai dengan cara dan gayanya. Coba pahami, selami, dan ikuti alur berfikir mereka. Buat dan dorong mereka maju, karena keinginan mereka sendiri untuk maju. Tumbuh sendiri dari niat. Tentu, dalam hal ini contoh-contoh yang baik itu harus dikasih tahu juga, biar ada teladannya. 

Mengulas hal Yang Penting Nggak Penting Jadi Seru

nyunyusitusanakmuda 
Sobat muda bisa pantengin lewat menu-menu yang dihadirkan Nyunyu.com. Ada Main Article, Konsayu, Masih Single, Pojok Galau, Nyutube, dan Frestreval. Meski ditulis dengan bahasa gaul, tapi nggak alay ya. Isinya juga lumayan nendang, alias berisi. Diantaranya ngulas soal pendidikan, gaya hidup, sosial, teknologi, gadjet, olah raga, musik sampai masalah cari pacar. 

 Gaya bahasanya bertutur, mengalir, enak dibaca, tidak menggurui dan sok tahu. Konsepnya memang, mengemas hal-hal yang penting, secara nggak penting, dan sebaliknya, yang nggak penting dikemas secara penting. Pokoknya seputar yang penting nggak penting gitu lah. 

Yang lagi galau, biar galaunya maksimal, bisa buka Pojok Galau. Wah jadi tambah galau dong. Sebagai manusia, galau itu perlu loh. Kata Mario Teguh, galau itu bagus. Kalau kita tidak galau malah aneh, artinya kita seperti robot. Galau mengindikasikan ada sesuatu yang mesti diperbaiki, ditingkatkan, dieksiskan, atau apalah. Intinya, kita jadi kreatif mencari solusi atas kegalauan kita. Bukannya kata Tuhan, manusia itu harus selalu lebih baik setiap harinya. Karena itu Tuhan ciptakan perasaan galau agar manusia terus mengeksiskan Tuhan, memohon petunjuk-Nya untuk mencari solusi atas kegalauannya. 

nyunyusitusanakmuda
 Di Pojok Galau, sobat bakal dikasih tahu tips-tips mengusir galau agar nggak berkepanjangan. " Gimana sih Cara Move On, setelah putus sama pacar ?" salah satu cuplikan yang saya pungut dari Pojok Galau.


nyunyusolusiyangmasihsingle
Bagi yang sedang getol cari pacar, bisa promosi di Masih Single. Tunjukkin deh kelebihanmu agar lawan jenis tertarik. Ini jadi ajang para Selfier juga nih untuk eksis. Siapa tahu ada yang nyangkut. Dan, kalau sobat ingin berbagi pengalaman, pengetahuan, opini atau ingin eksis lewat karya tulisan, bisa tuh kirim artikel ke redaksi Nyunyu. Siapa tahu artikel Sobat memikat pembaca, dan  tenar deh di Nyunyu. Rubrik Nyutubenya juga seru abizz. Isinya mendidik selain bikin geli sendiri. 

Puas deh menjelajahi Nyunyu.com. Nyunyu, bukan hanya bikin anak muda cerdas, kreatif, sekaligus juga obat mujarab mengusir galau dan bete. Biar nggak ketinggalan dengan updetan Nyunyu, segera deh follow twitter dan facebook Nyunyu. Atau sobat bisa gabung jadi member Nyunyu. So, Mau gaul yang seru, ke Nyunyu.com aja.

Waspadai Penipuan Berkedok 'Cek Tabung Gas'

Bukannya berprasangka negatif ya terhadap sales yang suka jualan ke rumah-rumah. Tetapi harus diwaspadai saja. Soalnya banyak penipuan bermodus macam-macam. Salah satunya memang melalui jualan ke rumah-rumah yang saya pernah dengar dijadikan kesempatan untuk memata-matai pemilik rumah. 

Kejadian tersebut baru saja kami alami. Sekitar pukul 11:00, Kamis, 9 Januari 2013, pagar rumah kami diketuk orang. Pada waktu itu, ibu saya yang membukakan. Saya sedang berada di kamar mandi. Terdengar suara agak riuh di dapur. Ada beberapa suara lelaki dan perempuan yang berisi intonasi ramah dan mengedukasi tentang keadaan tabung gas. Jarak antara daput dan kamar mandi tidaklah begitu jauh sehingga saya bisa menangkap jelas suara orang di luar. Ibu meminta agar saya segera keluar dari kamar mandi. Tetapi saya tidak bisa melakukannya. Karena saya tidak mengenakan pakaian panjang dan kerudung. Saya hanya menyimak pembicaraan dari dalam saja. 

 Lelaki itu mengatakan kalau tabung gas saya ada kebocoran dan kondisinya memprihatinkan. Katanya, tutup tabungnya tidak sesuai dengan kompor saya. Terus dia bilang lagi kalau tabung gas 3 kg saya karatan dan selangnya sudah kotor dan membahayakan. Lelaki itu melakukan percobaan untuk menguatkan argumentasinya kepada ibu saya. Ibu yang memang tidak paham dengan kompor gas jadi panik. 



Di tengah kepanikan itu, saya mendengar lagi, lelaki itu memanasi, kalau tabungnya bermasalah, akan mudah meledak. “Apa yang ibu lakukan, jika tabungnya meledak?” katanya. Wah, ibuku langsung tambah panik. Ibu bilang, kalau ada tanda-tanda meledak, akan segera lari menjauh dari rumah. Lalu dengan enteng, lelaki itu menjawab, kalau lari, paling rumah ibu yang terbakar ya” Aku yang menyimak pembicaraan dari kamar mandi jadi ingin segera keluar saja.

Di tengah kepanikan Ibu, lelaki itu yang dikuatkan dengan teman perempuannya mencoba menenangkan ibu. Mereka bilang, “Ibu ga usah panik. Ini kan tutupnya sudah saya pasang. Jadi tinggal buka saja tutupnya !” Loh kok dibuka ? Bukannya kita tidak boleh dekat-dekat dengan tabung atau segera matikan listrik ?” ibu balik bertanya. Lelaki itu pun lagi-lagi dengan enteng menjawab. “Ibu tenang aja. Tutupnya ini aman dan akan mengantipasi secara otomatis. Jadi, Ibu hanya tinggal membuka saja tutupnya kalau ada kebocoran gas.” Wahhh tetap saya takut !’ jawab ibu. “Ibu ga perlu takut. Coba ibu saya bimbing ya untuk memegangnya...” Ibuku tetap menolak. Tetapi lelaki itu tetap meminta ibuku membuka tutup tabungnya. Hingga terbukalah tutup yang menempel di mulut tabung.

 ”Ooo gitu ya caranya..Iya ya ga meledak,” ujar Ibuku polos. Saya tidak melihat seperti apa tutup dan dimana letak ditaruhnya di tabung gas. Kemudian ibuku bertanya lagi. Ini tutupnya dijual ya atau gimana?”..ternyata tutupnya itu berikut selang-selangya sudah menempel rapi di tabung gas saya. Lelaki itu menjawab, “ Ini murah bu harganya,” katanya...”Oo Mas jualan ya ?” tanya ibuku meyakinkan. ‘Iya bu, tapi murah kok cuma Rp 1 juta..nolnya gelinding,” katanya sambil bercanda. Oo jadi Rp 100 ribu ya? Timpal ibu...”Ya bu, ditambah selang dan ini. Jadi totalnya Rp 700 ribu.” Kata sales itu. 

“Wahh mahal ya. Saya ga punya uang segitu,” jawab ibuku. Dari arah kamar mandi, aku langsung teriak, “ Mbah, suruh orangnya tinggalin brosur dan kontak telepon aja. Nanti kalau ayah setuju beli, tinggal kontak,” Ibuku langsung menurut, dan meminta lelaki itu meninggalkan brosur dan nomor telepon. Begitu kami tidak jadi membeli, lelaki itu langsung mencopot “pengaman” tabung gas itu. 

Karena aku tidak melihat langsung barangnya, dalam bayanganku itu semacam pengaman regulator yang kini banyak dijual untuk mencegah kebocoran dan menghemat gas. Tetapi kenapa harganya mahal sekali ya.,mencapai Rp 700 ribu. Setahuku dari browshing google cuma sekitar Rp 20 ribu-Rp 30 ribuan. Aku pun menegaskan kembali agar orang itu meninggalkan brosur. Tetapi rupanya, lelaki itu menolak untuk meninggalkan brosur. Salah satunya bilang, “Brosur ini hanya kita berikan, kalau ibu jadi membeli !” Ibuku langsung menimpali... “Loh kok gitu mas. Kan biasanya, kasih brosur dulu baru membeli. Lagipula, keputusannya bukan di saya, tetapi pada suami anak saya. Besok aja datang lagi agak pagian sebelum suami anak saya kerja.” Orang itu menjawab, “ Wah bu, ini lagi promosi. Jadi kami tidak tiap hari datang. Paling setahun kemudian baru ke sini lagi..” Ibuku jadi tambah curiga..”Loh kok gitu ya..Kalau saya mau beli gimana ?”...”Ya sekarang aja bu,” tanyanya.

 Dari arah kamar mandi, aku langsung mangkel..dan teriak lagi, bahwa kami tidak beli,” Orang itu kata ibuku langsung ngeloyor keluar, sambil memperhatikan sekeliling rumahku. Salah satunya ada yang nyeletuk, “ Ibu tuan rumah ya ?” Ibuku menjawab, ‘Iya saya tuan rumahnya,” “Berarti ini rumah ibu sendiri ?” Pertanyaan yang agak aneh...Ibuku pun menjawag tegas,”Iya..kata ibuku, tiga orang itu melihat sekeliling rumah, memandangi fotoku waktu wisuda dulu...”Ini anak ibu ya ? “ pertanyaan yang tidak penting. Ibuku mengangguk, “Iya, anak saya yang sedang di kamar mandi” Tak berapa lama kemudian, tiga orang yang menurut ibuku berpakaian tidak rapi dan agak kumal itu pergi dengan sebelumnya berjabat tangan dengan ibu. 

Aku langsung segera keluar dari kamar mandi begitu mereka telah keluar. Ibuku menceritakan ihwalnya secara detil. Dan, ibuku dari awal memang tidak menyuruhnya masuk. Tetapi mereka memaksa dengan dalih, “Mau ngecek gas untuk keamanan,” Ibuku waktu itu mengira mungkin mereka dari petugas gas karena kan sedang ramai diberitakan kenaikan gas. Bisa jadi itu layanan pemerintah. 

Aku berpesan ke ibu, lain kali kalau orangnya mencurigakan, jangan suruh masuk meski mereka memaksa. Bukannya saya curiga, tetapi untuk antisipasi kejadian yang tidak diinginkan. Perumahan kami juga tidak terlalu ramai, sepi di siang hari. Jadi, jika ada yang berniat jahat sepertinya mudah. Ya Allah, semoga Engkau lindungi keluarga kami. Kepada ibu-ibu hati-hati ya dengan prilaku sales yang jual barang ke rumah-rumah dengan dalih macam-macam. Tolak aja dengan halus, kemudian kunci pagar dan segera meninggalkannya. 

Biarlah kita dinilai tidak ramah, demi keamanan diri kita sendiri dari perampokan bermodus sales. Karena kalau memang mereka niat jualan, kami diberikan brosur dan kontak. Ini tidak, mereka menolak memberikan brosur karena kami tidak membeli. Apalagi mereka bilang, kesempatan ini hanya satu hari saja. Besok tidak ada lagi. Dan, baru tahun depan datang lagi..Aneh.